1. Brutal

19 1 0
                                    

Satu.

Dua.

Tig-

"Oliviaaaaaaa!"

Yep. Itu dia. Aku pun bangun dari tidur pura-puraku. Ini hanya semacam rutinitas pagiku setiap hari, berlagak masih terlelap hanya untuk menghindari sekolah. Oh, aku harap Ibu akan lupa kalau aku harus berangkat sekolah sehari saja, atau pergi ke rumah nenek selama sepekan. Pasti aku akan sangat bahagia sendirian tanpa harus memikirkan jawaban bodoh lain kalau-kalau guru biologiku bertanya tentang siklus pencernaan karena sesungguhnya yang kutahu hanyalah siklus pertemanan anak remaja. Dekat - sangat dekat - lalu pacarmu direbut.

Ibu selalu penasaran kenapa aku sangat membenci menjadi remaja, dia bilang masa ini adalah masa-masa emas tapi aku harap-kalau bisa-lebih baik aku menghilang saja. "Nikmati masa mudamu!" katanya.

Katakan sekali lagi dan aku akan menangis, Bu.

Kalau kamu remaja sepertiku, pasti kamu tahu rasanya berjalan memasuki sekolah dan tiba-tiba cemas hanya karena tatapan sederhana. Penasaran apakah ada gosip tentangku, apakah mereka menyukaiku? Ah, mana mungkin. Tapi apakah ada yang membenci Tina si gadis pemandu sorak itu? Kurasa ada. Astaga, aku harap orang-orang lebih menyukaiku.

Akhir-akhir ini aku banyak gugup, aku pikir aku ini payah sekali. Mau kujelaskan kenapa? Pertama, aku cuma punya dua teman, yang mana bagus karena di luar sana banyak sekali teman palsu. Tapi bisa kamu bayangkan gadis seperti apa yang hanya punya dua teman? Pecundang atau anti-sosial, aku tidak tahu aku yang mana. Lalu aku benci Alex karena dia sok ganteng-tapi fuck, kayaknya aku naksir dia. Aku tidak keren. Aku tidak pintar. Dan bahkan tidak bisa parkir paralel.

Saat bulan terbit, hidupku akan semakin kacau. Aku bekerja di Bioskop setiap malam, dan aku sangat lelah melakukannya. Mungkin aku akan keluar dari pekerjaanku dan memulai awal yang baru di kota yang baru, pindah sekolah lalu memulai lagi sebagai gadis populer. Ah, tapi mereka pasti akan kecewa karena tidak ada lagi gadis kecil yang bisa dieksploitasi. Lol.

Belum lagi kalau ada pesta, aku tahu aku selalu duduk di pojokan sambil melihat semuanya terjadi pada orang lain tapi tidak padaku dan anehnya aku tetap akan datang di setiap pesta. Padahal rasanya tidak ada yang menyukai aku, aku juga heran kenapa aku di sini. Oh, lihat gadis blonde itu berbisik pada temannya dan menghampiriku.

"Little Olivia, belum menyerah untuk berusaha dikenal orang, ya?" lalu terkekeh sambil berlalu, bergosip lagi sambil menunjuk wajahku.

Aku marah, karena sialnya dia benar. Apalah aku, hanya remaja yang haus pengakuan.

Tuhan, kehidupan para remaja ini brutal sekali.

SOUR (songfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang