Masih ingat kan hari dimana Jihan pergi sama anak dari teman papanya, alias anak om Ridwan?
Nah, mulai dari hari itu Jay tandain ini anak satu jadi sering banget dateng ke rumah. Alasannya mau belajar bareng Jihan, mau ajak main Jihan, dan segala macam.
Jay bukannya mau ngelarang atau apa tapi takut anaknya ini ngerepotin, serius deh.
Ya, meski dalam hatinya sedikit gak suka anaknya diajak keluar terus sama anak orang.
Masih susah aja gitu buat nerima kenyataan kalau anaknya udah besar.
Yang kemana-mana gak lagi harus didampingi sama orang tuanya.
Kayak sekarang ini, anak temannya itu—panggil aja Yudhis—lagi asik ngajarin anaknya salah satu materi.
Seneng si, anaknya ada yang bantu belajar selain Andre. Tapi balik lagi, kadang rasanya mau marah aja gitu.
“Yudhis, om dengar-dengar katanya kamu mau punya adik ya?”tanya Jay sembari mendekati anak nya dan anak temannya itu.
“Eh iya om, mama lagi hamil muda.”
“Wahh... Enak banget dong, punya teman dirumah.”ucap Jihan kagum.
“Gak juga, kadang jadi ikutan repot.”balas Yudhis.
“Seenggaknya kamu gak kesepian loh..”
“Iya juga si, tapi kan adik aku juga belum lahir.”
”Iya juga ya.”
Tuh, dicuekin lagi bapak Jay.
“Jihan, nanti sore mau ikut ke taman depan?”tanya Yudhis.
“Om gak kasih izin.”balas Jay cepat sebelum Jihan menjawab.
Jihan menghadap ke arah Jay, wajahnya merengut sedikit kesal tapi lebih ke bingung.
Jay yang semula duduk bersandar di sofa langsung duduk tegap, menatap anak gadisnya dan anak temannya bergantian.
“Bukannya papa mau ngekang ya, tapi papa perhatiin kamu jadi lebih sering bepergian dibanding dirumah. Bukan apa-apa kamu itu gampang kecapekan, papa gak mau lihat kamu sakit.”
Yudhis tersenyum canggung ketika Jay menatap ke arahnya, tatapannya keliatan biasa si tapi tetap aja tampang Jay itu galak.
“Papa...”panggil Jihan pelan.
Jay menoleh ke arah anaknya itu sembari tersenyum, “Kalau kamu masih mau pergi, izin ke mama aja.”
Setelahnya Jay beranjak pergi ke kamar, meninggalkan Jihan yang cemberut.
“Han, papa kamu bener kok. Kita bisa pergi lain kali, sekarang istirahat aja dulu.”ujar Yudhis sembari menepuk pelan bahu Jihan.
Jihan tersenyum, “Maaf ya kak, papa akhir-akhir ini lagi sensi.”
“Gak papa, santai aja.”
“Aku pamit pulang dulu ya, salamin ke om Jay.”
Yudhis bangkit dari duduknya disusul Jihan, mengantar Yudhis sampai depan pintu.
“Hati-hati kak.”
“Iya, pamit dulu Jihan.”
Jihan tersenyum lalu masuk ke dalam rumah setelah menutup pintu, terdiam karena baru sadar sesuatu.
Bisa aja kan ini alasan si papa gak mau Jihan terlalu dekat sama Yudhis?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yudhis Rahardja
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.