"Maaf jika saya lancang, tapi saya harus buka masker kamu." Belum sempat Wonwoo melayangkan sebuah protes, Mingyu telah membuka kaitan sebelah kiri masker putih yang dikenakan Wonwoo.
"Ah..." Mingyu menjeda ucapannya dan sontak menatap kedua obsidian Wonwoo dengan lembut membuat Wonwoo tidak bisa berkutik.
"You're definitely him."
{}
Wonwoo sontak sadar kemudian mendorong Mingyu menjauh lalu kembali memakai maskernya. Lelaki berkacamata itu berdeham kecil kemudian menelan ludahnya susah payah sembari berpikir bagaimana cara untuk kabur.
"Maaf, om. Kayaknya om salah orang deh?" Tukas Wonwoo.
'Om?' Mingyu terkekeh kecil.
Sepertinya lelaki itu memang tidak ingin mengakui bahwa ia memanglah sosok yang tidur dengannya malam itu. Mingyu pun memutuskan untuk ikut ke dalam permainan pura-pura tidak tahu Wonwoo. Tetapi ia 100% yakin bahwa sosok ini adalah sosok yang sama dengan yang malam itu.
Begitu banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Mingyu melihat sosok Wonwoo sehingga tanpa sadar melupakan perasaan sedihnya atas kecelakaan yang menimpa dokter Ares. Mingyu bingung, bagian mana yang harus ia tanyakan terlebih dahulu? Mingyu pun menghela napas pelan.
"Okay, sorry. Let's say saya salah orang. Kalau gitu, makasih udah nemuin id card saya. Saya Mingyu, kamu?" Tukas Mingyu seraya mengulurkan tangannya pada Wonwoo. Melihat hal tersebut, diam-diam Wonwoo mendecak sebal usahanya melarikan diri mengapa begitu sulit sih?
"Ehm... bukannya saya udah bilang ini bakal jadi pertemuan pertama dan terakhir kita ya, om?" Mingyu mengernyit seketika teringat akan perkataan papa Ares kemarin dan juga tentang janjinya pada beliau untuk menjaga sang putera jika terjadi apa-apa pada dirinya.
'Astaga, pak Ares nggak punya cara lain untuk ngenalin anak bapak ke saya selain ini pak?'
Ah, apakah ini yang disebut dengan firasat? Atau ucapan adalah doa? Entahlah Mingyu tidak mengerti. Mingyu pun mengepalkan tangannya kemudian menghela napas kasar. Lelaki itu tidak menyangka bahwa cara dokter Ares untuk memperkenalkan Mingyu dengan puteranya harus dengan cara seperti ini.
"Yakin?" Tanya Mingyu dengan sebelah alis yang terangkat membuat Wonwoo menelan ludahnya susah payah. Wonwoo merasa yakin, tetapi mengapa nada lelaki itu seakan sangat yakin bahwa saat ini tidak akan menjadi pertemuan pertama--well, kedua dan terakhir mereka? Apakah akan ada pertemuan selanjutnya setelah ini?
"Yakin," Ucapnya ragu.
"Tapi saya nggak yakin. Karena setelah ini kita akan terus ketemu." Wonwoo mengernyit kemudian memutuskan untuk meninggalkan Mingyu.
Greb!
Belum sempat Wonwoo melangkah meninggalkan Mingyu, lelaki tinggi itu lebih dulu menahan lengannya membuat Wonwoo terpaksa berbalik untuk menatap Mingyu tajam. Tatapan yang semula tajam itu perlahan-lahan mulai melunak.
Deja vu.
Kali ini Wonwoo yang merasa de javu. Ia ingat sekali kejadian di pantai sore itu. Dimana Wonwoo hendak pergi tetapi lengannya ditahan oleh sosok yang ia ingat bernama Mingyu sehingga membuat mereka berakhir menatap sunset bersama. Bedanya, saat ini matahari yang menemani mereka tidak tenggelam di ujung laut, melainkan di ujung bukit yang berisi hamparan padang rumput hijau.
"Hngg... bisa lepasin nggak? Saya mau balik, kasian papah sendirian."
"Nggak sebelum kamu kasih tau saya nama kamu." Wonwoo menatap Mingyu dengan tatapan memelas membuat Mingyu menaikkan sebelah alisnya seraya menatap Wonwoo menuntut. Wonwoo pun menghela napas pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita | Meanie [✔]
Fanfic"Balapan aja terus ya, Wonwoo. Jangan sampai pertemuan kita selanjutnya adalah di ruang kerja saya apalagi di meja autopsi." "Yaelah om, sama balapan yang ilegal aja saya cinta apalagi kalo om buat hubungan kita legal hehehe." #1 in Meanie #1 in Ag...