Bagian 2 : Let's Start The Game, Babe!

2.2K 239 18
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Let's Start The Game, Babe!

Malam ini Feyre sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, tidak lebih tepatnya gadis itu memberontak minta dipulangkan. Mati matian Razan memberi Feyre pengertian serta siraman rohani tapi lelaki itu tetap kalah telak jika berdebat dengan sang kakak. Menghindari perdebatan yang berkelanjutan, Razan memilih mengalah. Lelaki itu mau meng acc permintaan Feyre asalkan gadis itu juga mau menuruti keinginan Razan.

Disinilah gadis itu sekarang, di dalam kamar tidur modern minimalis dengan perpaduan warna putih dan hijau tua membuat mata sejuk memandangnya. Walau kamar ini tidak sebesar kamarnya, warnanya juga bukan tipenya tapi Feyre akui ia sangat nyaman disini.

Feyre segera menutup pintu kamar tidak lupa menguncinya, gadis itu mendekat ke arah meja belajar dan menghidupkan lampu baca. Entah dorongan dari mana, Feyre dengan lancangnya membuka buku bersampul hitam yang sedari tadi menarik perhatiannya.

Tidak ada catatan penting disana, hanya terdapat coretan bolpoin abstrak tetapi cara mencoretnya ditekan sampai terdapat bekas di balik halamannya. Seakan akan coretan itu dibuat untuk melampiaskan kekesalan. Mungkin memang iya.

Feyre membalik buku itu dengan perlahan, ia takut ada suatu hal yang dilewatkan. Semakin jauh gadis itu membalik buku, kepalanya semakin terasa berat. Feyre menghentikan kegiatannya, ia fokus memegangi kepalanya yang semakin terasa pusing. Telinganya berdengung hebat. Feyre berjalan menuju kasur dengan hati hati kemudian meringkuk diatas sana.

Kilasan bayangan masa lalu seseorang yang mengenaskan, darah bercucuran dimana mana, teriakan teriakan itu, suara pukulan, tangisan yang meraung raung, suara rintihan membuat Feyre mengerang kesakitan. Memori asing masuk ke dalam pikirannya. 

“Dasar bocah sialan! kehadiranmu hanya menghalangi rencanaku. Mati kau mati!”

Feyre membuka matanya tanda kepalanya sudah tidak sakit lagi. Bangun dari posisi meringkuknya, kemudian menatap tajam objek yang ada didepannya. Jangan lupakan smirk yang sekarang terlukis dibibir gadis itu. “Let’s start the game, babe!”

***

Feyre menatap gedung besar didepannya, entah sudah berapa lama ia hanya berdiri di samping gerbang kokoh yang menjulang tinggi ini sambil melirik ke kanan ke kiri. Ia mempererat cekalan di tali ranselnya sambil terus meyakinkan hatinya.

Setelah melewati perdebatan panjang dengan Razan akhirnya Feyre diizinkan untuk pergi sekolah hari ini. Ia sengaja minta berangkat lebih pagi. Samar, nanti ada siswa siswi yang menatapnya tak suka atau mengolok-oloknya. Jika di kehidupan sebelumnya ada sahabat sahabatnya yang dengan senang hati menempeleng siswa siswi yang kurang ajar dengannya, sekarang dia tak punya siapa siapa. Fyi, dirinya dan Razan tidak satu sekolah.

Figuran PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang