>4<

690 119 7
                                    

.
.
.
.
.

Bakugou menatap pada Midoriya yang berada di seberang kaca satu arah itu. Jawaban yang diberikan surai hijau itu membuatnya sepenuhnya terdiam.

"Saya sendiri yang membunuhnya. "

"Itu tidak benar! " Mitsuki berseru setelah Midoriya menjawab pertanyaan penyelidik.

Wanita itu melihat pada salah satu polisi yang ada di kursi pengawas ruang interogasi. "Itu pasti hanya kebohongan, anak itu tidak akan pernah melakukannya! "

Polisi tidak memiliki pilihan selain meminta Mitsuki untuk tenang sementara interogasi di dalam berlangsung.

Masaru sampai harus turun tangan untuk membuat istrinya berhenti meneriaki polisi. "Kita dengarkan dulu sampai selesai, ya? " bujuknya.

Di sisi lain, dalam hening, Bakugou setuju dengan perkataan ibunya. Midoriya tidak akan pernah membunuh Inko. Sama sekali tidak akan pernah, tidak peduli sebenci apa dia, tidak peduli diperlakukan seburuk apa, dia tidak akan pernah melakukannya.

Apa yang Midoriya ucapkan tadi pasti bukanlah kebenaran. Ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kematian Inko.

Di dalam ruangan tertutup, penyelidik melihat pada remaja yang baru saja menjawab tanpa menatapnya itu.

"Bisa kau jelaskan kenapa kau membunuh ibumu? "

Midoriya kembali tidak langsung menjawab, setelah hening sejenak, barulah dia membuka mulut.

"Saya adalah hasil dari sebuah hubungan gelap antara ibu saya dan seorang pria yang bahkan saya tidak pernah tahu siapa. Meski tetap melahirkan saya, okaa-san tidak pernah menganggap saya sebagai buah hatinya sendiri. Dia justru menyalahkan saya atas semua yang terjadi padanya dan selalu memperlakukan saya dengan buruk.

Selalu menderita sejak kecil, sebuah perasaan perlahan menumpuk dalam hati kecil saya. Sebuah perasaan benci. "

Selama penjelasan, yang Bakugou lihat dan dengar hanya satu, kebohongan. Tanpa sadar dua tangannya mulai mengepal seiring dia mendengar cerita itu.

"Jadi perasaanmu meluap hingga kau membunuhnya? Bagaimana kejadiannya? "

"Dua minggu lalu, okaa-san marah dalam keadaan mabuk seperti biasa. Saat itu dia terus berteriak dan memukul. Luka yang kudapat dari kekerasan sebelumnya masih ada, dan saat itu terasa amat sakit ketika dia kembali memukulku...

Saya mendorongnya keras hingga okaa-san jatuh mengenai lemari. Kepala belakangnya terantuk, tapi okaa-san masih sadar. Sampai kemudian isi dari lemari yang berupa benda-benda keramik berjatuhan dan... menimpa kepalanya. "

Midoriya diam sejenak. Penyelidik diam mendengarkannya dengan fokus.

"Kepalanya berdarah. Saya hanya bisa diam sampai akhirnya sadar jika ibuku sudah tewas... "

Penyelidik memandang wajah remaja itu.

"Bisakah kukatakan jika tindakanmu hanya sebatas mencoba melindungi diri pada awalnya? "

"Saya tahu keramik akan jatuh dari lemari sesaat sebelum itu terjadi, tapi saya membiarkannya terjadi. Mungkin juga jika saya segera menghubungi medis, okaa-san bisa terselamatkan, tapi saya hanya diam... hingga melihatnya tewas... "

"Midoriya–"

"Saya membunuhnya, saya adalah seorang pembunuh... Saya bersalah... Saya mengakui diri saya bersalah... "

Untuk pertamakalinya Midoriya mengangkat wajah dan melihat langsung ke mata sang penyelidik.

"Saya akan menerima semua hukuman yang layak saya dapatkan..."

Darkness - BnHA Fanfict (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang