19. Hadiah Kemenangan

29 7 0
                                    

Menjelang pertandingan Abi dan teman-temanya tengah bersiap, berkumpul di aula pertandingan basket yang di adakan di SMA lawan. Cowok itu terus mencari keberadaan kekasihnya, yang tidak juga muncul. Dia mengecek ponsel, tidak ada satu pun pesan yang masuk atau panggilan masuk.

Akhirnya dia menghubungi Safa, tapi tidak ada jawaban. Pesan whatsapp nya juga tidak dibaca, Abi mulai cemas.

“Bi, udah mau mulai. Lo telepon siapa sih?” Damar menepuk pundak Abi.

“Agil suruh main aja dulu,” Abi menjawabnya tanpa berhenti menelpon.

“Ngaco lo! Mana bisa, dia cadangan Bi. Masa kita main tanpa kapten.”

“Bisa, gue yakin kalian bisa.”

“Nggak bisa Abi!”

“Ck, bisa Mar! Ini Safa belum muncul dari tadi. Telepon juga nggak ada respon. Gue khawatir!”

“Ayolah bre! Profesional bisa? Gimana kita bisa menang kalau kaya gini. Dia kena macet kali.”

“Tapi perasaan gue nggak enak---”

“Abi!” panggil pelatih, keduanya menoleh “ayo masuk! Ngapain sih kalian?!”

Tanpa menghiraukan Abi yang enggan, Damar langsung menariknya ke tengah lapangan. Abi menatapnya tajam, menghempas tangan cowok itu dengan kasar.

Sorry...” ucap Damar.

Pertandingan pun dimulai, dan Safa masih belum muncul. Ketiadaan gadis itu membuat Abi tidak fokus bermain. Tim basketnya tertinggal jauh, SMA Aruna sudah menempati angka 20 sedangkan timnya masih menempati angka 5.

Come one! Ada apa sama lo? Kita ketinggalan jauh!” ujar Reza.

Safa benar-benar menguasai pikirannya saat ini. Kemana sebenarnya gadis itu?

Abi merebut bola, dan memasukkan ke ring, tapi meleset. Dia berdecak, mengacak rambutnya frustasi. Menoleh pada Damar yang menggeleng kecewa.

Permainan babak pertama selesai. Dan timnya kalah, Abi mengelap keringatnya. Mendesah kecewa, baru kali ini dia kacau saat bermain. Kemana kehebatan yang dia miliki? Safa benar-benar membuatnya gagal fokus.

“Ada apa dengan kamu Abi? Ini bukan latihan, ini pertandingan!” Ray pelatih terlihat sangat kecewa padanya.

“Maaf Pak,” bisik Abi.

“Fokus! Kalau babak ini kita tertinggal lagi, kita akan kalah.”

Abi mengangguk.

Damar menepuk bahunya, dan mengedikkan dagu ke arah pintu Aula. Abi menoleh dan mendapati gadisnya berdiri disana, melambaikan tangan dengan senyumnya yang menawan.

Abi bangkit, senyumnya berkembang. Tanpa menghiraukan orang-orang disekitar, Abi berlari menghampiri Safa dan memeluknya.

Ray menoleh pada Damar “cewek masalahnya?” Ray yang masih seorang mahasiswa, berdecak, mengingat masa SMA nya. Dia juga seperti itu dulu.

Damar menghela napas, bibirnya menyunggingkan senyum.

•••

Safa terkejut dengan perlakuan Abi yang menarik paksa dirinya ke dalam pelukan cowok itu. Memang bukan yang pertama kalinya, tapi kini mereka sedang berada di tempat umum, Safa merasa malu karena banyak ribuan pasang mata menatapnya.

“Kamu udah bikin aku kalah tahu nggak sih?” ucap Abi.

Safa mengerjapkan mata, berusaha melepaskan pelukan “emangnya aku ngapain?”

Hai Abi! (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang