Lea berjalan menghampiri papa nya yang sedang bermain laptop sendirian di ruang keluarga, sedangkan mama Ica, ia sedang keluar karena ada acara arisan bersama teman sosialitanya
'Pa'
Papa Lea menatap wajah putrinya, menutup laptopnya
"Pa Lea ga mau kuliah di luar negeri." ucap Lea
"Papa juga ga mau jauh dari kamu sayang, papa ga sanggup" jawab papa Lea
"Please pa, bujuk mama untuk stop nyuruh aku kuliah di luar negeri"
Lea menangis begitu deras ketika mengeluarkan isi hatinya, jujur ia sangat tidak ingin kuliah di luar negeri, jauh dari orang tuanya juga ke tiga sahabat gilanya
"Nanti papa coba bujuk mama ya." ujar papa Lea menenangkan anaknya
"Papa serius?"
"Iya sayang"
Lea tersenyum menghapus air mata di wajahnya mendekati papanya lalu memeluknya erat
"Kamu anak papa satu-satunya, papa ga akan sanggup dong jauh dari kamu" ucap papa Lea sembari mencium kepala putrinya
"Ah sayang banget sama papa!."
"Papa juga sayang sama Lea" jawab papa Lea
Lea pergi meninggalkan papanya berjalan menuju kamar tidurnya
Lea merubuhkan badannya di atas kasur berukuran king size yang selimutnya bermotif bunga berwarna pink putih
Pink dan putih adalah warna favorit Lea, apalagi jika dipadukan maka tak heran jika seisi dihiasi dengan warna favoritnya ituSuara mobil terdengar di garasi menandakan mama Ica pulang dari acara arisannya, Lea berjalan ke balkon menatap langkah demi langkah kaki mamanya
Jujur saja ia tidak ingin mengecewakan keinginan mamanya, namun apa daya ia mana sanggup jika jauh dari mereka, terlebih jika harus pisah dengan ke tiga sahabat yang sudah dianggap saudarinya itu
Papa Lea menatap ke arah pintu setelah istrinya membuka pelan pintu depan rumah mereka, "Mama udah pulang?" tanya papa Lea
"Udah pa, acaranya cuma sebentar karena ada beberapa ibu-ibu yang harus menghadirkan acara lain" Jawab mama Ica
"Oh Lea mana? Apa dia udah pulang?" sambungnya lagi"Lea ada di kamar, biarkan dia istirahat" jawab papa Lea ketika melihat istrinya berjalan, "kita bisa bicara sebentar ma?" tanyanya lagi
mama Ica duduk di samping suaminya, menaruh tas yang ia gunakan di meja, melihat wajah sang suami yang kini menatapnya serius 'ada apa ini' batinnya
Papa Lea memulai pembicaraannya, sesekali air mata menetes dan membasahi wajahnya dibarengi dengan senyuman kecil di bibir mama Ica
"Ini semua demi kebaikan Lea" ucap mama Ica ketika suaminya mengakhiri pembicaraan pentingnya itu
"Tapi ada cara lain, tanpa harus kita pisah dari Lea, dia anak kita satu-satunya dan mama...
Ucapan papa Lea terpotong kala ia melihat senyuman yang semakin lebar di bibir sang istri
"mama kenapa tersenyum? Apa mama bakal bisa tenang kalau jauh dari Lea?" tanyanya lagi
"Pa, tidak ada orang tua yang ingin pisah atau jauh dari anak, tapi setelah sekian cara mama coba untuk membuat Lea mandiri tidak ada hasil, dan ini... Ini cara terakhir yang ada di pikiran mama"
Sejujurnya Lea bukan anak yang manja di mata papanya toh ia tidak pernah meminta atau memaksa hal lebih apapun kepada orang tuanya, namun apa yang ada di fikiran mama Ica hingga ia bisa mengatakan kalau Lea anak yang manja
Lea tidak pernah mengeluh, tentang hal apapun itu, bahkan selalu membawa keceriaan didalam rumah melalui candaan kecilnya
Jujur saja papa Lea merasa jika Lea anak yang mandiri, bagaimana tidak ia tidak pernah menceritakan sedikitpun masalah yang ia hadapi kepada orang tuanya, mamanya pun faham akan hal ituTanpa mereka sadari, sedari tadi ada yang memperhatikan dan mendengarkan obrolan penting mereka, ya Azalea putri tunggal mereka yang sedang mereka bahas itu
'Ah mama ga mau punya anak yang manja rupanya'
'Aku masih jadi anak yang manja ya'
'Gimana ya caranya biar bisa jadi anak yang mandiri'
Pemikiran demi pemikiran itu terus melintas di kepala Lea, berjalan kembali memasuki kamarnya, menutup serta mengunci pintunya, terduduk dibawah kasur mengusap air mata yang terus mengalir di wajahnya
Sejujurnya baru kali ini Lea dalam keadaan seperti ini, ia tidak sanggup jika harus pisah dari orang tuanya, tapi ia juga tidak ingin mengecewakan mamanya
'AH!'
Setelah selesai berbincang dengan suaminya, mama Ica menaiki tangga menuju kamar Lea, mengetuk dan sesekali mencoba mendorong pintu yang terkunci itu
"Mungkin dia sudah tidur" batinnya lalu pergi menuju kamar nya
Tidak, salah besar, Lea masih belum tidur, bahkan ia masih terus menangis di bawah kasur nya, bukannya bersiap atau belajar untuk Ujian Akhir, ia malah pusing memikirkan hal lain
Mengabaikan notifikasi yang terus berdering di ponselnya bahkan langsung mematikan handphonenya kala salah satu sahabatnya yaitu Diandra menelponnya
"Maafin Lea pa, Lea harus ngelakuin ini"
Halo semua maaf ya baru UP sekarang:)
Btw terima kasih untuk yang masih setia membaca sampai ke part ini hehe i love u so much😘
Author mau nanya, disini pernah ada yang mengalami posisi seperti Lea? Kalau pernah gimana perasaan kalian & bagaimana cara kalian melewati itu?
Jujur saja masa seperti ini sulit untuk dijelaskan, karena author pun pernah merasakan! Wkwk malah curhat:)
Oh iya, di bagian akhir ada yang tau hal apa yang mau di lakuin sama Lea ?

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [ON GOING]
Teen FictionAzalea Natasha Bagaskara gadis remaja cantik penyuka hujan akrab di sapa Lea menjalani hidup sederhana padahal ia berasal dari keluarga yang kaya raya Lea memiliki sifat periang namun cukup tertutup untuk pribadi, jadi ketika ada masalah ia tak per...