Jay terbangun dari tidurnya karena merasa wajahnya sedikit basah, ketika matanya terbuka jelas dapat dilihat sang anak yang memberi cengiran lebar dengan segelas air keran ditangannya.
Seketika otak Jay berhenti bekerja, matanya mengerjap mengingat kejadian tadi.
“Mama mu, udah pulang?”tanya Jay.
Dahi Jihan mengerut, kebingungan.
“Mama belum dateng, kenapa emang? Papa kangen sama mama?”
Dengan polosnya, Jihan bertanya.
Sedangkan papanya kini hanya terdiam, tidak menjawab perkataan dari sang anak.
Tangan Jay bergerak menggaruk tengkuknya, wajahnya sangat jelas terlihat bingung.
Jihan yang melihat merasa aneh, namun malas untuk bertanya. Memilih pergi ke dapur untuk menaruh gelas yang berisi air keran tersebut.
“Jihan?”Panggil Jay.
“Iya, kenapa?”tanya Jihan sembari menghampiri sang papa.
“Kalau ada mama suruh tunggu aja dulu, papa mau mandi sama ngurus berkas kantor.”
Jay berpesan pada Jihan, sebelum akhirna pergi menuju kamarnya.
✯✯✯✯
5 menit yang lalu Jay telah usai mandi, kini dirinya berdiam diri di depan kaca lemarinya. Mengerjapkan mata berkali-kali, seakan berusaha menyadarkan dirinya.
Jay masih bingung dengan kejadian tadi yang mana hanya mimpi, tapi bisa saja kenyataan. Ya, walau dirinya benar-benar menolak jika itu kenyataan.
Tapi dirinya merasa agak tenang dan lega, kala tahu bahwa itu hanya mimpi buruknya.
Diliriknya jam dinding yang menunjukkan jam 5 sore, namun belum ada tanda-tanda sang mantan istri datang.
Tidak lama pintu kamarnya diketuk, tidak perlu menunggu Jay untuk membuka. Pintu kamarna sudah terbuka dengan kepala sang anak yang terlihat.
“Pa, mama kayaknya gak jadi dateng.”ujar Jihan.
“Kenapa mikir gitu?”tanya Jay.
Jihan menggedikan bahunya tidak perduli, “Aku abis liat status wa nya nenek, lagi dibandara ada mama juga.”
Jay hanya diam menyimak sang anak. Garis bawahi, tanpa menyuruh sang anak untuk duduk di sofa yang ada di kamarnya.
“Mama sama nenek mau pergi ya, pa?”tanya Jihan.
Jay menghela nafas sejenak, lalu menghampiri sang anak.
“Mungkin mama ada urusan kerjaan, doain aja biar sampai tujuan dengan selamat.”ujar Jay sembari mengelus kepala sang anak.
“Mending kita berburu makanan, komplek sebelah ada semacam pasar malam gitu. Kita cari makan dulu, baru nanti jajan sepuasnya disana.”sambung Jay.
Jihan yang tadinya terlihat murung langsung tersenyum senang, “Oke! Jihan mandi dulu.”
Sebelum benar-benar pergi ke kamarnya, Jihan menyempatkan mencium pipi sang papa.
“Papa paling best!”ujarnya lalu lari ke arah kamarnya.
Sedangkan itu Jay langsung mengubah ekspresi ketika sang anak pergi, mengeluarkan handphone nya dan mengetik beberapa kata disana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.