Bab-5: Ide dan Rahasia

24 1 0
                                    

Phil sedang melakukan video call di depan komputernya. Dan percakapan itu membuatnya agak frustasi sebenarnya. Soalnya dia sedang berbicara dengan seorang pengusaha yang minta dibuatkan program untuk bisnisnya. Dan programnyapun bukan program kecil-kecilan yang dua jam jadi.

Pengusaha tersebut sebenarnya tahu bahwa permintaannya itu terbilang aneh, apalagi jasa yang dimintanya kepada bocah berumur 15 tahun tersebut harusnya dikerjakan oleh profesional yang biasa dibayar puluhan juta. Namun apa daya, kondisi ekonominya saat itu lagi tidak menguntungkan. Maka dari itu, dia berusaha keras mencari-cari, ada tidak programmer yang bisa diajak dibayar murah. Dan sampailah dia pada kontak Phil.

Buat Phil sendiri sih, kerjaan itu sangatlah menarik. Karena tidak setiap hari ia diminta melakukan jasa sebesar itu. Apalagi bayarannya bagi dia besar sekali, cukup untuknya membeli dua laptop baru. Plus dia sangat gemar melakukan perkerjaan semacam ini; berjam-jam di depan layar, berpikir mengenai skema program yang akan dia kerjakan. Dalam kondisi normal, sudah dia terima tanpa pikir panjang lagi. Namun, pertemuannya dengan Lisma memang amat sangat mengubahnya.

Phil seakan-akan melupakan obsesinya untuk menjadi batu di kursi kerjanya, dan malah menjalankan proyek nggak jelas bersama rekan/teman yang baru saja dikenalnya selama seminggu, itupun mereka belum pernah berbicara lebih panjang lebih dari sejam, kalau dihitung-hitung. Terlebih Phil belum pernah sekalipun membuat proyek cerita bersama orang lain seperti ini. Mungkin inilah yang membuat semuanya menjadi terasa lebih menarik. Atau malah, bisa jadi, ada alasan lain. Alasan yang pantas Phil anggap nggak valid.

"Saya bukannya memaksa, tapi mungkin kamu bisa tolong pikirkan ulang keputusanmu? Sebab saya sangat butuh jasamu. Atau mungkin saya bisa tambah bayarannya...", desak si pengusaha ini. Jelas dia berusaha membuat Phil berubah pikiran. Namun, biarpun pengusaha ini membayarnya 10 juta sekalipun, Phil entah bagaimana ingin melepas permohonan ini. Gila, pikirnya. Namun Phil membayangkan mungkin dia bisa memperluas dunianya. Tidak hanya terbatas pada monitor.

Itu bukanlah pikiran yang Philipus bakal pikirkan.

"Begini, sebenarnya saya tidak bekerja untuk uang sih. Kebanyakan untuk bersenang-senang. Namun, dalam kehidupan pribadi saya... yah, ada hal lain sih pak. Tapi kalau Anda benar-benar mau jasa untuk desainnetworking, teman saya ada juga sih yang bisa. Bagaimana kalau saya nanti kontak dia untuk membantu bapak?", jawab Phil. Sebelum diberitahu jawabannya pun, dari raut muka pengusaha muda itu jelas dia bakal senang dibantu oleh temannya Phil. Itu juga bukan tindakan yang akan Phil lakukan, dalam kondisi normal.

"Boleh, boleh! Atau biar saya saja yang mengontak? Kamu bisa kasih alamat emailnya, atau facebooknya?", ujar pengusaha itu dengan nada riang.

Phil lalu langsung mengetikkan alamat email temannya itu dan facebooknya juga. "Saya sudah kirimkan di kolom chat. Nanti juga saya akan pastikan dia tahu kalau bapak butuh dia"

"Baiklah, kalau begitu. Terima kasih ya, Phil!", pengusaha tersebut berterimakasih. Paling tidak urusannya bisa dikatakan beres disini.

"Terima kasih juga pak! Semoga usaha bapak lancar", Phil menutup pembicaraan. Dan begitu layar tersebut menghitam, dia hanya bisa duduk terhenyak, berpikir, Apa yang salah sama gue?

***

Hari Senin pun datang. Bagi Phil, sebenarnya setiap hari itu biasa saja, mau Senin, mau Sabtu. Kecuali hari ini, teman-temannya heran melihat sikap Phil yang agak berubah. Tidak biasanya dia mengobrol panjang lebar dengan orang lain, kecuali dengan Lisma. Seorang temannya mengira bahwa Phil jadian dengan seorang cewek, dan teman-temannya yang mendengarkan langsung tertawa terbahak-bahak. Phil, anak tertutup itu, punya pacar? Temannyapun tidak banyak. Namun pada akhirnya beritanya meluas, bahwa Phil memang diminta oleh gurunya untuk akrab dengan Lisma.

Shut-In Students and Visual NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang