Rasanya lucu sekali melihat kedua mata coklatmu yang dulu menatapku dengan bersalah kini menatap si 'Kesalahan' penuh cinta. Aku benar-benar ingin tertawa ironis, tak kulakukan karena itu hanya akan membuatku menangis pada akhirnya. Tapi serius, aku ingin mengutukmu, memakimu, menyeretmu ke pertigaan terdekat dan membiarkanmu terlindas truk di sana.
Ini baru dua minggu setelah kita keluar dari hubungan kita tapi kamu sudah jadian lagi dengan dia. Ingat tidak di malam kamu tidak mengangkat telpon dariku? Aku tahu kamu berada di suatu tempat yang aku tidak tahu, berbicara berdua dengannya atau mungkin melakukan sesuatu yang lebih buruk bersamanya.
"Kamu kemarin di mana?"
Mata coklat itu menatapku ingin tak ingin. "Di rumah teman, kurasa kemarin aku mabuk. Maaf aku tidak mengangkat telponmu."
"Bukan dengan Jenna?"
"Babe, Jenna is just one of the dudes. Don't worry, okay?" kemudian bibirmu yang baru saja melontarkan kebohongan itu mengecup bibirku. Kalau dipikir, rasanya seperti bibirku ternoda oleh dosamu.
Aku tahu kamu bohong, aku selalu tahu, tapi aku memilih pura-pura bodoh, kurasa hanya itu satu-satunya cara mempertahankanmu disini. Kamu bilang aku paranoid ketika aku mulai membawa Jenna di pertengkaran kita, nyatanya alasan kita beradu mulut memanglah dia. Sakit, tapi kutahan. Aku tak mau tahu apa yang akan terjadi kalau aku marah-marah atau mengamuk. Kamu pasti akan langsung pergi tanpa memikirkan apa-apa lagi.
Bukankah itu lucu? Ketika kamu langsung berhambur ke pelukannya saat kita berdua selesai? Padahal kamu bilang dia hanya teman. Tapi kini terlihat secara jelas tidak seperti itu, teman seperti apa yang berciuman dengan panas? Dan aku tahu bagaimanapun kamu tidak menyesal atas sakit hati yang aku rasakan.
Tidakkah kamu ingat bahwa hanya aku yang bertahan pada situasi terburukmu? Kurasa itu bukan apa-apa bagimu, melihat bagaimana kamu hanya membutuhkan dua minggu untuk mengencaninya. Sekarang kamu membawanya berkeliling, memamerkannya pada semua orang seolah Jenna adalah trofi baru.
"Dia pacar BARUKU Jenna," ucapmu dengan penekanan ketika matamu bertemu denganku.
Apa itu seringai yang kulihat? Dasar pengkhianat.
Andai saja aku tahu aku akan melewati ini semua sebelum aku jatuh cinta padamu. Ah, tidak. Lupakan saja, semuanya toh sudah terjadi. Kini aku hanya berharap semoga bekas keberadaanku di ranjang yang kini kalian tiduri menusuk punggungmu dan membawamu ke lembah penyesalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SOUR (songfiction)
Short Storya bunch of fiction that inspired by Sour Album. you'll get the vibes of sour. TW// SHORT STORY