02 ¦ Aru... ACTION!

2 0 0
                                        

   Jika dipikirkan pemicu terbesar Ethan ngotot pengen jadi KETOS tuh sebenarnya cuma satu. Pasti karena dia dibanding-bandingin sama Eza—sepupu dari keluarga mamanya Ethan.

   Terlalu sering disindir bahwa Ethan hanya terlalu sering mengisi posisi anggota sementara Eza selalu menjadi ketua membuat wajah Ethan merengut sore itu kala dirinya baru saja pulang dari rumah Eza.

   "Pokoknya gua harus naik pangkat! Gua nggak mau jadi anggota lagi." ucap Ethan merengut, duduk di bawah kasur Aru. "Next, pemilihan OSIS, gua bakal jadi nyalonin diri jadi KETOS."

   "Dibandingin lagi, kak?"

   Ethan mengangguk, bibir monyong lima sentinya adalah bukti nyata dari rasa buruk yang tengah bersemayam di hatinya. 


"Kesal gua sama Eza, masa mama sama papa bandingin gua sama Kak Eza yang selalu jadi ketua di setiap organisasi. Kesel nggak sih lo kalo digituin?"

    Aru menggeleng, ia anak tunggal, jadi ia tak pernah tahu rasanya dibandingkan.

   "Kesel dong! Gimana sih?"

   "Kalo kesel berguna emang? Biarinin aja sih, Ka. Jangan dengerin apa kata orang mulu." ucap Aru berharap Ethan tak baper lagi.

    "Pokoknya kalo nanti pemilihan OSIS baru dimulai, lo juga harus daftar jadi OSIS ya? Gua nanti nyalonin jadi KETOS, lo juga nyalonin WAKETOS." kata Ethan ketika masalah bernama Anhalya itu belum memijakkan kakinya di sekolah mereka.

    Aru mengangguk asal saja kala itu, bahkan Aru bilang. "Nggak boleh ada kandidat lain yang jadi pasangan lo ya, kak? Kalo ada gua pecat lo dari posisi kakak sepupu gua."

     Ethan terkekeh, dirinya kembali terhibur karena ancaman tak berarti Aru. "Tenang, bakal cuma lo yang pantas buat nemenin Aa Ethan memimpin."

      Sekarang.
    
     Dan sekarang... Aru menyesal bilang kalau tak ada boleh siapapun selain dirinya.

***

   "Aru? Fighting!" kata Ethan menyengir lebar.

   Cowok itu meninju udara di sekitarnya tanda memberi semangat pada Aru.

   "Ketawa-ketawa lo ye!"

    "Sholeh banget lo, Ru" puji Rendy memberi Aru dua jempol.

    "Sholehah aja dong, kan dia cewek." ralat Yaka tersenyum tengil.

   "Bacot banget, gua tampol nih!" gemas Aru membuat Yaka dan Rendy berlari terbirit-birit.

   "Ru.." panggil Lala menatap wajah Aru melas. "Fighting, Ru! Gua doain lo nggak ditelan hidup-hidup sama Kak Agha."

   Aru meringis. "Makasih doanya teman."

    Pagi ini, bermodalkan muka tembok, Aru sudah stan bye di sisi luar gerbang dengan sebuah paper bag di tangan kanannya. Ia tak tahu kapan Agha datang. Jelasnya, tidak mungkin datang pagi.

    Maka, satu-satunya cara jika ingin membuat Agha berubah adalah mencegahnya dan membenahi diri cowok itu sebelum memasuki gerbang agar usahanya tidak sia-sia.

    Lebih tepatnya, agar orang-orang percaya akan kata-kata Ethan bahwa pasangan Ethan-Aru akan sukses membina Agha ke jalan yang benar.

AGHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang