Bab 11 : What Happens in Hong Kong, Stays in Hong Kong

5.8K 537 8
                                    

Getaran ponsel di atas kasur membangunkan Mentari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Getaran ponsel di atas kasur membangunkan Mentari. Ia cukup terkejut mendapati kegelapan di dalam kamarnya. Refleks, pandangan Mentari mengarah ke arah jendela, langit sudah berubah warna menjadi gelap. Dirinya tertidur setelah berencana hanya akan beristirahat sejenak. Tangannya segera menggapai ponsel yang berada di atas nakas, nama Bentala tertera di layar ponsel. Sebelum mengangkatnya Mentari melihat kearah jam, ternyata sudah pukul enam malam!!, nyatanya ia tertidur cukup lama. Perempuan itu berdecak kesal, buat apa ia kesini kalau hanya untuk tidur?, runtuknya dalam hati.

Ibu jarinya kemudian menggeser tombol hijau, kemudian menempelkan ponselnya ke daun telinga, "Hallo Ben?" Sapanya.

"Tar! Lo ngga kenapa-kenapa kan?? Dari tadi gw hubungin lo tapi lo ngga bales-bales. Telpon gw juga baru kali ini lo angkat, lo ngga kesasar atau gimana kan??" Terdengar nada panik dari lelaki itu.

"Aduh maaf Ben. Gw lupa ngabarin lo tadi pas udah sampe, ketiduran pula." Mentari mengigit bibir bawahnya takut. Ia takut Bentala marah karena ia teledor dan membuatnya kesal karena tidak merespon panggilannya. Ya, hal tersebut yang akan Egy lakukan kalau-kalau Mentari tak segera merespon panggilannya, walau hanya satu kali. Namun reaksi Bentala justru membuat Mentari bingung.

"Ngga papa Tar. Seengganya lo ngga kenapa-kenapa. Ini gw di jalan mau ketempat lo ya, keburu panik ngga dapet kabar dari lo. Kita makan malem bareng gimana?"

"Boleh. Gw siap-siap dulu kalau gitu."

Mentari bersiap, sebelumnya ia memeriksa perkiraan cuaca terlebih dahulu kemudian mengganti pakaiannya dan mengenakan jaket karena udara di luar cukup dingin yaitu dua puluh derajat celsius! Perempuan itu kemudian memakai sebuah tas berukuran sedang yang ia selempangkan di pundaknya, memakai sepatu kets dan bergegas turun kebawah.

Saat baru membuka pintu besi di bagian dasar lantai, hembusan angin dingin menerpa wajahnya. Beruntung ia menggunakan jaket yang cukup tebal. Walaupun suhunya hanya dua puluh derajat, namun angin yang berhembus kencang benar-benar membuat lehernya Mentari menciut kedalam. Kedua tangannya mengepal karena terasa nyeri. Ia pun menggosok-gosokkan telapak tangannya untuk mendapatkan kehangatan sesaat.

Dari kejauhan dirinya melihat Bentala, tak sulit untuk menemukannya, karena lelaki itu memiliki tinggi tubuh yang menjulang. Kedatangan Bentala di sertai oleh aroma parfume khas laki-laki itu.

"Kenapa? Dingin?" Tanya Bentala khawatir saat berhadapan dengan Mentari.

"Iyaa. Gw ngga ngira sedingin ini." Jawab Mentari sambil kembali menggosokkan telapak tangannya, sesekali ia meniup udara dari mulutnya kedalam telapak tangannya.

"Suhunya memang suka drop tiba-tiba, apalagi kalau malam. Lo ngga bawa sarung tangan?"

"Ngga."

Bentala mengedarkan pandangannya, "Sebentar, harusnya di apotik jualan hot pack, bentar ya." Ucapnya kemudian berjalan ke arah apotik yang berada di belakang Mentari. Mentari menatap Bentala dari luar, ia melompat-lompat kecil, berharap gerakannya dapat membantu tubuhnya menghangat.

My Honey Tornado (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang