Apapun yang gencar Ava kampanyekan, tidak ada satu pun yang menganggapnya serius. Gadis itu selalu memberitahu orang-orang agar mencintai dan menghargai diri sendiri, tidak perlu menjadikan orang lain sebagai patokan kebahagiaan. Namun yang dia dapat hanyalah cemoohan dan gestur wajah meremehkan.
Hari ini Ava diamanati untuk berpidato di depan semua murid East High School tentang self-love dan self-esteem, namun ketika dia berdiri di depan mimbar, semua orang masih saja berbisik kalau dia tidak pantas menjadi aktivis hal semacam itu.
Karena Ava adalah gadis populer, tipe perempuan cantik dengan gigi seputih kertas dan bentuk tubuh yang sempurna. Seperti gadis di serial disney, yang berjalan di koridor dengan lagu pop-rock mengiringi langkahnya. Dia pergi keluar bersama teman-temannya setiap malam dengan mobil keren pemberian ayahnya. Wajahnya cantik, kekasihnya pun tampan. Semua orang, bahkan orang yang tak mengenal dia pun sangat ingin memiliki hidup seperti miliknya.
Bagaimana seseorang seperti Ava tahu soal kesulitan gadis-gadis di bawahnya?
"Hai, namaku Ava George. Seperti yang kalian tahu, aku masih ngotot memberitahu kalian untuk menerima diri kalian apa adanya."
Dia menghembuskan nafas berat. "Yah, tapi aku mengerti kalian tetap tidak akan mendengarkan aku. Gadis yang memiliki kepopuleran dan hal sialan lainnya mana tahu soal kesulitan gadis dengan jerawat. Begitu kan yang kalian pikirkan?"
"Dulu aku pernah dapat jerawat, kok. Tapi hei, poinnya itu bukan pernah atau tidaknya wajahku berjerawat. Karena teman-teman, merawat apa yang kita milikki dan mengubah diri kita karena berkiblat dari orang lain itu dua hal yang berbeda."
Audiens masih belum tertarik untuk mendengar apa yang Ava katakan.
"Kalian ingat kakakku, Julie?" seketika seluruh orang di ruangan membisu.
Julie adalah saudari perempuan Ava, dia meninggal karena mengakhiri hidupnya sendiri dengan memotong nadi di tangannya. Namun tidak ada yang pernah tahu alasan kematian Julie, kecuali Ava.
"Aku akan menceritakan kisahnya, penyebab aku menjadi aktivis self-love dan self-acceptance."
Gadis itu mempersiapkan hatinya sejenak kemudian mulai bercerita. "Aku dan Julie itu 'berbeda'. Semua orang di keluargaku mulai membuat lelucon soal perbedaan kami. Tapi itu jelas sangat buruk efeknya untuk Julie."
"Karena itu dia mulai jadi pemurung, dia melempar ponselnya setiap kali melihat fotoku, dia bertanya-tanya pada anak kecil-yang tidak dia kenal-apakah di-," suaranya menjadi pecah namun dia tetap melanjutkan, "apakah dia cantik?"
"Dia merasakan beban itu di pundaknya. Kami mulai bertengkar karena dia semakin larut dalam membanding-bandingkan diri denganku. Julie tidak menerima dirinya sendiri. Dia jatuh semakin jauh dan aku tidak menyadarinya."
Ava mengambil jeda sebentar karena tangisnya tidak terbendung lagi. "Akhirnya dia lelah berusaha menjadi aku, dan memutuskan untuk-"
Tak sanggup lagi. Tapi dia tetap harus menyelesaikan apa makna dari kisah saudarinya.
"D-dengar, perbandingan itu membunuhmu perlahan. Kecantikan orang lain itu bukan kekuranganmu, kemenangan orang lain itu bukan kekalahanmu."
"Bukan 'seharusnya aku menjadi' tapi 'aku bangga jadi diriku sendiri'. Aku sangat menyesal tidak memberitahu Julie dari awal, tapi masih belum terlambat untuk memberitahu kalian."
"Cintai dan terima dirimu sendiri, jangan iri pada milik orang lain. Tapi rawat dan kembangkan milikmu."
Kini tak ada lagi bisik-bisik, hanya kepala yang tertunduk dan suara isakan Ava yang menggema ke seluruh ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUR (songfiction)
Kurzgeschichtena bunch of fiction that inspired by Sour Album. you'll get the vibes of sour. TW// SHORT STORY