Dan Wonwoo pun sontak berbalik meninggalkan Mingyu yang saat ini terjatuh lemas di atas rumput. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar menyesali semua yang telah ia perbuat. Air mata sontak berderai turun tanpa jeda. Malam itu, keindahan langit malam yang dihiasi oleh bulan sabit beserta rasi bintangnya menjadi saksi pahitnya sebuah perpisahan antara dua insan manusia yang mencintai satu sama lain.
Lantas siapa yang harus disalahkan di sini?
{}
Wonwoo sontak berjalan dengan cepat menuju motornya. Tidak peduli dengan kondisi Mingyu yang ia tinggal begitu saja, lelaki itu terus berjalan menuju motornya sembari menenangkan emosi yang sudah berada di puncaknya. Suara dering telepon berbunyi, Wonwoo pun sontak mengangkat telepon tersebut bertepatan dengan dirinya yang sampai di samping Choco.
"Halo?"
"Won, gak bisa dimajuin gila lo mah stress sih minta majuin di h-beberapa jam. Gak bisa, udah lo kemana dulu kek gitu kalo gabut, tetep setengah 12 jangan sampe telat!" Mendengar ucapan Jeonghan membuat Wonwoo menghela napasnya panjang. Hari ini ia tidak bisa mampir ke rumah Hoshi atau ke cafe dikarenakan besok pagi Hoshi baru kembali ke Jakarta karena seminggu ini lelaki itu ada di Surabaya.
"Yaudah." Telepon dimatikan sepihak oleh Wonwoo yang kini sontak memakai helm dan sarung tangannya.
Tidak lama kemudian Wonwoo pun memutuskan untuk sekedar jalan-jalan membelah jalanan ibu kota untuk sekedar menenangkan dirinya. Wonwoo membuka kaca helmnya untuk menikmati terpaan dinginnya angin malam di permukaan wajahnya. Lelaki itu pun menghirup dalam-dalam udara terebut dan menghembuskannya dengan pelan.
Di perjalanan, Wonwoo menemukan sebuah taman kosong di samping sebuah minimarket. Ia pun memutuskan untuk singgah sebentar di taman tersebut. Lelaki itu memarkirkan motornya di dekat akses masuk taman tersebut kemudian berjalan masuk ke mini market di samping taman untuk sekedar membeli rokok dan beberapa bungkus makanan kucing.
Setelah keluar dari mini market tersebut, Wonwoo pun duduk di sebuah bangku taman. Ia bersandar sembari menarik perhatian kucing-kucing di sekitar dengan suara makanan yang dikocok. Benar saja, ada beberapa kucing liar yang mendekati Wonwoo dan lelaki itu dengan senang hati membukakan makanan kucing yang tadi ia beli lalu diberikannya kepada kucing-kucing tersebut di samping kakinya.
Sembari berjongkok, Wonwoo pun memutuskan untuk menyalakan sebatang rokok yang ia beli tadi kemudian menyesap rokok tersebut dengan tujuan menenangkan diri. Sebelah tangannya yang terbebas ia gunakan untuk mengelus kucing-kucing yang tengah makan itu sembari bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman hangat.
"Doain mas Wonu menang ya soalnya lumayan hadiahnya 3 digit buat nyicil rumah di Bali, hehehehe." Setelah Wonwoo berucap demikian, kucing-kucing tersebut sontak berhenti kemudian menatap Wonwoo bersamaan membuat Wonwoo mengernyit bingung.
"Kenapa ngeliatinnya gitu? Mau lagi? Tapi itu belom abis, abisin dulu nanti mas kasih lagi." Alih-alih kembali memakan makanan yang diberikan Wonwoo, kucing-kucing tersebut malah mendekat dan menempelkan tubuh mereka kepada Wonwoo. Wonwoo tersenyum lebar. Yah, setidaknya kucing-kucing liar itu bisa menaikkan mood-nya sedikit kan.
{}
Recommended BGM - Love You Goodbye by One Direction
(Listen 'till the end of this chapter)Mingyu kembali masuk ke dalam ruang rawat inap papa Ares untuk pamit pulang. Di dalam, ia melihat seorang suster, papa Ares, dan dua orang lain yang memakai jas putih. Well, dua orang itu adalah dokter Mares dan dokter Genta. Mingyu tersenyum tipis kemudian berjalan mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita | Meanie [✔]
Fanfiction"Balapan aja terus ya, Wonwoo. Jangan sampai pertemuan kita selanjutnya adalah di ruang kerja saya apalagi di meja autopsi." "Yaelah om, sama balapan yang ilegal aja saya cinta apalagi kalo om buat hubungan kita legal hehehe." #1 in Meanie #1 in Ag...