08

143 17 1
                                        




Sore ini Jihan diungsi kan ke rumah tetangga depan, rumah Andre. Dia sendiri gak tau kenapa, padahal yang datang bertamu ke rumahnya itu Mama dan Omanya.





Tapi di satu sisi dia juga senang, baru sadar udah lumayan lama gak mampir ke rumah temannya ini.






“Gue mau nganterin buah ke rumah Vio dulu, mau ikut apa disini aja?” ini Andre.





Jihan menggeleng sembari tersenyum.




“Yaudah, gue tinggal sebentar. Kalau laper ke dapur aja, makan.”titah Andre.






“Iya, ada bunda gak?”kali ini Jihan melempar pertanyaan.





“Ada, dihalaman belakang. Samperin aja.”ujar Andre.






Disisi lain Jay kebingungan dengan mantan istri dan mantan mertua nya yang datang ke rumah.








Kalau sekedar Asha sih dia biasa aja, toh tadi udah kasih tau kan?






Tapi ini kok sama ibu nya?






“Mau ngomongin apa, ya?”tanya Jay to the point.







“Mama yang mau ngomong, bukan Asha.”jawab ibu dari mantan istrinya.





Jay tersenyum lalu mengangguk, memberikan isyarat agar ibu dari mantan istrinya berbicara.





“Ibu mau tanya, Jihan itu siapa kamu?”

Jay mengerutkan dahinya, menandai dirinya bingung. Melirik sedikit pada Asha yang hanya menunduk.





“Anak aku sama Asha lah bu, emang nya mau anak siapa?”balas Jay.





Sebelum menjawab ibu dari mantan istrinya itu tersenyum, senyum yang teduh. Dan itu membuat Jay deg-degan sendiri.




“Kalau misalkan Jihan bukan anak kamu, gimana?”







Nah kan, Jay makin bingung sama nenek dari anaknya ini. Kok jadi rada ngelantur?







“Ibu ngomong apa si, Jihan tuh ya anak nya aku sama Asha.”sangkal Jay.







Tapi, ibu dari Asha ini menggeleng mendengar penuturan Jay.





“Faktanya, enggak. Kamu dan anak ibu belum punya anak, tepatnya anak ibu belum siap menjadi orang tua.”ungkap ibu dari mantan istrinya.





Jay terdiam, menunggu kelanjutan ucapan dari mantan mertua nya itu.






“Maaf mas, aku yang salah disini.”


Tiba-tiba saja mantan istrinya berkata demikian, duh Jay makin pusing jadinya. Masih gak paham sama apa yang terjadi.






“Anak yang aku kandung waktu itu, dia udah gak ada.”sambung Asha.






“Maksud kamu apa? Jelas-jelas Jihan ada, dia udah besar malah. Kamu kok ngomong gitu?”






Beneran, Jay gak habis pikir kok istrinya bicara seperti itu?






“Kamu lupa? Anak kita yang aku kandung itu laki-laki, mas.”






Jay terdiam, ya benar juga. Bayi yang dikandung Asha dulu itu laki-laki.








“USG bisa aja meleset, Sha.”Jay kembali menyangkal.






Asha dan ibu nya menggeleng kompak.






“Ibu minta maaf sebesar-besarnya Jay, tapi waktu itu Asha benar-benar belum siap untuk memiliki anak. Kamu ingat waktu Asha masuk rumah sakit?”





Jay hanya mengangguk, ekspresi nya mulai tidak bersahabat.





Ibu Asha terlihat menghela nafas pelan, “Anak kalian lahir secara prematur, tapi Asha belum siap untuk merawat nya dan menjadi seorang ibu. Mau gak mau, anak kalian ibu tempatkan dipinggir jalan masuk taman umum.”






Rahang Jay terlihat mengeras, tatapannya kembali menajam. Asha sebagai mantan istrinya mulai gelisah, Jay tidak pernah begini.




“Terus, Jihan anak siapa?”tanya Jay.





“Kak Hendri, teman kamu. Dan itu alasan Jihan selalu mau ketemu sama kak Hendri.”ujar Asha.






Jay menghela nafas, “Kenapa harus Hendri? Kamu nikah sama dia diam-diam atau gimana?”





“Aku ambil Jihan tepat 9 bulan setelah aku hamil, yang sebenarnya aku udah melahirkan di usia kandungan 7 bulan.”






“Kamu tahu kan, istri kak Hendri meninggal setelah melahirkan anak pertama mereka?”







Jay mengusap kasar wajahnya, bingung harus bereaksi seperti apa. Ini lucu menurut nya.





Jadi selama 18 tahun Jihan bersamanya, dia hanya mengurus anak dari temannya??






Bisa-bisanya Jay sering ngelarang Jihan ketemu orang tua kandungnya sendiri…






“Mas aku—”





“Maaf ya Sha, bu. Saya perlu waktu buat semua ini, saya pengen sendiri dulu. Bisa kan kalian pulang?”



Jay memotong ucapan Asha.




Asha dan ibunya yang paham pun mengangguk, lalu berpamitan untuk pergi.






Meninggalkan Jay dengan rasa yang campur aduk.





Kesal, sedih, kecewa, dan bersalah. Semua jadi satu.





Ya Tuhan...



Tbc.

𝙿𝙰𝙿𝙰 || 𝚈𝚞𝚓𝚒𝚗 𝙸𝚅𝙴 & 𝙹𝚊𝚢 𝙴𝚗𝚑𝚢𝚙𝚎𝚗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang