Part 6

33 6 0
                                    

Persaingan ketat bisnis kuliner mengharuskan pemilik rumah makan harus pintar-pintar mengatur strategi baik dari segi menu, tempat bahkan harga makanan itu sendiri. Ladon memulai bisnisnya dari food truck, berkeliling di setiap sudut kota New York menjajakan berbagai kudapan hasil kreasinya sendiri. Sebagai lulusan Kendall College salah satu sekolah memasak terbaik di dunia, Ladon tentu mumpuni untuk menciptakan kreasi masakan khas miliknya. Ladon tidak malu untuk memulai semua dari bawah. Semua chef pasti punya keinginan membuka restorannya sendiri, tidak terkecuali Ladon.

Sejak awal Ladon memutuskan untuk menggeluti dunia kuliner, dia sudah membayangkan bagaimana restoran yang akan ia bangun. Ladon's merupakan wujud salah satu mimpinya yang terwujud. Meskipun Ladon's bukanlah restoran yang besar, Ladon's memiliki keunikan tersendiri. Tidak banyak restoran kecil yang menawarkan full set menu, namun Ladon's berbeda. Ladon ingin semua orang bisa menikmati hasil masakannya. Ia ingin 'orang biasa' pun bisa menikmati hidangan ala restoran mewah.

Pelanggan Ladon's bisa memilih sendiri bagaimana mereka akan makan. Mereka bisa memesan full set menu jika sedang ingin merasakan kemewahan. Menu ala carte bisa jadi pilihan untuk orang-orang sibuk yang ingin mengisi perut. Bahkan yang sedang ingin bersantai mengobrol bersama teman, mereka bisa memesan minuman dan camilan ringan. Dan tidak lupa signature dish yang akan berganti setiap harinya menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelanggan setia.

"Hai Hera. Lama tidak terlihat," sapa Shane Ward, salah satu pegawai Ladon's.

"Hai Shane. Aku sedang sibuk mempersiapkan peluncuran buku baru."

"Wow semoga sukses. Kau mau makan atau bertemu bos?"

"Dia ada bukan?"

"Sayangnya dia  baru saja pergi meeting. Kau tidak menghubunginya sebelum ke sini?"

"It's okay. Aku tunggu sambil makan saja."

"Aku antar ke ruangannya," tawar Shane.

"Di meja biasanya saja. Aku bosan berada di ruang tertutup."

"Oke. Mari saya antar nona."

Shane seketika merubah sikapnya, Hera tertawa dengan candaan Shane. Hera mengikuti Shane yang memimpin di depan untuk menunjukkan meja yang akan ia gunakan. Shane menarik kursi dan mempersilahkan Hera duduk. Ia menyerahkan buku menu dengan sopan, Hera menerima dengan tertawa. Hera mengikuti permainan Shane, membuka buku menu yang bahkan sudah di hafal Hera, berpura-pura memilih menu.

"Satu sun dried tomato basil pasta dan tolong buatkan lemon squash."

"Ada tambahan lain? Mungkin anda butuh sesuatu yang manis?"

"Hentikan Shane, itu konyol."

"Tapi ini prosedur kami nona." Shane tetap menggoda Hera yang tampak lucu menahan tawa.

"Cukup. Dan tolong katakan pada Ronny untuk membuatkanku dessert yang segar, jangan yang manis oke. Terima kasih."

"Pesanan anda akan diantar secepat mungkin. Permisi nona." pamit Shane sembari membungkukkan badan.

"Shane," ujar Hera frustasi.

Mengamati perilaku orang lain bisa memberikan pelajaran berharga bahkan bisa menjadi inspirasi untuk seorang penulis. Beberapa kali Hera mendapat ide untuk menulis buku terbarunya hanya dengan mengamati orang di jalan. Hera selalu suka mengamati orang lain. Bagaimana cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana cara mereka makan, bahkan Hera suka memperhatikan bagaimana cara mereka berjalan. Hera selalu menemukan keunikan-keunikan baru dari para pelanggan Ladon's. Ada yang selalu mencium makanannya terlebih dahulu sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Ada yang menambahkan garam di setiap masakan yang di sajikan meski itu tidak cocok menurut Hera. Bahkan Hera pernah melihat ada seorang yang tidak berhenti berbicara bahkan saat makanan sedang ada di mulutnya hingga membuat pasangannya terlihat risih.

Don't....! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang