Bab 16: Bicara Sendiri di Kamar Bukanlah Kebiasaan yang Baik

28 1 0
                                    

Hanya orang sok saja yang berani bilang kalau mengurus sebuah tim itu adalah pekerjaan sepele. Phil, sedihnya, termasuk salah satunya.

Ia sendiri akhirnya bekerja independen karena bagi dia adanya orang lain itu sebenarnya hanya penghambat. Kejadian yang terjadi beberapa bulan ini membuktikan hal itu. 

"Masalah cinta, eh?", ia bergumam dalam hati. Terus terang kemampuan gamingnya tidak perlu di ragukan: ia bisa menyelesaikan semua misi dalam MMORPG jauh lebih baik daripada orang lain. Padahal dia jarang memainkannya. Tapi hubungan cewek-cowok ini sukses membuatnya kehilangan fokus setidaknya 3 kali sedari tadi.

Kotak chat di bagian bawah layar kemudian mempush notif: "Is there any problem? You're mess today..."

Phil membalas rekan setimnya yang berasal entah dari belahan dunia mana. "Hehe, sorry. Just unfocused for no reason, though"

Ia menghela napas sebentar setelah mendapat waktu istirahat, kemudian mengetik lagi, "Uh, Bry, last game. Need to have a rest. 'key?"

Temannya menjawab dengan emoji jempol teracung, tanda "OKE".

***

Ini kejadian yang nyaris tak pernah terjadi: Lisma mengirim Phil pesan lewat program chat di komputernya. "Aku sudah menyelesaikan naskah itu bersama Ethan. Sekalian dengan ilustrasinya?"

Phil membalas, "Usul yang bagus. Lebih bagus lagi kalau ada voice actor/actreessnya."

"Mudah, soalnya cuma butuh kita bertiga untuk melakukan itu."

'Ini mah aku juga atuh yang ikut terlibat?', pikir Phil sembari tersenyum. Tentu saja program yang dia kerjakan sudah lama selesai kan. Ia bahkan sudah membuat akun khusus di situs khusus Visual Novel yang biasa dipakai para pengembang-pengembang.

Ternyata naskah itu bisa jadi secepat itu ya? Coba kalau mereka baikan sejak lama....

Kau tahu, entah bagaimana Phil merasa terancam dengan fakta itu. Untuk suatu alasan yang enggak jelas. Seakan seorang teman hendak merebut pelanggannya.

Ia yakin sekali kalau Ethan dan software engineering itu bagai air dan minyak. Jadi, apa yang perlu di khawatirkannya?

Phil memiliki suatu ketakutan mendasar: ia tahu bahwa dalam pikirannya ada distraksi. Entah bagaimana, terkadang ia memikirkan Lisma yang bekerja menyelesaikan naskah itu. Dan ia yakin kalau itu hanya karena kerjasama mereka. Ia yakin kalau ia yakin.

Kenyataannya, mungkin saja nih, mungkin, kalau ia memiliki perasaan dengannya.

Phil tertawa setelah pikirannya sampai kesana lagi. 'Kali aja begitu.', ia berseru dalam hati. Beberapa kedipan kemudian, ia sadar kalau ia ditipu pikirannya. "Oke, mungkin aku suka padanya. Lalu?", katanya pada diri sendiri di dalam kamar.

Untuk informasi tambahan saja nih, Phil hanya melakukan itu kalau ia sedang berkonsentrasi keras dengan programmnya. Umumnya sih ia berkata, "Jadi, tabel A itu bakal....", atau, "Terus sinyal ini akan dijadikan cache...", dan sebagainya. Ia tidak ingat pernah melakukannya untuk sesuatu selain hobi tercintanya.

Tentu saja, ini bukan salah satu hobi tercintanya: memikirkan masalah cinta. Lol. Dia terlalu dingin untuk memikirkan hal-hal seperti itu.

Tanpa sadar tangannya merambah ke ponsel pintarnya. Jempolnya kemudian membuka aplikasi chat dan mencari kontak Bondan. Satu-satunya orang yang bisa diajak bicara, secara dia ini nyaris nggak pernah ngomong hal lain di luar pelajaran selain dengan Bondan.

Shut-In Students and Visual NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang