Bab-6: Taman dan Hujan

20 2 0
                                    

Sebenarnya hari itu mendung. Namun bagaimanapun juga kedua bocah itu tetap saja asik duduk-duduk dibawah pohon, di taman dekat sekolah mereka.

Mudah bagi mereka menemukan tempat duduk. Orang-orang yang masih normal harusnya sudah pada bubar. Tapi selain para PKL, Lisma dan Phil, tan itu sudah amat sepi.

Lisma sedang asik memakan batagor nya. Phil, yah, datang ke taman itu bukan ide dia kan? Jadi ia hanya bisa bingung sambil menatap pisang goreng yang sudah agak dingin itu.

"Aku masih bingung, Lis. Pertama, kok kamu menarik ku ke sini?", tanya Phil. Ia kemudian melanjutkan dengan berbisik, "Lu nggak tahu aku punya sedikit masalah dengan orang banyak?"

"Tenang kok, kamu nggak sendiri", balas Lisma. Jawaban itu malah makin membuat cowok kaku itu kebingungan. Emang cewek separah ini ya?

"Umm, kedua, kenapa kamu tidak ngasih tahu kalau kamu itu, emm... "

"Peraih juara 1 lomba cerpen nasional 3 kali berturut-turut, dan kejuaraan lainnya?, Lisma melengkapi perkataan Phil yang sejujurnya masih belum tahu bagaimana menyebut nya. Ia kemudian mengangguk sekali, sambil mulai menggigit pisang itu. Sekalinya ia merasa illfeel seperti ini, yaitu pada waktu dia memberikan program database error pada kliennya 8 bulan yang lalu. "Biasa saja tuh"

"Itu.. itu tidak biasa saja, Lis", ujar Phil agak gugup. "Aku senang bila kita bisa, eh, berteman? Namun...", Phil menghentikan ucapannya. Bagian dalam kepalanya yang logis berkata bersama Lisma, "Terus apa masalahnya?"

Masalahnya? 'Tidak ada tuh', pikir bagian itu.

Phil merasa dipojokkan. Kebingungan.

Cowok itu mengedikkan bahunya, berkata, "Kan jauh lebih enak kalau kamu katakan lebih awal", dan menjejalkan sisa pisang goreng itu ke mulutnya. Ia agak khawatir telinganya memerah saking malunya. 'Bodoh', suara itu bergaung dalam kepalanya.

Lisma hanya tersenyum. "Aku terlalu idealis, menurutku sih. Makanya aku tidak tahan bersama teman-temanku. Bahkan, waktu di sekolah, kau tahu keadaannya kan?", Lisma memancing. Keadaan apa? Phil terlalu masa bodoh dengan semua kegiatan di sekolah, kecuali kalau ada hubungannya dengan pelajaran, terkecuali setelah Lisma datang ke sekolahnya. Phil hanya diam saja.

Gadis itu mendesah kecewa, agak geli sebetulnya. "Lihat? Makanya aku masih bisa tahan, melihat ada orang yang begitu sombong sampai melupakan lingkungan sekitarnya"

"Apa maksudmu dengan sombong?", Phil berbicara, suaranya agak melengking.

"Tak sadar? Sudah sekitar setengah angkatan mencoba ber—apa istilahnya?—PDKT denganku. Dan kau nyaris menganggapmu seperti petugas kebersihan yang menjalankan tugasnya", Lisma berkata tulus. Tanpa nada sakit hati, yang justrunya membuat Phil agak merasa bersalah sekaligus heran. Apalagi setelah itu Lisma lalu tersenyum. "Itulah yang membuatmu, umm, menenangkan"

Phil tidak mengerti apa maksud Lisma dari menenangkan itu. Ada benarnya sih ucapan Lisma itu. Ia memang suka mengabaikan sekitarnya. Lebih dari itu, namun merasa nyaman melakukannya. "Nyatanya kamu juga begitu kan? Mengabaikan lingkunganmu", Phil berkata.

Kali ini, Lisma yang kebingungan. "Dari awal kau sendiri yang bercerita bahwa teman-teman di kotamu itu seakan-akan seperti idiot yang berkeliaran. Akupun merasa begitu. Aku masih tidak mengerti bagaimana kau mencari orang sepertiku, sampai membela diri segitunya", lanjut Phil.

"Soalnya aku...", perkataan Lisma terpotong oleh hujan deras yang mendadak datang tanpa peringatan. Phil (tanpa sadar sih) menggapai lengan Lisma lalu menariknya menuju satu-satunya tempat terdekat yang bisa dijadikan tempat berteduh: halte bus. Disana rupanya sudah penuh sesak dengan orang-orang yang berteduh. Dan saat ia melihat jam, tahulah ia alasannya apa. Sekarang jam pulang kantor. Biarpun mau hujan, masih saja ada orang nekat (seperti kedua bocah itu) yang mau bertanding waktu dengan hujan.

Shut-In Students and Visual NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang