>9<

576 79 3
                                    

.
.
.
.
.

Midoriya terbangun di ruangan yang asing. Begitu kesadarannya sudah sepenuhnya pulih, dia segera berpikir.

Itu bukan kamarnya, dan bukan juga rumah sakit.

Rumah sakit?

Oh, benar juga. Dia ada di sana tadi, hingga kemudian sosok yang mengaku sebagai ayahnya muncul.

Kemudian...

Huh? Apa yang terjadi setelahnya?

Apa beberapa hari sudah berlalu sejak saat itu? Kenapa dia sudah tidak berada di ruang rawat lagi?

Semburat cahaya matahari menembus tipis dari tirai yang menutupi jendela di samping tempat tidurnya. Dia tidak tahu sekarang masih pagi atau sudah siang.

Midoriya perlahan bangun dengan tubuh yang lemas. Dia menurunkan kedua kaki untuk menapak lantai yang dingin dan duduk di tepi tempat tidurnya.

Dia memandangi seisi ruangan itu. Terlihat cukup sepi. Hanya ada beberapa barang penting saja yang terlihat.

Sebuah lemari, tempat tidur, serta meja dan kursi di samping sebuah cermin tinggi.

Midoriya bangkit berdiri. Kakinya melangkah menuju jendela, dengan sebelah tangan dia sedikit menyibak tirai biru pucat itu. Matahari sudah cukup tinggi, mungkin sudah lebih dari pukul dua belas siang.

Ingat akan rasa penasaran mengenai di mana dia berada sekarang, surai hijau itu berbalik dan berjalan menuju pintu.

Klak

Pintu tidak terkunci saat dia memutar kenop berwarna peraknya. Perlahan dia menarik pintu membuka ke dalam.

Terlihat sebuah ruangan lain yang lebih besar sekitar tiga kali dari kamar itu. Cahaya putih temaram menyinari ruangan dengan dinding dan lantai yang berwarna gelap. Terlihat seperti ruang tengah, tapi dengan sedikit barang furniture dan sisanya adalah tumpukan kotak kayu dan kardus besar yang ada di setiap sudut.

Midoriya keluar dari area kamar dan menapak ke lantai ruang tengah itu dengan sedikit menyeret langkahnya karena tubuhnya masih lemas.

"Di mana... ini? " pikirnya. "Apa ini rumah milik ayah?"

Terdengar suara langkah yang pelan namun menggema pada sebuah lorong yang tidak terlihat dari tempatnya berdiri. Tak lama kemudian muncul seseorang dengan surai hitam yang memegang segelas air dan kondisi kulitnya sempat mengejutkan Midoriya saat pertama kali melihatnya.

Orang itu menoleh menyadari keberadaan Midoriya.

"Sudah bangun ternyata. Apa kau haus? "

Ada orang lain di tempat itu. Apa itu bukan rumah ayahnya? Atau ayahnya tinggal bersama orang lain?

Ugh, di mana ayahnya? Memikirkan semua kebingungan itu membuat tubuh lemasnya semakin kehabisan energi.

"Ano... di mana ini? "

"Kau tahu siapa yang membawamu ke sini? "

"Uhm... aku tidak ingat karena kurasa aku tertidur. Tapi kurasa... ayahku? "

"Yah, setidaknya kau tahu itu. "

"Apa ini rumah milik ayah? "

"Kau bisa anggap saja begitu. Tidak perlu berpikir terlalu rumit. "

"Lalu uhm... siapa Anda? "

Terdengar dengusan kecil dari surai hitam itu. "Aku Dabi, dan jangan terlalu formal padaku meski aku memang lebih tua darimu. "

Darkness - BnHA Fanfict (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang