Bab-9: Naskah Ethan

36 2 0
                                    

Phil tidak mengerti jalan pikir para penulis. Lucu juga, karena secara teknis dia juga kan pengarang, dalam kelas yang berbeda. Tapi tentu saja, menulis perintah pada komputer dengan menulis cerita fiksi itu jauh sekali berbeda.

Tapi masa nulis cerita lebih rumit dari memprogram Move Recognizer?

Awal kerjasama mereka dengan Ethan awalnya mulus. Menurut Phil Ethan cukup cekatan urusan begini. Hanya butuh dua hari setelah acara minum-minum di cafe, Ia langsung menunjukkan hasil kerjanya. Ia pasti punya banyak waktu, karena hari itu Jumat, dan menurut pengumuman sekolahnya, hari Senin dan Selasa libur, jadi ia punya empat hari buat membuat rancangan konten programnya. Setelah ia mempunyai naskah lengkapnya.

Naskah yang dibawa Ethan pagi Jumat itu tebalnya pasti lebih dari 35 halaman, tapi hanya butuh 20 detik untuk Lisma membatalkan naskah itu. Ujarnya, "Tidak pas. Harus dibuat lebih banyak bifurkasi."

Apa pula bifurkasi itu? Programmer itu tentu saja tidak mengerti istilah-istilah penulis. Mungkin bahkan buka programmer saja, karena cowok yang bengong naskahnya ditolak seringkas itupun malah menaikan alisnya lebih tinggi lagi.

Ethan mengangkat bahu sebelah, "Heum. Akan kupikirkan... yah, apapun itu. Sampai nanti.", lalu ia pun pergi ke kelasnya.Phil merasa agak kasihan dengan Ethan. Memang, apa yang salah fungsi naskahnya? Tapi ia ragu seorang sekaliber dia bisa mengedit naskah Ethan. Kecuali kalau isinya baris-baris perintah Bahasa Java. Atau C. Apapun, asal bukan hayalan cinta seperti ini. Phil tertawa dalam hati.

Hari itu berlangsung cukup normal, seperti yang kita ketahui, yang berarti tidak ada perubahan berarti. Setidaknya bagi Phil. Oh, kecuali satu, fakta bahwa ia melamun cukup jauh hingga guru Bahasa Indonesianya (jam kedua) butuh menyuruh Phil membaca lanjutan paragraf di buku cetaknya 3 kali. Yang keempat ia sudah tidak diberitahu, cuma Pak Haris yang orangnya tidak suka banyak omong langsung mengambil mistar dan memukulkan bagian punggungnya ke meja sambil berteriak, "PHIL!". Bukan berita baru sih dia digebrak seperti ini, namun ada sedikit perubahan topik dalam lamunannya. Ia biasanya berpikir mengenai debug program barunya, ataupun mengakali file keamanan suatu program. Namun hari ini ia malah melamunkan tim proyeknya. Setidaknya itulah yang dipikirkannya.

Namun hati tidak mudah dimanipulasi seperti pikiran.

***

Bodin memang bukan teman dekatnya Phil. Ia terkadang menemani Phil memojok di kelas dengan laptopnya. Yah, tentu saja ia menyadari ada banyak hal yang berubah dari Phil. Ia agak jarang membuka laptopnya dan entah kenapa lebih dekat dengan cewek baru itu. Lisma, yang kebetulan sama kakunya dengan Bodin.

Terkadang Lisma mendekati Phil, tapi tidak saling bercakap-cakap. Bodin paling tidak ingin memecah suasana, namun ia punya kehidupan sendiri dengan teman-temannya yang jauh lebih 'normal'. Philpun jadi shadowless kembali bagi Bodin. Ia hanya bicara seperlunya kepada bocah itu. Tidak mengenai apapun, kecuali tugas.

Namun, hari ini, programmer itu lagi-lagi ke kelas D. Mencari Ethan, kalau Bodin tidak salah lihat. Entah apa yang Phil kerjakan bersama Ethan dan Lisma, tetapi rupanya itu cukup penting baginya. Mereka bahkan berkumpul di sudut lorong. Suatu hal yang jarang dilakukan, karena Phil dan Lisma adalah orang yang sama tenangnya dengan danau dalam nan sepi dan Ethan terlalu populer untuk bermain di danau tersebut.

Phil menatap lurus-lurus kedalam kelas D. Kelas itu masih sibuk mencatat catatan PKn. Jadi Phil hanya duduk didepan kelas itu, menunggu sampai Bu Usmi keluar. Bukan suatu pemandangan lazim yang dapat dilihat dari seseorang bernama Philipus. Jadi Bodin mendatanginya, mengikutinya duduk di kursi itu.

"Kenapa?", tanya Bodin."Gw baru sadar lo jadi lebih aktif sekarang."

Phil mendongakan kepalanya perlahan. "Nggak, biasa aja tuh."

"Mustahil. Setahu gw, lu sama Lisma punya proyek bikin cerita yang diprogram. Ngg, visual novel, benar?"

Ia mengangguk. "Terus?"

