Info :
Bahasa baku = Bahasa korea
Bahasa tidak baku = bahasa indonesiaContoh :
"Tidak boleh," -> Korea
"Gak boleh," -> Indonesia•••••
"Jadi kapan lo balik, Bel?"
"Belum tau gue, Rel. Masih banyak yang harus dipersiapin.."
"Lo mah gitu.. Katanya bakal balik ke indo secepatnya, bullshit lo!"
"Gue disini tuh punya suami, mungkin gue bakal balik ke Indo waktu Jimin berangkat ke LA.."
"Bulan depan dong? Beritanya udah nyebar.. Temen-temen kampus gue yang army udah pada exaited banget buat nonton,"
"Baguslah! Cuan suami gue kan juga lancar jadinya hahaha.."
"Yeuu! Enak banget lo! But, by the way sebulan lo dikasih uang berapa, Bel? Kalo boleh tau sih, kalo enggak ya gak papa.."
"Bisalah buat beli seblaknya mbok Rani,"
"Bercanda aja terus, Bel!"
"Lagian serius-serius amat sih?"
"Punya sahabat yang suaminya idol besar, gimana gue gak selalu serius kalo telfonan sama lo?!"
Bella terkekeh kecil. "Eum, lo apa kabar, Rel?"
"Setelah obrolan panjang ini lo baru nanyain kabar gue? Jahat banget.. Tapi, gue baik kok.. Semua sehat, mama papa juga sehat."
"Baguslah, jangan sampe sakit lo.. Nanti kasian pembaca novel lo yang harus nunggu updetan,"
Di sebrang sana Aurel mengangguk. "Iya, thank you my bestfriend.. oh iya, Bel.. Lo gak pernah bales chat dari Marcel, yaa?"
Bella terdiam sejenak. "Iya,"
"Wajar sih lo marah sama dia, tapi lo itu sebenernya cuma sa---"
"Rel, plis jangan omongin itu kalo lagi telfonan sama gue.."
"O-oh okei sorry."
Setelah puas mengobrol dengan Aurel, Bella mematikan sambungan telefon tersebut dan bersiap-siap untuk jalan-jalan sore sendiri. Tentunya ia sudah izin kepada Jimin tadi pagi, ia tidak ingin suaminya itu marah lagi karena pergi tanpa izin.
Pakaian Bella saat ini sangatlah simpel. Dress biru muda bermotif bunga-bunga putih sangat pas ditubuhnya yang kini sudah terlihat lebih berisi dibanding hari sebelum-sebelumnya.
Kaki jenjang Bella berjalan menyusuri taman yang diisi oleh anak-anak remaja yang sedang membaca buku dan balita yang saling berlarian. Pemandangan yang sangat menangkan.
Bella mengelus perutnya yang sudah sedikit membuncit. "Sayang, bunda tidak sabar menunggu kamu lahir.. Nanti kalau kamu sudah lahir, bunda janji akan membawa kamu ke taman setiap sore
"Maka dari itu, kamu yang sehat-sehat yang didalam sana.. Harus kuat sampai nanti waktunya bunda bisa memeluk dan memberikan kasih sayang yang cukup untukmu."
Mungkin karena sedang mengandung, kaki Bella cepat sekali merasa panas. Ia memutuskan untuk duduk di bangku yang kosong. Bangku ini terletak jauh dari kerumunan.
Tring!
"Pasti Jimin!"
Jimin : Sayang?
Bella : Iya, Jim.. Aku baik-baik saja
Jimin : Kamu sedang di taman?
Bella : Eoh, aku sedang duduk sekarang
Jimin : Bagaimana jika nanti aku jemput?
Bella : Tidak perlu, Jim.. Aku bisa pulang sendiri.. Kamu fokus saja bekerja
Jimin : Sungguh tidak apa-apa?
Bella : Sungguh!
Jimin : Baiklah kalau begitu hati-hati, langsung kabari aku jika ada sesuatu
Bella : Iya sayang
Jimin : I love you
Bella : I love you too
Jimin : I love you 3000
Bella : I love you more!
Bella memasukan ponselnya kembali kedalam saku dress. Ia menghela dan menghembuskan napasnya berkali-kali agar lebih segar.
Pandangannya menyapu seluruh titik taman. Namun, ia memberhentikan pandangannya ketika terdapat seseorang dengan serba hitam sedang menatap kearahnya.
Bella berkali-kali mencoba mengerjapkan matanya untuk memastikan bahwa orag tersebut benar-benar ada. Jantung Bella berdetak lebih cepat ketika orang misterius itu mengeluarkan sebuah pisau dari saku jaketnya dan mengarahkan pisau itu kepada Bella.
"Enggak!" Lirih Bella seraya bangun dan mencoba berlari pergi.
Dengan langkah yang terseok-seok Bella menyembunyikan raut wajahnya yang ketakutan, sampai akhirnya ia memasuki gang yang sempit dan gelap.
"Lo berani, Bel! Ini cuma gang yang sempit dan gelap.. Gak bakal ada apa-apa disana!"
Trauma itu kembali bermunculan. Kejadian dimana Bella hampir di perkosa oleh preman-preman saat sekolah menengah pertama. Rasa takut, gemetar, dan gelisah kembali ia rasakan.
"Jimin.. Jimin.." Gumam Bella setelah bersembunyi disemak-semak, ia tidak jadi menerobos gang sempit itu.
"Bodynya masih bagus nih, bang.. Sikat gak?"
"Sikat aja udah,"
"Lo bagian bawah, gue bagian atas ya bang."
"Kita gantian aja, bergilir."
"Sip lah."
Kalimat-kalimat menjijikan itu kembali terbayang dipikiran Bella. Kalimat yang sempat menghancurkan mentalnya selama tiga tahun, sampai akhirnya ia kenal dengan Bangtan Seonyondan, sang penyemangatnya untuk kembali menjalankan hidup.
Air mata Bella sudah mengalir deras, ia membungkam mulutnya agar isak tangis tidak terdengar. Tangan Bella berkeringat dan dingin, kepalanya pusing, ia memeluk dirinya sendiri dalam ketakutan.
"AKH! TOLONG JANGAN SAKITI SAYA!"
-Bersambung-
Short part? Iyapp maaf ya buat para readers karena aku lama gak up dan sekalinya up part-nya pendek.. Aku bakal usahain biar lebih panjang di next part:) sekali lagi maaf!
Kolom komentar milik kalian semua, jadi jangan sampai kosong! Karena komentar kalian itu sangat berharga untuk mood aku!
See u di next part!
Thank u so much!Instagram : nndauliamtwh
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin's Memories
Fanfiction❝Jika ini mimpi, aku akan berusaha untuk bangun lebih cepat❞