Kejadian itu terlalu tiba-tiba baginya. Takut, bingung, marah, semua rasanya muncul secara acak.
Ceritanya yang ia kira cukup sehari saja, tak begitu kenyataannya.
Cerita kaburnya yang pertama malah membawa pada cerita kaburnya yang lain, jelas unt...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
10 bulan kemudian
Gema suara kendaraan roda empat menggema digarasi meski sangat halus. Dobrakan suara pintu kendaraan itu diikuti suara langkah yang terburu. Hari menuju gelap, untungnya ia sudah tiba dirumah. Hanya saja wajahnya terlihat sangat kusut dan lelah.
"Nona sudah pulang?"
"Nona, Bapak menghubungi beberapa kali tadi, katanya jangan sampai telat untuk acara makan malam nanti"
"Iya, iya... ini makanya aku buru-buru"
"Kuliahnya memang sampai sore"
"Oh iya, Ayah langsung kesana atau bersama denganku dari sini?"
"Langsung bertemu disana, Nona"
"Takut telat katanya, apalagi ada undangan khusus malam ini"
"Apa Nona sudah tahu soal itu?"
"Ehm yah, aku sudah tahu"
"Tapi Ayah tidak mempersiapkan acara pesta ulang tahun berlebihankan? cuma makan malam eksklusif saja bukan?"
"Yang saya tahu begitu,Nona"
"Good, itu lebih baik"
"Baiklah, aku mau mandi dulu terus bersiap"
Lalisa yang sudah seharian sangat sibuk dengan kegiatan kuliah magister dan juga terlibat di proyek-proyek sosial Ayahnya itu, harus segera bersiap menuju ke sebuah lokasi makan malam ulang tahunnya. Dia membenci pesta ulang tahun yang membuatnya harus menjadi pusat perhatian. Makanya setiap menjelang hari spesialnya, Lalisa akan selalu mengingatkan dan mewanti-wanti agar tidak ada pesta meriah untuknya.
Malam ini hanya makan malam istimewa yang disiapkan oleh Ayahnya itu, cuma ada yang sedikit berbeda malam ini, karena tidak hanya keluarga inti dan kerabatnya, melainkan ada undangan yang diajak khusus oleh Ayahnya. Lalisa hanya mencoba sedikit melunak kali ini, sehingga ia tak menyatakan keberatan atau sejenisnya. Berarti hari ini ia akan bertemu undangan tersebut disana.
Kamarnya ada diujung lantai dua, gadis itu meraih gagang pintu, namun wajahnya berkerut. Kamar luasnya sudah penuh dengan hadiah, bunga, dan entah apa yang lainnya, tapi cukup memenuhi kamar.
Ia masuk akhirnya, melihat sekilas satu per satu hadiah yang ia ketahui pasti hadiah ulang tahunnya. Tapi tak ada kartu apapun yang ia temui, mungkin menyempil diantara tumpukan kado itu.