Bab 26 : Adek Ketemu Gede

4.7K 459 15
                                    

Bentala, Mentari, Leon dan Alayya memutuskan untuk makan siang bersama di salah satu restoran sushi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentala, Mentari, Leon dan Alayya memutuskan untuk makan siang bersama di salah satu restoran sushi. Bentala memilihkan menu makan Mentari, mengingat kekasihnya itu sudah boleh makan nasi, namun masih belum boleh memakan makanan pedas dan gorengan bertekstur keras.

Beberapa jenis makanan ia pesankan untuk Mentari, Miso Soup, Chawan Mushi, dan juga Unagi Hitsumabushi—satu set makanan berisi belut panggang, nasi dan juga kaldu ikan. Untuk minuman, Mentari hanya boleh minum air mineral, mengingat minuman mengandung kafein dan pemanis buatan harus ia hindari untuk sementara waktu. Sungguh, sakit lambung itu tak enak, keluh Mentari dalam hati.

Perempuan berusia dua puluh lima tahun itu diam-diam memperhatikan gerak-gerik Bentala saat berinteraksi dengan Alayya. Ia ingin tahu, bagaimana kekasihnya berinteraksi dengan 'adik' nya ini, karena dari cara pandangnya, Mentari dapat melihat ada sesuatu yang berbeda. Bentala berbicara dengan nada yang lebih rendah dengan Alayya, dibandingkan dengan Kirsi yang terlihat santai dan terkesan cuek.

"Kamu ngga pacaran Al?" Tanya Bentala setelah selesai memesan makanan untuknya dan Mentari.

Alayya mengerucutkan bibirnya kemudian menoleh kesal kearah Leon, "Ngga boleh sama Leon."

"Yaelah Bro.. masih aja.. lo kan udah punya pacar juga." Bentala menatap Leon jengah.

"Minggu waktunya sama keluarga! Dari senin sampe jumat kan udah ketemu di kampus, sabtu juga udah pacaran. Masa minggu juga?! Ngga ada.. harus adil!" Tegas Leon sambil bersedekap dada.

"Tapi kan senin sampe jumat ngga ketemu tiap saat juga! Jadwal kuliah gw sama Terran beda!" Timpal Alayya.

"Sama aja! Udah deh ngga usah mulai. Satu hari doang buat keluarga ngga bisa?"

Alayya mendengus kesal sambil ikut bersedekap dada.

"Itu juga musti bagi-bagi. Belum pergi sama Bunda atau Ayah atau Elio. Gw jugakan ngga tinggal di Jakarta. Bisa ngga kebagian gw pergi sama lo." Keluh Leon dengan wajah tak suka. Leon memiliki sebuah restoran di Bali. Selama enam tahun belakangan, lelaki itu mengembangkan usahanya disana. Dari sebuah coffee shop kecil, sekarang berubah menjadi sebuah restoran besar yang cukup terkenal.

Bentala tertawa geli melihat pertengkaran kakak beradik di depannya, "Sabar Al. Sebentar lagi Leon nikah, waktu dia ngerecokin kamu pasti berkurang."

Alayya dengan semangat mengacungkan satu jempolnya kearah Bentala, "Itu kak yang aku tunggu!"

Leon menoleh ke arah sang adik, raut wajahnya berubah sedih. Lelaki berrambut coklat itu langsung memeluk tubuh mungil adiknya dari arah samping, "Lo seneng Al? Jadi gw doang nih yang sedih bakal ngga punya waktu banyak buat lo?"

Mentari mengerjapkan kedua matanya bingung melihat pemandangan di hadapannya. Kedua orang ini benar-benar tak seperti kakak beradik, lebih seperti orang berpacaran. Alayya yang menangkap wajah bingung Mentari memberontak di dalam dekapan Leon.

My Honey Tornado (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang