Waktu kecil dulu, pangeran yang sering ibuku ceritakan adalah pangeran yang menunggangi kuda, pangeran yang mencintai satu perempuan untuk selamanya, pangeran yang menjemput kekasihnya dari rumah ibu tiri yang jahat menuju istana tempat mereka bahagia selamanya. Sekarang pangeran yang kutahu adalah yang menjanjikan dunia, yang bahkan bersumpah pada Tuhan bahwa hanya aku satu-satunya yang dia punya. Kemudian bersikap seolah tak pernah ada apa-apa diantara kita berdua ketika dia rasa dia sudah bosan dengan putri yang ini dan beralih ke putri yang lain.
Salah satu pangeran itu kini berdiri di sampingku menunggu resep obatnya siap. Dan waw, sepertinya karir mantanku ini sedang naik-naiknya, dia mengendarai sebuah mobil mahal hanya untuk pergi ke Apotek? Aku mulai bertanya-tanya sebesar apa rumahnya yang baru.
Aku menatap wajahnya, jelas sekali tidak ada garis kehitaman di sekitar mata seperti apa yang terjadi pada milikku. Wajahnya makin terlihat segar, bagaimana bisa begitu? Harusnya dia sedih juga setelah putus, bukan? "Kamu terlihat bahagia dan sehat, ya."
"Siapa?"
Kugedikkan bahuku. "Kamu. Bukan aku." Sudah jelas, 'kan? Mana bisa mata panda, wajah breakout parah, dan tubuh kurus ini disebut sehat dan bahagia.
Tapi kamu malah tertawa, tidak bisakah kamu sadar kalau itu adalah sindiran? Atau kamu memang tidak pernah menganggap hubungan kita pernah ada?
"Beli obat untuk apa?" tanyaku lagi.
"Oh, untuk pacarku. Dia batuk-batuk."
Kamu? Membelikan obat untuk pacar? Dulu kamu lebih memilih main bersama temanmu daripada memperdulikan aku yang demam semalaman di rumah. Wah, kamu benar-benar berubah menjadi laki-laki yang lebih baik untuk gadis barumu. Kurasa terapis yang kutemukan untukmu sebelum kita putus dulu benar-benar membantu. Lihat, aku sangat peduli dengan kesehatan mentalmu sedangkan kamu bahkan tidak sekalipun memerdulikan aku.
"Kalau kamu? Beli obat untuk apa?" akhirnya kamu pun bertanya padaku. Mungkin khawatir, mungkin hanya basa-basi.
Aku tersenyum, "Resep dokter untuk pengidap depresi." Bertepatan dengan itu, Apoteker memberikanku beberapa obat dalam kantung plastik, buru-buru kuambil obat yang sebenarnya hanyalah obat lambung ibu.
Setelah itu aku bergegas keluar setelah melihat wajah bersalahmu. Kuucapkan selamat untukmu karena telah berpindah hati dengan mudah tanpa hambatan, selamat untuk karir dan mobil barumu, selamat karena kamu memperbaiki diri. Itu bagus untukmu. Tapi melihat bagaimana kamu tidak terpengaruh sama sekali atas diriku membuat perasaan dongkol di dalam hati menyeruak, aku tidak mengerti kenapa kamu seperti itu.
Gila, aku kehilangan akal karena menangisimu di lantai kamar mandi waktu itu. Persetan denganmu.
Sekarang biarlah kamu diliputi perasaan bersalah, biarlah perasaan itu membuatmu tenggelam di danau yang kelam. Tetaplah berpikir kalau kamu telah membuat jiwa seorang gadis terkoyak dan kehilangan akal.
Selamat ya, itu bagus untukmu.

KAMU SEDANG MEMBACA
SOUR (songfiction)
Short Storya bunch of fiction that inspired by Sour Album. you'll get the vibes of sour. TW// SHORT STORY