∞
Seokjin berdiri tepat di luar kamar tidur Namjoon. Jari-jari kakinya menekuk di atas bulu karpet yang lembut sementara tangannya mencengkeram erat bagian depan piyama yang dia kenakan. Waktu telah menunjukkan tengah malam dan di luar sana, suara guntur dan petir bergemuruh begitu kencang.
Pikirannya berkecamuk gelisah dan untuk sesaat Seokjin hanya terdiam memandangi pintu yang tertutup di hadapannya.
Apakah dia harus mengetuk pintu itu? Atau sebaliknya, dia kembali ke kamar saja?
Setelah Taehyung pergi, suasana di rumah Namjoon menjadi sangat tegang. Jenis ketegangan yang tidak membuat Seokjin nyaman. Terutama ekspresi wajah Namjoon yang menyeramkan beberapa saat lalu masih terpatri jelas dalam ingatan Seokjin.
Seokjin belum pernah melihat Namjoon seperti itu sebelumnya. Dia belum pernah melihat tatapan Namjoon yang tampak begitu mematikan. Wajahnya tampak dingin dan marah saat pemuda itu menodongkan pisaunya ke arah leher Taehyung.
Saat itu, Seokjin merasa dia sedang menatap orang asing.
Dan... ya, tentu saja hal itu membuat Seokjin takut.
Tapi biar bagaimana pun, mereka perlu berbicara. Seokjin telah menghindarinya sejak kejadian itu dan mereka tidak bisa terus seperti ini. Saat ini ketika Seokjin tidak bisa tidur, dia memutuskan untuk pergi menemui Namjoon dan ingin berbicara dengannya.
Seokjin mengangkat tangannya, mengepalkan jari-jarinya yang berkeringat lalu memberanikan diri mengetuk pintu kamar itu.
Hanya saja, tidak ada jawaban.
Jadi, Seokjin mengetuknya lagi.
Namun, masih tidak ada jawaban.
Mungkin, Seokjin hanya harus kembali ke kamarnya dan tidur.
Atau mungkin, dia harus mencobanya sekali lagi?
Seokjin memutuskan memilih opsi kedua; untuk mengetuk pintu itu sekali lagi dengan lebih keras. Lalu─
Pintu itu terbuka, "Ternyata kau tidak mudah menyerah ya."
Seokjin menelan ludah. Namjoon berdiri menjulang di hadapannya hanya dengan mengenakan celana piyama tanpa atasan. Memamerkan dada telanjangnya dengan otot-otot yang terbentuk dengan sempurna. Cahaya dari lampu kamar di belakangnya menunjukkan dengan jelas lebar bahu pemuda itu yang luar biasa. Rambutnya acak-acakan, raut wajahnya masih tampak tegang. Tatapan Seokjin tanpa sadar semakin turun ke bawah, dan─
"Oh, sekarang kau menatapku seolah kau ingin memakanku hidup-hidup."
Sontak, Seokjin segera mendongak menatap wajah Namjoon. Tapi saat itu, dia bisa merasakan kedua pipinya yang memanas.
Namjoon mengangkat sebuah gelas dan menyesap cairan apa pun yang ada di dalamnya. "Kuperingatkan Seokjin, aku adalah seorang iblis." Dia kembali menenggak minumannya dalam sekali teguk hingga tandas, kemudian berbalik menjauh dari Seokjin. "Kembalilah tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos | NamJin
AksiyonBagi Seokjin, Namjoon adalah orang yang menyebalkan. Bahkan sejak pertemuan pertama mereka.