Drowning

3.5K 357 256
                                    

"Ah, saya gak nyangka—enggak, lebih tepatnya gak sadar sih kalo cerita tentang matahari yang sangat mencintai bulan itu ternyata akan berakhir setragis ini. Well... at the end of the day, the sun dies while the moon breathes freely... right?"

Damn.


{}


Recommended BGM - Feelings by Jurrivh

Mingyu terdiam sedangkan Wonwoo saat ini kembali menatap ke arah langit. Lelaki itu terdiam seraya bibirnya masih tersenyum membuat hati Mingyu tergores nyeri. Tidak ada gunanya menyesali semua hal yang sudah diucapkannya. Semua sudah terlanjur bukan?

"If you want to end this here, then stop being nice to me." Tukas Wonwoo. Mingyu mengernyit.

"Kenapa? Kenapa saya harus berhenti untuk bersikap baik sama kamu?" Wonwoo menghela napas pelan. Sebenarnya lelaki ini bodoh atau bagaimana?

"Om itu dokter, kok begini aja otaknya macet sih? Masuk kedokteran nyogok uang pangkal ya?" Mingyu sontak berjalan menuju ke hadapan Wonwoo kemudian meletakkan kedua tangannya di kedua bahu Wonwoo.

"Kenapa saya harus berhenti, hm?" Wonwoo sontak menyingkirkan kedua tangan itu dari bahunya lalu menatap Mingyu datar.

"Om tau bedanya saya sama mayat?" Tanya Wonwoo dengan wajah datarnya yang membuat Mingyu bingung. Pasalnya, di saat seperti ini mengapa lelaki itu malah melontarkan tebak-tebakan?

"Won saya nggak lagi bercanda—"

"Mayat nggak bisa ngerasa sakit ketika tubuhnya dibelah karena seluruh tubuhnya udah mati. Saya masih hidup, om. Sedikit goresan aja bisa bikin saya sakit. Apa om sadar kalo saat ini om lagi menggores hati saya lebih dalem? Tau kan gimana rasanya?" Mingyu sontak terdiam. Ah, rupanya Wonwoo tidak sedang bercanda.

"Won, I'm sorr—"

"Biar saya ingetin sekali lagi saya masih manusia hidup. Jangan samain saya kayak mayat yang gak bisa ngerasain sakit, om. Think before you act. Otherwise you'll hurt people."

"Wonwoo. Maaf... saya nggak berniat buat nyakitin kamu. Saya cuma... saya cuma nggak tau harus gimana lagi. Jika kamu minta saya untuk jauhin kamu saya gak bisa. Can we... can we be friends at least?"

Teman?

Bahkan Wonwoo tidak pernah ingin berteman dengan Mingyu sedari awal. Lantas apakah ia harus menerima tawaran tersebut? Tentu saja tidak. Berteman dengan Mingyu kemudian terus menerus menahan cemburu melihat Mingyu dengan ayahnya jika lelaki itu memutuskan untuk mempertahankan beliau? Tidak terima kasih.

"Maaf om, gak bisa. Gak ada jaminan kalo kita jadi temen hati om bisa terbuka buat saya atau pun saya bisa ngelepas om gitu aja. So, I rather not be friends with you. Saya nggak mau jatuh lebih dalem lagi." Ucap Wonwoo datar.

"Tapi Won—"

"Kalo om mau akhirin semuanya di sini, oke. Fine. Tenang aja om, saya nggak akan ngelarang om buat dateng ke rumah sakit atau ke rumah buat ketemu papah karena itu hak om Mingyu. Tapi tolong jangan cari saya atau pun muncul di depan muka saya lagi, om. Biarin perasaan sia-sia ini ilang dengan sendirinya." Mingyu hanya bisa diam menikmati rasa sakit yang menyerang hatinya ketika lelaki tinggi itu melihat Wonwoo tersenyum hangat.

"Makasih banyak atas semuanya, om. Meskipun sebentar dan palsu, makasih karena om udah buat saya ngerasain apa itu cinta walaupun mungkin cuma saya yang ngerasain. It's a good experience, though. Thank you." Tukas Wonwoo lalu menghela napas pelan seraya melangkah maju mendekat dan membawa kedua tangannya untuk menangkup wajah Mingyu.

Swastamita | Meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang