Alunan tuts-tuts piano memainkan 'moonlight sonata' karya Beethoven menggema di seluruh penjuru ruangan. Detingan logam serta desisan suara cairan bening kekuningan bersentuhan dengan panasnya wajan mengimbangi alunan musik. Butiran-butiran kristal kecil berjatuhan di balik jendela yang membeku, bertumpuk menjadi gundukan pasir putih. Sang mentari malu-malu menunjukkan wajahnya, bersembunyi di balik gedung tinggi. Beberapa cahaya keemasan berhasil lolos dari persembunyian, menyinari gundukan pasir putih membuatnya berkemilau.
Pria bercelemek cokelat bergerak lincah memotong sayuran. Selada segar ia potong menjadi tiga bagian. Sesekali mengecek telur goreng yang ia masak di atas penggorengan. Ia memasukkan selada yang baru saja ia potong ke dalam mangkuk yang berisikan potongan paprika dan apel. Ia mengambil sebuah tomat merah segar memotongnya dadu dan memasukkan ke mangkuk. Ia menambahkan sedikit perasan air lemon dan saus yang sudah diblender, kemudian mengaduknya rata.
Ia mengambil piring, mengangkat telur dan memindahkannya ke dalam piring di tangannya. Ia meletakkan piring di samping mangkuk salad di meja. Melirik sekilas jam dinding di atas televisi, sepasang jarum jam membentuk sudut 120 derajat. Ia melepaskan celemek yang melekat ditubuhnya, mengambil segelas air jeruk dan berjalan menuju kamar. Di sana, di atas ranjang miliknya bergelung seorang wanita yang seluruh wajahnya tertutup rambut brunette. Gerakan berirama dada sang wanita membuatnya tersenyum tipis. Ia meletakkan gelas di atas nakas. Berjalan menjauh, membuka tiap kain tebal di jendela, membiarkan kehangatan memenuhi seluruh ruang.
"Hera, wake up," ia menyibak selimut yang menutupi tubuh wanita itu. Hera hanya mengubah posisinya tanpa berniat membuka mata. Ia tahu Hera sudah tersadar dari alam mimpi.
"Hera, ayo bangunlah," kali ini ia menepuk pelan paha telanjang Hera yang terlihat dibalik selimut.
"Biarkan aku tidur sedikit lagi Ladon. Kepalaku terbelah rasanya," gumamnya tetap menutup mata.
Hera menarik selimut yang sempat dibuka, bergelung berlindung dari sinar matahari yang menyakiti matanya. Ladon kembali menyibak selimut miliknya, membuangnya ke lantai agar tidak bisa ditarik lagi oleh Hera. Ia meletakkan tangannya di belakang punggung Hera dan mengangkatnya untuk duduk. Bagai seonggok daging tanpa tulang, Hera menyandarkan kepalanya di pundak Landon menopangkan seluruh tubuhnya dengan kedua mata tetap tertutup rapat.
"Bukalah matamu Hera dan minumlah. Ini akan mengurangi hangover yang kau rasakan," sebelah tangan Ladon menegakkan kepala Hera dan sebelah tangannya lagi bersusah payah mengambil jus jeruk di atas nakas. Sedikit terhuyung karena Hera sama sekali tidak ada niatan untuk mengembalikan nyawanya.
Ladon berhasil mengambil segelas air jeruk tanpa menumpahkannya. Hera membuka mulutnya menerima apapun yang diberikan Ladon tanpa membuka mata. Ladon membantu Hera meminum habis semua air jeruk lemon di tangannya. Dahi Ladon berkerut, seberapa mabukkah Hera sehingga ia tidak bisa merasakan asamnya air jeruk yang baru saja ia minum. Hera kembali merebahkan tubuhnya setelah setelah Ladon melepaskannya. Ladon hanya menggelengkan kepala melihat apa yang dilakukan Hera. Ia meninggalkan Hera menuju kamar mandi, menyalakan keran mengisi bak mandi. Ia menuangkan rose bubble bath ke dalam bak mandi yang penuh dengan air. Ia mengocok air sampai berbusa sembari mengecek suhu air. Ia kembali menghampiri Hera, mengangkat tubuhnya memasuki kamar mandi.
"What are you doing, Ladon?" ucap Hera ketika ia merasakan tangan-tangan yang mencoba membuka kamisol dan celana pendeknya.
"Membantumu mandi. Dari semalam kau belum mandi. Kau bau," Ladon berhasil menelanjangi Hera dan memasukkannya ke dalam bak mandi.
"Mandilah dan aku akan menyelesaikan sarapan kita."
"Ehmm."
Ladon kembali ke dapur miliknya mengambil roti bakar dari toaster mengisinya dengan telur goreng, selada, keju, tomat dan menambahkan mayonaise serta saos cabai, menutupnya dengan roti yang lain dan memotongnya menjadi dua. Ia mengambil roti lain membuat satu lagi sandwich seperti sebelumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't....! (Complete)
RomanceHera hanya tidak ingin ada lagi perpisahan. Titik. Tidak ada kata yang lainnya. Warning: 18+, untuk pembaca dibawah umur dilarang keras membaca cerita ini. Copyright by: Luminous Lia, December 2016