'PUAS'

700 42 42
                                    

'Only Six Boy'

By mnd_aul
.

.

.
Happy Reading📖

BRUK

BUGH

"Aaarrggghhh...COWOK SIALAN!"

Suara penuh amarah dari Taufan yang sedang melampiaskan amarah. Tadi, setelah sampai rumah ia langsung pergi lagi mengendarai motor kesayangannya. Padahal dia tadi pulang pukul sepuluh lebih lima menit. Seakan tuli, ia tak mendengar suara teriakan kedua orang tua-nya yang memanggil namanya.

Dan di sinilah dia, di sebuah bangunan tua berlantai tiga, mirip seperti gedung kosong yang telah terbengkalai lama. Jarak dari rumah ke bangunan ini lumaya jauh, bisa mencapai tiga puluh menit untuk sampai ke tempat ini. Tidak banyak penduduk yang tinggal di wilayah ini. Di sini juga banyak bangunan-bangunan kosong yang tak terpakai, seperti gudang, tempat kontruksi, rumah, toko, bahkan gedung sekolah.

Benar-benar sepi, sunyi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Namun, menenangkan.

BRAK

"COWOK BRENGSEK!!!!!"

Taufan melempar lagi kursi di dekatnya. Orang-orang yang sedari tadi berdiri tak jauh darinya hanya berdiri diam membisu. Tidak ada satu pun diantara mereka yang berani mendekat. Kalau ada pun nyawa mereka yang jadi taruhannya.

"Lo kenapa sih, Fan? Setiap ada masalah, pasti lo kayak gini. Kek bocah tau gak?!"

"DIAMMM! Gue gak butuh ceramah dari lo! Mending lo urus diri lo sendiri!"

Mungkin cuma dia yang berani berhadapan dengan sang ketua. Sesosok yang bahkan tidak peduli dengan nyawa yang sedang dipataruhkan. Motonya hanya satu, mati itu takdir.

Dia, Revan namanya. Lengkapnya, Revano Adreansyah, sahabat sekaligus tangan kanan Taufan. Satu-satunya orang yang mampu meredakan emosi Taufan.

'Gue bisa meredakan emosi lo, tapi gue gak sanggup ngendaliin elo.' -Revan-

Setelah mengatakan itu, Taufan melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda. Melempar barang-barang di sekitarnya untuk melampiaskan amarahnya.

"Dari pada lo ngelempari barang itu, mending kita ke bar! Gimana? Lebih memuaskan, kan?" ajakan sesad Revan menghentikan kegiatan Taufan.

Pemuda itu juga terdiam sebentar, mencerna ucapan yang barusan ia lontarkan. Sedetik kemudian ia merutuki kebodohannya mengatakan itu, tapi nasi sudah menjadi bubur. Tak ada cara lain selain nyebur lagi, udah terlanjur basah juga kan?

Taufan menatapnya sejenak, sebelum sebuah senyuman tersungging di bibir tipis itu. Ia sebenarnya tidak diizinkan untuk datang ke tempat seperti itu. Tapi karena sekarang pikirannya sedang berantakan, maka ia memutuskan untuk...

"GASKEUN!!"
.

.

.

.

.
"Gilak!! Lo tadi keren banget, Thorn!"

Itu suara milik pemuda bernetral jingga. Fernando Blaze Anggara, anak ketiga dari enam bersaudara. Orang yang pertama kali berani membuat keributan di awal pertemuannya dengan calon peneman hidup. Bahkan mengatai calonnya sendiri norak.

ONLY SIX BOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang