Wonwoo tersenyum manis membuat hati Mingyu seakan tersayat. Lelaki berkacamata itu pun melepaskan kedua tangan Mingyu yang saat ini tengah menangkup wajahnya kemudian melepaskan pelukannya pada lelaki tinggi itu.
"Om tau cerita tentang matahari yang sangat mencintai bulan? He died every night just to let him breathe."
{}
Tepat ketika Wonwoo menyelesaikan kalimatnya, Mingyu dapat melihat senyuman itu sirna dari bibirnya. Wonwoo sontak mengambil kunci motornya kemudian melampirkan ransel hitamnya di sebelah bahu.
"Saya pulang ya, omski. Saya ke sini cuma mau nganter kue dan minta peluk doang. Makasih banyak ya, om. Saya pulang dulu, permisi." Ucap Wonwoo tanpa sekali pun menoleh ke arah Mingyu kemudian berjalan keluar.
Mingyu tidak bisa berkata apa-apa. Lelaki itu hanya terdiam sembari tubuhnya beranjak dari posisinya untuk melihat sosok Wonwoo yang saat ini tengah mengeluarkan motornya. Lelaki itu melambai sebelum akhirnya menancap gas hingga tidak lagi terlihat dari pandangan Mingyu.
Lelaki tinggi itu memijit keningnya yang berdenyut nyeri. Mingyu tau, lelaki itu telah menyakiti hati Wonwoo dengan ucapannya dan Mingyu tau, lelaki berkacamata itu sedari tadi menyembunyikan kekecewaannya.
"Fuck. Why now?"
{}
Wonwoo sampai di rumah sakit dengan suasana hati yang buruk. Lelaki itu bahkan tanpa sadar membanting pintu kamar rawat inap papa Ares sehingga sosok dokter Genta yang tengah berada di ruangan itu pun ikut terkejut akibatnya.
Wonwoo duduk di bangku meja makan kecil yang terletak di samping sofa tempatnya biasa tertidur kemudian membuka laptopnya. Well, mengerjakan tugas. Yah, meskipun suasana hatinya sedang buruk, tetapi tugas tetap harus jalan, kan?
Papa Ares dan dokter Genta hanya bisa diam melihat sosok Wonwoo yang sedari tadi sama sekali tidak menganggap mereka ada di sana membuat keduanya mengernyit seraya bertatapan satu sama lain menyalurkan rasa kebingungan di antara keduanya.
"Ck, elah. Ditolak mulu, kurang apa sih gue?" Terdengar suara ketikan pada keyboard laptop yang kasar dan terkesan seperti hendak menghancurkan laptop tersebut.
"Patah hati, dok." Bisik dokter Genta pada papa Ares.
"Ya tau sih jauh banget kalo dibanding doski yang hampir perfect itu tapi kan... ck, ah elah. Mau berapa kali lagi gue ditolak coba?" Tukas Wonwoo lagi masih dalam mode hendak menghancurkan keyboard laptopnya.
"Dok, saya izin duluan ya. Istirahatnya udah mau abis, jam setengah 4 mulai praktik lagi." Papa Ares tersenyum kemudian mengangguk kepada dokter Genta yang kini juga tengah tersenyum kepadanya.
Dokter Genta sengaja tidak menyapa Wonwoo. Lelaki itu tau jika Wonwoo sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Ia juga tau bahwa semenjak ayahnya kecelakaan dan dinyatakan koma, lelaki berkacamata itu nampaknya tidak menyukai kehadirannya sama sekali. Oleh karena itu, dokter Genta pun sontak keluar dari ruang inap papa Ares meninggalkan keduanya di sana.
Wonwoo masih dengan mulut yang tidak henti-hentinya mendumel sedangkan jari-jarinya masih berniat untuk merusak laptop butut nan usang berusia 7 tahunnya. Papa Ares hanya bisa mengernyit bingung sembari menerka-nerka perihal apa yang terjadi dengan puteranya itu.
Jika papa Ares tidak salah dengar tadi, Wonwoo habis ditolak. Tetapi papa Ares tidak tau siapa yang dimaksud oleh puteranya itu. Jika Wonwoo sedang patah hati, sebenarnya siapa yang membuat lelaki itu patah hati?
Mingyu?
Entahlah, hanya Mingyu yang saat ini muncul di kepalanya. Jujur, papa Ares memang sudah curiga dengan hubungan keduanya tetapi ia tidak yakin sebab Wonwoo maupun Mingyu tidak ada satu pun yang memberi tahunya perihal hubungan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita | Meanie [✔]
Fanfiction"Balapan aja terus ya, Wonwoo. Jangan sampai pertemuan kita selanjutnya adalah di ruang kerja saya apalagi di meja autopsi." "Yaelah om, sama balapan yang ilegal aja saya cinta apalagi kalo om buat hubungan kita legal hehehe." #1 in Meanie #1 in Ag...