Bagian 8 : Baikan

1.2K 134 8
                                    

8. Baikan

Sedari tadi Elma mengobrak abrik barang barang di gudang yang harusnya dari tadi sudah ketemu. Sesaat setelah Vania berhenti mengoceh, gadis itu menerima telepon dan berlalu begitu saja. Biadab memang.

"RAJAAAN, PAKU SAMA PALUNYA DIMANA TEMPATNYA?"

"POJOK SENDIRI KAK, KANANNYA LEMARI!"

"NGGA ADA AJAAN!"

"KALO GITU DI KIRINYA LEMARI."

Elma mendengus, "kenapa ngga diambil sendiri sih! ah, ga nemu nemu ini!"

Gadis itu mencak mencak sendiri ditempatnya, "jangan jangan di dalem lemari lagi. Napa ngga kepikiran dari tadi sih, keburu tantrum nih gue."

"Lah, kekunci!" Dengan kekuatan setengah hidup dan mati Elma menarik pintu dan ya! pintu itu terbuka. Bukan hanya terbuka, pintu itu terlepas dari tempatnya.

"Aduh mampus lu! hayo, Elma! hayolo Elma ngerusakin pintu.." rutuknya.

Gadis itu menggigit bibir dalamnya, panik. Rumah orang masalahnya!

Dia mencoba memasang kembali pintu lemari usang itu namun usahanya sia-sia. Pintu lemari itu malah menimpanya.

"Pintunya gada bedanya sama Vania, biadab bener dah." Pandangannya terjatuh pada sesuatu yang berada di dalam lemari itu, "sapa ni?"

Elma menatap foto yang sekarang berada di genggamannya. Sepasang kekasih yang mengabadikan momen kelulusan mereka, terlihat karena selempang wisuda tersampir di bahu keduanya.

Mereka tampak serasi juga romantis dengan posisi si lelaki yang memeluk perempuannya dari belakang kemudian menumpukan dagunya di bahu sang kekasih. Mereka tersenyum lebar menghadap kamera.

Tangannya bergerak mengelus foto berdebu itu, "Alan.."

Mengapa bisa kedua orang tua Elma mirip dengannya dan kekasihnya di kehidupan lalu? semirip itu! bahkan, ayah Elma memiliki lesung pipi yang sama dengan Alan, tunangannya. "Pantes Razan punya lesung pipi, nurun bapaknya," kekehnya.

Elma menghela nafas, ingatannya terlempar pada kehidupan lalu.

"Aaaayaaanggg poto dulu ayooo." Dengan sebal, lelaki itu menghentak-hentakan kakinya. Bibirnya melengkung kebawah.

"Ngga usah kaya anak kecil deh Lan, malu. Diliatin tuh."

"Feye maahh, ayo foto! ayo ihhh."

Lelaki itu terus merengek, tangannya ia gunakan untuk menarik narik ujung baju kekasihnya.

"Ayo ayang potoo. Momen kelulusan harus diabadikan!" ujarnya membujuk sang kekasih.

"Diabadikan diabadikan! gue gerak aja lo poto!" cibir Feyre.

"Itu namanya mengabadikan setiap momen sayangku! lagian fotonya ngga ada yang aib kan, cantik semuanya!" balas Alan tak mau kalah.

Figuran PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang