8. Happier

7 1 1
                                        

Suara kenop pintu yang diputar membuatku terbangun, buru-buru kuambil pisau di bawah bantalku. Walau masih pening karena harus mendadak bangun, kupaksakan tubuhku bangkit dan memasang posisi siaga. Ini sudah jadi kebiasaanku sejak aku tidak tinggal dengan mantanku, dulu dia yang akan menjagaku tapi sekarang aku harus menjaga diri sendiri.

Tubuhku merileks ketika tahu yang membuka pintu bukanlah maling atau pembunuh tapi hanyalah Rob-tetanggaku yang menyebalkan, yang entah sejak kapan memiliki kunci cadangan rumahku.

"Hai Kath," sapanya dengan senyuman bodoh. Dari kaos bersimbah keringat yang menjiplak badan berototnya aku bisa tahu kalau dia habis mencuci mobil atau barangkali hanya menggoda gadis lewat dengan modus memotong rumput.

Astaga, menyebalkan. "Pergilah, kau menghancurkan mimpiku. Aku kaya raya di sana, tahu." Aku kembali merangkak ke atas tempat tidur dan menarik selimutku. Kembali tidur atau menangisi mantanku lagi, yang mana saja asal tidak meladeni Rob.

"Logan punya pacar baru."

Mataku yang berniat terpejam malah melotot. "Apa? Kau bercanda?" maksudnya, kita baru satu bulan berpisah dan dia sudah mengencani gadis lain? Secepat itu?

Tanpa izin, Rob-Bau-Keringat duduk di tepian ranjang dan memperlihatkan akun seorang perempuan yang memposting foto bersama Logan. Posenya sangat romantis, jadi aku tak bisa menyangkalnya dengan dugaan bahwa mereka hanya berteman. Dan kurasa aku kenal perempuan ini, dia adalah Tori, juniorku di kampus yang terkenal karena dia imut, lembut dan baik yang mungkin memberi seribu kupu-kupu pada perutmu ketika dia tersenyum. Sial, dia mendapatkan gadis yang baik.

"Dia jelek," kataku. Denial sekali.

"Menghinanya tidak membuat Logan merindukan hatimu yang bau."

Dan kutampar dia dengan bantal, sejenak aku lupa bahwa aku bisa saja menikamnya dengan pisau.

Tapi Rob benar juga. Aku jadi ingin tahu apakah Logan memberitahunya bahwa dia adalah gadis tercantik yang pernah dia temui? Atau omong kosong soal cinta abadi yang aku tahu dia tak pernah serius mengatakannya? Sekarang aku makin merasa bahwa kita semakin menjauh dari kenangan masa lalu yang tidak bisa aku lepaskan. Aku sangat menyayanginya dan aku harap Logan bisa bahagia tapi ... di waktu yang sama aku tidak ingin Logan mencintainya lebih dari cintanya padaku dulu. Aku tak mau terkesan seolah Logan bisa lebih bahagia daripada saat bersamaku. Aku mau Logan memikirkanku ketika tangannya melingkari pinggang Tori. Aku egois, aku tahu. Tapi melepaskan pria yang sudah kucintai selama satu tahun itu tidak mudah.

Sebulir air mata menuruni pipiku, terlalu pagi untuk menangis tapi ... ah sudahlah menangis saja.

"Apa Logan bahagia?" Wajahku sudah tidak karuan, pipi basah dan wajah mengkerut karena menangis.

Tangan Rob meraih bahuku dan mendekapku. Aku menangis di dadanya tanpa memikirkan keringat Rob, karena ternyata dia tidak bau. "Kurasa dia bahagia."

Tangisku makin pecah bersamaan dengan elusan di kepala yang diberikan Rob, aku bahkan bisa merasakan hangatnya hembusan nafas miliknya di puncak kepalaku. Aku merasa nyaman dan kebingungan, apakah dia benar-benar Rob tetanggaku yang sok ganteng? Karena aku pasti sudah kehilangan akal jika merasa nyaman di dalam pelukan Rob yang 'itu'.

"Heh, Kath. Kau bisa bahagia juga dengan orang lain."

Masih sesenggukan aku bertanya, "Siapa?"

"Aku."

SOUR (songfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang