∞
Bunyi alarm memenuhi seisi ruangan. Suara yang membuat Seokjin tersentak dan sontak dia berlari keluar kamarnya, lalu melongok ke lantai bawah. Benar saja, di bawah sana dia melihat sosok Namjoon yang baru saja menuruni tangga. "Namjoon? Apa yang terjadi?" Tanyanya khawatir.
Namjoon berhenti untuk mendongak, "Ada penyusup." Dia mengeluarkan ponsel dan memerhatikan layarnya, kemudian dia menghubungi seseorang. "Tahan bajingan itu!" Perintah Namjoon, dan kemudian berlari keluar rumah.
∞
"Aku tidak sengaja terjatuh!" Pemuda itu mengangkat kedua tangannya. "A-aku hanya memanjat untuk melihat-lihat dan mengambil gambar," Dia melirik ke arah penjaga berbadan kekar, lalu beralih menatap Namjoon. "Tapi kupikir, mungkin aku salah alamat."
"Kau pikir aku bodoh?" Tanya Namjoon datar.
"Huh?"
"Jawabannya adalah tidak, aku tidak bodoh." Matanya menyipit ke arah si penyusup. "Dan aku mengenalmu."
"Tidak, kurasa kita belum pernah bertemu─"
"Aku mengingatmu." Namjoon menyipitkan mata ketika dia mengingat-ingat. "Kau seorang wartawan, Tuan Jae Park."
Sinar matahari menyinari rambut coklat Jae dan Namjoon bisa dengan mudah melihat kegelisahan di wajahnya yang berbingkai kaca mata. "Ya-ya, aku memang seorang wartawan," jawab Jae hati-hati. "Tapi aku berada di sini untuk memotret rumah-rumah mewah."
"Nonsens!" Namjoon tidak punya waktu untuk menanggapi omong kosong ini. "Kau ingin agensi memecatmu? Karena aku bisa dengan mudah melakukannya hanya dengan satu panggilan telepon." Desis Namjoon. "Aku bisa melakukannya detik ini juga."
Jae tergagap seraya menelan ludah. "Ja-jangan!"
"Mengapa kau menyusup ke rumahku?" Tanya Namjoon.
"Karena berita tentangmu sedang viral." Jae mengangguk kaku. "Aku berada di restoran tempat penembakan itu terjadi dan mereka semua membicarakan tentangmu juga pacarmu."
Pacarmu?
"Kau menyelematkannya dan pergi dari TKP dengan cepat. Polisi tidak ingin membagikan info tentang kejadian itu, jadi kupikir aku harus datang ke sini dan melihat sendiri apa yang mungkin bisa kutemukan tentang kalian."
Lalu, wartawan itu terdiam tetapi tubuhnya tidak berhenti gemetaran. Jelas sekali Jae terlihat sangat ketakutan. Sudah sewajarnya dia merasa takut.
Namjoon meraih kerah kemeja wartawan itu dan menariknya mendekat, "Kau berada di sana ketika penembakan itu terjadi?"
"Hei, lepaskan─"
"Kau pasti memotret kejadian itu, bukan?" Namjoon bisa melihat kebenaran dalam mata Jae. "Kau mengambil fotoku dan juga pacarku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos | NamJin
ActionBagi Seokjin, Namjoon adalah orang yang menyebalkan. Bahkan sejak pertemuan pertama mereka.