∞
"Aku tahu, sekarang mungkin aku terlihat seperti superhero di matamu," kata Namjoon percaya diri. "Jadi, cobalah mengendalikan dirimu saat berada di dekatku, mengerti?"
Jantung di dalam dada Seokjin masih bergemuruh begitu keras dan cepat sehingga dia cukup yakin jika seluruh tubuhnya gemetaran. Seumur hidupnya, dia tidak pernah ditembak, jadi tentu saja ketika peluru-peluru itu nyaris mengenainya, dia merasa histeris.
Dan sekarang...
Seokjin menjadi sadar akan banyak hal. Terutama tentang Namjoon. Pemuda itu masih berada di atasnya dan... "Kau akan menciumku."
Namjoon tertawa, "Aku menyelamatkan hidupmu, itulah yang kulakukan."
"Kau akan menciumku," Seokjin menekankan sekali lagi. Oke, ya, pencahayaan di belakang mobil itu mungkin cukup redup. Tapi Seokjn yakin jika fokus Namjoon tertuju pada bibirnya dan beberapa saat yang lalu kepala pemuda itu baru saja menunduk ke arahnya.
"Aku hanya mencoba memastikan kau tidak tertembak." Bibirnya masih berada sangat dekat dengan bibir Seokjin. Tubuhnya─tubuhnya yang berotot berada di atas Seokjin.
Bahkan Seokjin bisa merasakan hembusan napas pemuda itu di pipinya. "Aku yakin mobil ini memiliki kaca anti peluru dan segala macam keamanan lainnya." Kata Seokjin karena dia tahu Namjoon dan juga kakaknya selalu agak berlebihan dalam hal transportasi. Meskipun pada akhirnya, tanpa Seokjin duga hal itu akan berguna.
Namjoon mengangguk. "Benar. Kaca mobilku anti peluru."
"Kalau begitu, bisakah kau bangun sekarang juga?"
Segera, Namjoon melepaskan genggamannya pada tangan Seokjin, bergerak menjauh darinya dan duduk di kursi sebelah.
Di sampingnya, Seokjin pun segera membenahi posisi duduknya, juga pakaiannya yang berantakan.
"Wew..."
Seokjin menoleh ke arah Namjoon.
"Kau punya kaki yang bagus."
Seokjin melotot. "Sekarang bukan waktu yang tepat untuk mempermainkanku."
"Siapa bilang aku mempermainkanmu? Aku memberimu pujian yang tulus."
Seokjin berdecak. "Bagiku, pujianmu hanyalah sebuah olokan." Kemudian, dia terdiam ketika sadar akan sesuatu. "Hei, bukan aku yang ingin orang itu tembak."
"Maaf?"
Seokjin menoleh ke sekeliling bagian dalam mobil itu dan dia melihat sebotol Jenever yang menunggu di dalam ember es di dekatnya. Seokjin meraihnya, membukanya, lalu menenggak minuman itu langsung dari botolnya tanpa meminta izin sang empunya lebih dulu.
"Seokjin?"
Seokjin meletakkan kembali botol itu ke dalam ember es dan menghela napas keras. "Maaf. Aku membutuhannya. Malam ini benar-benar buruk, pertama karena kencanku yang menyebalkan ditambah lagi dengan tembakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos | NamJin
ActionBagi Seokjin, Namjoon adalah orang yang menyebalkan. Bahkan sejak pertemuan pertama mereka.