"Yah, sejak kapan lu jadi punya tim?", Bodin berujar. Ia bisa memberitahu pikirannya sejak lama sih, cuma entah kenapa dia ingin mengutarakannya sekarang. Mungkin karena Phil lebih sepi?

"Hei, asal kau tahu saja Bod, programmer nggak bisa hidup soliter sebenarnya. Mungkin bagi kalian aku orangnya cuek abis. Cuma aku sudah sering kok bekerja sama dengan orang lain.", Phil membela diri. Tapi ia tahu alasannya itu hampir nggak valid, seperti kalau program yang hanya bisa jalan bila OSnya tertentu. Nggak kepakai untuk dunia lain. Dalam hal ini, dunia nyata, tempat dimana ia menghirup udara.

"Serta, gw pikir lu digebrak tadi sama Pak Haris bukan gara-gara program indexbox dan segala tetek-bengeknya kan?", ujar Bodin mengutarakan kecurigaannya.

'Apaan sih?', Phil berkata dalam hati. Emang urusan Bodin kalau andaikata ia tidak mengerjakan program indexbox yang nggak pernah ada? 'Apa pula itu indexbox?'

Namun, seperti dalam beberapa website yang Phil temukan saat melakukan riset kecil mengenai visual novel, itulah dan begitulah teman. "Nggak ada yang namanya indexbox. Plus, ya, gak ada salahnya sedikit melakukan perubahan."

Hening sejenak. "Hey Phil. Kau tahu, hati tidak bisa berbohong, biarpun otak terus menerus meredam suaranya.", bersama perkataan Bodin, sejumlah anak lalu keluar dengan agak gaduh dari kelas D. Termasuk Ethan. Bodinpun berkata, "Well, kuharap semuanya baik-baik saja." dan bergabung dengan temannya dari kelas B.

Phil yang masih bingung akan perkataan terakhir Bodin, melambai kepada Ethan dan berkata, "Gw boleh liat naskah lu?"

***

Naskah itu tidak ada salahnya. Biarpun dibaca sekilas, ia tahu penulisan naskah Ethan amatlah rapi, terstruktur dan andai itu skript program, pasti jalan sekali coba. Ia punya kesan bahwa Ethan bekerja dengan cara yang berbeda dengan Lisma. Yah seperti programmer, tidak semuanya memiliki cara sama. Ia mendapat kesan tulisan Lisma sudah beberapa kali diedit (terlebih setelah teringat bahwa ia menutup semua autosave naskah Lisma), namun ia mengira kalau Ethan menulis ini dalam satu waktu. One shot.

Ia tidak paham kenapa naskah ini dinilai buruk oleh Lisma. Ia belum berbicara dengan Lisma lagi, karena amat penasaran dengan isi naskah Ethan. Phil kemudian berkata, "Boleh gw bawa buat gw baca lagi?". Dan Ethan mengangguk.

***

Lisma beridam di dalam kelasnya. Ia melihat kalau Phil bergerak terburu-buru keluar kelas, seakan mengejar kupu-kupu cantik namun langsung keluar dari genggaman tangannya. Lisma tidak terlalu peduli. Ia hanya diam lalu mulai mencoret kertas A4 kosongnya, seperti yang sebenarnya ia lakukan bila mendapat waktu luang seperti ini.

Disebelahnya terdapat beberapa cewek. Teman-teman sepantarannya. Seharusnya begitu, walaupun Lisma sadar ia amat berbeda dengan 5 orang perempuan di sebelah mejanya. Sembari berpikir mengenai kehidupan bersekolahnya.

Ia agak stress saat ini. Lisma menyadari hal itu. Terlalu banyak yang perlu ia pikirkan. Apalagi dengan datangnya surat pemberitahuan itu pagi ini. Ditambah dengan berita-berita hari-hari sebelumnya: mengenai proyek dia, mengenai apa yang akan dia lakukan, dan mengenai Phil serta Ethan.

Tangannya terus mencoreti kertas itu, menghasilkan gambaran dari hamparan sawah yang hendak panen dibagian bawah, serta awan kelabu gelap di bagian atas.

***

Phil kembali masuk ke kelasnya. Ia melihat Lisma memojok di kursinya, disebelah cewek-cewek yang asik mengobrol. Kelihatannya ia sedang menggambar, biarpun dengan sikap tak acuh. Tapi, dua langkah dari pintu kemudian ia melihat kalau Lisma sudah berkonsentrasi menatapnya. Bukan, melainkan pada kertas yang Phil bawa. Ekspresinya tenang, biarpun Phil bisa melihat sedikit kekagetan di wajah Lisma. Cewek itu kelihatannya tidak mengira kalau Phil bakal sampai begitu rupa mempelajari naskah. Ia kan habitatnya di depan text editor, serta graphic editor untuk mendukung program-programnya yang bersimpang-siur di blog-blog teknologi yang Lisma terkadang suka buka.

Phil kemudian mendatangi meja gadis itu. Dan kelima cewek yang entah sedang membicarakan apa disana terdiam, dan Fi memberi tanda keluar dengan tangannya.

Shut-In Students and Visual NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang