PAK INSPEKTUR VS BU JENDERAL

4 0 0
                                    

Karena belum ada kerjaan dan belum ada instruksi dari atasan, akhirnya gue nebeng duduk di meja resepsionis. Tina kelihatan enerjik sekali, menceritakan segala hal yang berhubungan dengan Poshpassion. Meski sikap dia terlihat enggak kompeten, tapi baru gue lihat ada perempuan yang bisa nyerocos sambil mengerjakan job desk nya dengan lancar.

"Selamat pagi, Tina," sapa seseorang dari seberang meja. Dia menatap ke arah gue, lalu jarinya menunjuk. "Siapa tuh? Asisten baru, Tin? Kamu udah kewalahan dikasih tugas banyak?"

"Ih, bukan kok Aa Bon, masa asisten resepsionis seganteng itu," balas Tina lempeng.

"Masya Allah," desis gue. Yakin ini muka udah merah, semerah-merahnya. Ya ampun si Tina enggak pakai aba-aba kalau bicara.

"Ini mah fotografer baru, namanya Ary," lanjut Tina sambil membenahi file-file di mejanya. Lalu dia berikan pada laki-laki yang baru datang itu. "Gak usah Tina kenalin yah? Da Aa gak penting juga kalo kenalan."

"Ih, kelakuan kamu tuh, Tin." Laki-laki itu menggelengkan kepalanya sambil berdecak. Dia mengangguk padaku dan tersenyum. "Saya Bona, Kang. Bagian antar jemput model."

Gue berdiri dan langsung menghampiri, lalu menyodorkan tangan. "Panggil aja Ary."

Kami berjabat tangan.

"Sana cepetan pergi ih," usir Tina bengis. 

Bona langsung mencubit pipi Tina dengan gemas, dan bergegas pergi. Tina misuh-misuh kesal.

"Kok galak banget sama orang, Tin?"

"Dia sih bukan orang, Mas Ary. Tahu ondel-ondel, kan?" 

"Hahaha.. ondel-ondel, parah lo bikin analogi ke orang."

"Eh, belum selesai ih.. bukan itu. Tahu ondel-ondel, kan?" ulangnya lagi. Gue mengangguk dan menyimak maksudnya. "Kalau ada ondel-ondel, pasti banyak orang yang ngeliatin, bener gak?"

"Iya sih...."

"Nah, di antara sekian banyak orang itu. Ada yang paling ujung, enggak kepelem, orang juga gak tau dia siapa. Itu si Aa Bona," cerocos Tina emosi. "Orang gak penting! Hih!"

She's cute and smart. Hanya perilakunya aja enggak memperlihatkan isi kepalanya yang bisa secemerlang itu mikir. Gile, orang-orang di Poshpassion kayaknya memang bukan orang-orang sembarangan. Mereka punya sparks sendiri.

Berarti, gue yang selalu di grade pas-pasan, dan bisa masuk ke perusahaan ini, gue sebetulnya punya potensi. Gue enggak jeblok-jeblok amat. Refleks gue nahan senyum.
Kepercayaan diri gue kembali bangkit, ketika sebelum ini sempat tiarap.

Jam sembilan lebih sepuluh, datang deh seorang tante dengan dandanan super glamor, yang langsung menghampiri meja resepsionis. Ngelhiat muka Tina langsung pucat dan dia refleks berdiri, gue pun menyadari bahwa inilah si Ibu Jenderal. Gue berdiri juga, tapi enggak kepikiran buat hormat, hail hydra.

"Siapa ini?" tanya beliau rada sinis ke gue.

"Anu... dia ini fotografer yang baru itu, Bu," jawab Tina.

"Oh!" dia menepuk dadanya sendiri pelan, tampak melupakan sesuatu. "Conary, ya? Bisa ikut ke ruangan saya sekarang?" ujarnya, kali ini nada suaranya jadi ramah.

Gue mengangguk canggung.

Tina nyikut-nyikut bahu gue supaya cepat pergi dan bukannya bengong di tempat.

Tante glamor pun bergegas ke ruangannya, gue ngikutin dia dari belakang. Gue bisa dengar suara high-heels dia bergema, dan dia enggak ngomong sepatah kata pun selama kita jalan ke ruangannya.
Gue ngelewatin ke koridor kecil di lantai dua, di sepanjang dinding koridor, ada jejeran frame dari edisi-edisi lama Poshpassion. Beliau juga enggak ngejelasin mengenai plakat, penghargaan yang kami lewati menuju ruangannya. Oh ya, gue lupa, kalau itu sih, job desk guide, bukan direktur.

CONARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang