"Sebenarnya aku penasaran, kenapa sih kamu hobi banget minum sendirian?" Emma bertanya seraya menuang bir ke gelas milik Gabriel.
Entah sudah berapa gelas yang pria itu habiskan. Namun meski begitu, tidak ada tanda-tanda mabuk dalam diri Gabriel. Ia tetap bugar dan baik-baik saja.
"Aku tidak percaya kepada teman. Aku juga tidak suka berteman, aku lebih suka sendirian." Jawabnya singkat.
Emma hanya menyesap sedikit demi sedikit minumannya. Ia sengaja melakukan itu, karena Emma ingin bertanya-tanya setelah Gabriel mabuk. Bukankah orang mabuk selalu berkata jujur?
Tapi nampaknya membuat Gabriel mabuk itu sangat sulit. Pertahanan Gabriel terhadap alkohol sangatlah kuat. Sedari tadi pria itu masih sepenuhnya sadar meski sudah menghabiskan berbotol-botol minuman. Sedangkan Emma sudah mulai pusing meski baru menenggak sedikit saja.
"Lalu apa kamu pernah naksir seseorang? Atau saat ini? Apa ada seseorang yang kamu sukai?" Tanya Emma gemeteran. Ia akhirnya menenggak habis minumannya karena grogi dengan pertanyaanya sendiri.
Gabriel tersenyum mendengar pertanyaan itu. Emma selalu bertanya masalah percintaannya. Andai Emma tau jika ia tidak perlu khawatir, karena hati Gabriel tidak akan berpaling darinya.
"Aku menyukai seseorang." Ujar Gabriel singkat.
Emma kembali menuang alkohol kegelasnya, dan menenggaknya sampai tak bersisa. Ia melakukanya berkali-kali dengan mata yang mulai memerah.
"Apa kamu akan menikahinya?" Tanya Emma lagi.
"Saat waktunya tepat, aku akan menikahinya."
Saat waktunya tepat? Emma terkikik sambil menenggak kembali alkohol itu langsung dari botolnya. Apa saat yang tepat itu, disaat dirinya sudah bisa melepas Gabriel untuk wanita lain? Apa selama ini ia adalah parasit di hidup pria tersebut?
Gabriel hanya memandanginya ketika Emma bercucuran airmata seraya meminum alkohol itu dengan brutal hingga kesadarannya menghilang.
Gabriel tahu Emma salah paham. Gabirel ingin berkata bahawa wanita itu adalah dia, tapi Gabriel belum bisa. Lidahnya seakan kelu dan membeku.
"Kenapa kamu selalu memberiku harapan jika kamu mencintai orang lain?" Emma mulai terisak.
"Kamu selalu bersikap seolah menyayangiku, mencintaiku, tapi setelahnya kamu menganggap itu tidak ada artinya?" Lanjut Emma penuh keputusasaan.
"Kamu adikku Emma, itu artinya." Gabriel merutuki dirinya ketika kata-kata keparat itu keluar.
"Ohh... benarkah? Adik?" Emma tertawa kencang.
Emma tiba-tiba saja melepas seluruh pakaiannya. Dengan kesadaran yang sudah menghilang itu, ia memeluk Gabriel dan memaksa pria itu menyentuhnya. Ya, Emma gila! Dia sudah terlalu frustasi dan putus asa.
"Sentuh aku, jadilah pria pertamaku, dan aku akan pergi setelahnya. Aku akan menerima Edwin, sedangkan kamu bebas menikah dengan siapapun yang kau mau." Emma tertawa geli. Ia membawa tangan Gabriel kepada salah satu dadanya, lalu meminta pria itu meremasnya.
"Aku hanya akan merelakannya untukmu Gabriel." Isaknya pilu. "Aku membatasi pergaulanku, bahkan aku menolak Edwin berkali-kali. Ayo lakukan, dan setelah ini aku tidak akan mengharapkanmu lagi."
Gabriel memejamkan matanya frustasi. Emma memang selalu melakukan hal yang tak wajar saat mabuk. Tapi kali ini, Gabriel merasakan ungkapan isi hati wanita itu yang sebenarnya. Begitu rapuh dan putus asa.
"Wanita itu adalah kamu, bukan orang lain. Kamu yang aku cintai." Bisik Gabriel perlahan, lalu membawanya bangkit dari sofa tersebut menuju kamarnya.
"Jadi aku?" Tanya Emma sambil tertawa geli. Ia sudah benar-benar kehilangan akal sehat dan dikuasai oleh minuman keras.
"Benar!" Gabriel menjilat bibir merah wanitanya.
Setelah sampai di kamarnya, Gabriel melucuti pakaiannya sendiri. Ia juga kehilangan akal ketika melihat wanita yang selalu memenuhi kepalanya menyerahkan diri. Telanjang dihadapannya!
Gabriel segera memagut bibir Emma seraya menindih tubuh ramping nan indah milik wanita tersebut. Kulit mereka bersentuhan, saling menyapa dengan intim untuk pertamakalinya.
Sepertinya alkohol juga sedikit membuat Gabriel lupa diri. Saat ini Gabriel menyeret hidungnya kepada setiap jengkal tubuh Emma yang tak tertutup apapun.
"Aku pernah bermimpi kamu mengecup milikku dibawah pancuran air. Kamu tahu?Itu pagi paling indah jika benar terjadi." Emma mengusap wajah Gabriel lembut.
"Aku memang melakukannya hari itu." Bisik Gabriel seraya membuka lebar kaki Emma, untuk segera memagut bibir bawahnya. Menjilatinya, seraya menusuknya dengan sensual. Lidahnya bermain dengan sangat lihai.
Emma menjepit kepala Gabriel dengan kakinya, itu sungguh nikmat dan mendebarkan. Permainan lidahnya membuat Emma gila!
"Gab...!!!" Emma menjambak Gabriel tatkala sensasi yang ia rasakan semakin nikmat. "Jika ini mimpi, aku tidak ingin semua berakhir dengan cepat."
*Adegan dewasa dihapus. Bisa dibaca di KK dan GP
******
Jangan lupa baca cerita baruku yaaa
Hottest Junior Mafia
Dan cerita lama yang aku repost
Unhappy Marriage
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire
RomanceDua geng mafia berperang untuk saling menjatuhkan, merebut kekuasaan, dan membalaskan dendam. Namun ternyata kisah kehidupan mereka tidak hanya seputar itu. Para pemimpin mafia malah terjebak dengan hasrat terlarang ditengah-tengah misi perebutan k...