Episode 05: Halo?

13 0 0
                                    

Malam yang gelap sekali. Malam yang gelap sekali. Malam yang gelap sekali. Malam yang gelap sekali. Malam yang gelap sekali. Gelap. Gelap. Gelap. Gelap. Gelap. Gelap.

Malam kali ini gelap sekali. Aku tidak bisa melihat apapun, tidak ada cahaya bintang-bintang, tidak ada cahaya lampu, tidak ada cahaya kunang-kunang, tidak ada cahaya, pokoknya tidak ada cahaya sama sekali, aku seperti tidak dapat melihat apa pun. Saat itu yang bisa aku ingat adalah aku berusaha kabur, tetapi aku kabur dari apa...? Jika aku ingat kembali, itu hanya akan membuatku tersiksa. Seandainya aku bisa mengatakan 'nya' kepada mereka sedari awal, seandainya mereka mau mendengarkanku, seandainya... seandainya saja....

"?"

Berapa lama pun aku tertidur, bangun lalu tidur lagi, dunia selalu saja gelap gulita bagaikan waktu tidak bergerak. Saking gelapnya, bahkan melihat tangan sendiri pun tidak bisa. Aku tidak tahu di mana aku berada, yang jelas adalah aku sedang berada di hutan yang lebat sekali. Aku bisa mengetahuinya karena aku dapat merasakan permukaan tanah yang keras, ditumbuhi oleh rerumputan yang lebat dan aku merasakan sebuah pangkal kayu yang menjulang ke atas. Aku tidak tahu setinggi apa pohon ini, tetapi dari ukuran lebarnya jelas pohon ini tinggi sekali. Aku kesepian, sangat kesepian, bahkan rasanya aku hanya ingin menghilang, namun aku bisa merasakan kehangatan seseorang. Ada seseorang selain diriku yang berada di tempat ini lalu aku sadar jika di tempat ini aku tidak sendirian.

"Halo?"

Aku menyapa, dia tidak menjawab, aku berteriak, dia juga tidak menjawab, namun aku bisa merasakan orang itu sedang berada di dekatku. Aku bisa mengendus bau tubuhnya yang busuk, napasnya yang bau, tetapi sifatnya sangat penyayang. Dia selalu memberikanku makanan, menyisir rambutku, dan selalu menuntunku ke suatu tempat yang ujung-ujungnya akan kembali ke tempat semula setiap harinya, tunggu, apakah aku tahu kalau saat ini pagi atau malam? Entahlah, Aku tidak begitu memperhatikannya.

Aku tidak bisa menyentuh tubuhnya dan dia pun sepertinya tidak mengizinkanku untuk menyentuhnya, bahkan ketika dia menyisir rambutku atau mengajakku berjalan ke suatu tempat. Seperti, dirinya yang sebenarnya tidak ingin diketahui olehku.

Suatu waktu, aku tidak sengaja menyentuh tubuhnya. Tubuhnya ini terasa sangat lebar sekali. Dirinya juga sangat hangat dan badannya dipenuhi oleh bulu-bulu yang lebat. Aku saat itu menyadari kalau yang merawatku bukanlah seorang manusia, melainkan adalah seekor hewan yang besar sekali. Ketika dia tersentuh olehku, dia marah sekali. Aku bisa mendengarkan teriakannya yang kedengarannya sama seperti ketika ibu memarahiku. Aku takut sekali dan sepertinya akan menangis. Aku kaget sekali karena tiba-tiba aku merasakan sebuah pelukan yang hangat sekali dari hewan ini.

"M,maafkan aku!" ucapku padanya. "Aku tidak bermaksud hal yang buruk, aku hanya ingin mengenalmu lebih dalam."

Aku bisa merasakan pelukannya melonggar. Saat itu aku sadar jika hewan ini memiliki sayap, aku menduga kalau dia adalah seekor burung. Aku tidak bisa melihat wajahnya, yang jelas aku tahu jika dia lebih tinggi dariku, maka akupun berusaha sebaik mungkin untuk mencoba menatapnya lalu aku memberikannya senyuman.

"Aku suka dengan sayapmu! Bulu-bulumu memberikanku kehangatan, terima kasih!"

Meskipun aku tidak bisa melihatnya, namun entah mengapa aku bisa merasakan kalau dia membalas senyumanku. Semenjak itu, hubungan kami berkembang menjadi suatu ikatan bagaikan teman.

Aku tidur, aku tidur, berusaha untuk tidur namun selalu saja diriku terganggu oleh suara makhluk yang mengerikan. Suaranya sangat berisik, bahkan ketika aku menutup telingaku, aku masih bisa mendengarnya. Temanku kemudian menggendongku ke suatu tempat namun aku tidak mengetahui di mana tempat itu dan karena aku mengantuk berat akhirnya aku tertidur dalam gendongannya.

Armor Cast DriftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang