Ya, Mingyu menyesal.
Menyesal akan semuanya dan ia lah yang harus di salahkan atas apa yang telah terjadi saat ini.
'Wonwoo... I love you, I love you, I love you, I fucking love you it hurts...'
But that night, Wonwoo couldn't even hear those confessions.
{}
"Mingyu, right? Wonwoo kecelakaan tunggal. Dia kehilangan cukup banyak darah, tulang-tulangnya patah, benturan di kepalanya cukup parah. He survived but now he's in comma. Kita nggak tau kapan dia akan bangun, kamu doain yang terbaik aja buat Wonwoo ya. Berserah diri ke Tuhan, biarin Wonwoo milih kemana dia akan pulang."
"Pak... pak Ares nggak akan percaya sama yang dokter ini bilang kan, pak? Tolong, jujur ke saya kalo yang di dalem itu bukan Wonwoo. Pak... tolong pak... bilang kalo yang di dalem bukan Won—"
"Bisa diem nggak sih lo, anjing?!"
Samar-samar suara percakapan yang cukup kencang menyapa telinganya membuat Wonwoo mulai merasa terganggu. Lelaki yang tengah terbaring tidak sadarkan diri di ruang ICU itu kini perlahan mulai mengerjapkan matanya. Cahaya terang yang menyilaukan mata sontak menyapa dirinya.
'Ah, so this is heaven? Tapi kok kayak kamar rawat papah dulu ya?'
Dengan kondisi tubuh yang masih sangat lemah, Wonwoo menelusuri tiap sudut ruangan dengan kedua matanya. Meskipun Wonwoo tidak bisa merasakan sekujur tubuhnya, tetapi ia bisa mendengar keributan yang membuatnya sontak bingung. Melihat surga yang berbentuk seperti rumah sakit saja Wonwoo sudah bingung, ditambah lagi mungkinkah di surga ada suara ribut-ribut?
"Bisa lo nggak usah drama? Udah jelas bukan yang di dalem itu Wonwoo? Lo pikir Wonwoo begitu karena siapa, hah?! Kalo bukan lo siapa lagi? Udahlah, cukup. Bisa nggak lo gak buat keributan di depan kamar Wonwoo, hm? Biarin dia istirahat. Jika lo mau buat keributan lo bisa angkat kaki dari sini sekarang juga, pintu keluar ada di sana."
"Tapi—"
"Eh, asal lo tau ya. Mungkin om Ares nggak akan pernah bisa marah atas apa yang udah lo lakuin ke anaknya. Tapi gue, gue nggak akan segan-segan nonjok muka lo sampe babak belur jika lo berani buat keributan di sini. Ngerti lo? Udah bagus lo masih diterima dateng ke sini, hargain orang lain. Hargain om Ares, hargain dokter-dokter yang nanganin Wonwoo. Lo dokter apa bukan?"
Wonwoo sedikit bingung masih dengan pemikiran jika dirinya sudah berada di surga saat ini yang faktanya, lelaki itu masih terbaring di ruang ICU dengan segala macam selang yang masuk lewat hidung dan mulutnya serta kabel-kabel yang menempel di badannya. Mendengar suara Hoshi samar-samar dan juga suara Mingyu membuat Wonwoo kian tersadar. Ah, ternyata ia masih hidup?
"Koh, udah."
'Oh... ternyata gak jadi meninggal? Sistem pencabut nyawanya rusak kali ya? Bagus deh. Berarti jadi beli rumah di Bali hehe abis ini gue tagih ke papah.' Batin Wonwoo senang. Samar-samar Wonwoo kembali mendengar suara kali ini lebih kecil dari sebelumnya yang ia yakini adalah dokter Genta.
"Mingyu, ini kecelakaan. Nggak ada yang bisa disalahkan di sini, sekarang gini. Wonwoo dalam kondisi koma, kita nggak bisa apa-apa. Berdoa sama Tuhan buat kesembuhan Wonwoo, hm. Saya yakin kamu adalah salah satu orang yang ingin Wonwoo liat di detik pertama dia bangun, hm." Mendengar ucapan dokter Genta yang diikuti oleh tangisan pilu dari seorang yang sangat ia cintai itu membuat Wonwoo sontak bingung sekaligus merasa sedikit sedih. Karena Wonwoo sama sekali tidak pernah mendengar Mingyu menangis selama ia mengenal lelaki tinggi itu. Ah, apakah tangisan itu untuknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita | Meanie [✔]
Fanfiction"Balapan aja terus ya, Wonwoo. Jangan sampai pertemuan kita selanjutnya adalah di ruang kerja saya apalagi di meja autopsi." "Yaelah om, sama balapan yang ilegal aja saya cinta apalagi kalo om buat hubungan kita legal hehehe." #1 in Meanie #1 in Ag...