Extra 1

7.2K 504 27
                                    

Satu setengah bulan berlalu sejak pernikahan Mentari dan Bentala berlangsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu setengah bulan berlalu sejak pernikahan Mentari dan Bentala berlangsung. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya dengan Candra, keduanya tinggal di rumah berlantai dua tersebut sejak pulang dari bulan madu. Dan seperti pagi hari pada umumnya, Bentala selalu bangun terlebih dahulu dibandingkan dengan Mentari. Seperti pagi ini, Mentari membuka kedua matanya sewaktu merasakan kecupan berkali-kali di bibirnya. Ia menarik garis senyumnya tinggi sambil berusaha membuka kedua matanya yang masih terasa berat.

"Pagi sayang.. aku berangkat dulu, ya." Pamit Bentala dengan senyum menawannya.

Sontak Mentari langsung duduk tegap di atas kasurnya dan melirik kearah jam dinding. Masih pukul setengah enam pagi, biasanya Bentala baru berangkat pukul setengah tujuh pagi. Mengapa hari ini suaminya berangkat satu jam lebih pagi?, Batinnya masih berusaha sadar dari kantuk. Di tatapnya sang suami yang sudah sangat rapih dengan setelah jas berwarna abu-abu tua, dengan dasi berwarna senada. Aroma khas Bentala juga langsung menyeruak kedalam indra penciuman Mentari.

Bentala terkekeh pelan melihat tatapan bingung Mentari, "Aku ada meeting pagi jam tujuh. Semalem aku udah bilang kan?"

"Ah! iya.. lupa. Kamu sarapan apa dong? Mau aku bikini roti? Duh maaf ya aku perasaan udah pasang alarm deh."

"Udah nyala alarm kamu berkali-kali, tapi kamunya aja yang memang ngga kebangun. Ngga usah Tar, Aku sarapan di kantor aja. Kamu nanti berangkat kantor sama Pak Anto ya, biar aku nyetir sendiri berangkatnya. Pulangnya baru aku jemput kamu. Oke?"

"Hmm.. oke.. yuk kuanter kebawah." Ucap Mentari sambil turun dari tempat tidurnya. Tangannya langsung mengamit lengan Bentala dan menggiringnya hingga depan pintu rumah. Perempuan itu segera berjinjit dan mencium kedua pipi Bentala cepat. "Hati-hati dijalan, kabarin kalau udah sampe ya."

Bentala tersenyum dengan tangan terulur mengacak puncak kepala Mentari, "Kabarin juga kalau kamu udah jalan. Jangan tidur lagi! Sholat dulu terus mandi."

"Iya-iya.. gih, jalan. Nanti terlambat Pak Bos!" Goda Mentari sambil tersenyum jahil. Bentala pun segera masuk k edalam mobilnya. Mentari memandangi mobil tersebut hingga hilang dari pandangannya.

Perempuan berrambut coklat itu segera berlari menuju kamarnya, ia baru teringat bahwa ada hal penting yang harus ia lakukan pagi ini!

"Tari!! Jangan lari-lari! Jatuh nanti kamu!" Tegur Liris dari arah dapur yang tak sengaja melihat anak sulungnya berlari terbirit-birit.

"Kebelet pipis Ma!!" Balas Mentari sambil menaiki anak tangga.

Sesampainya di kamar, ia segera membuka lemari pakaiannya, kemudian membuka sebuah laci yang berada di bagian paling bawah. Di area pojok tersebut, tangannya meraih sebuah kantong plastik hitam yang langsung ia bawa ke dalam kamar mandi. Tak lupa perempuan itu mengunci pintu kamar mandi. Dikeluarkannya benda-benda di dalam kantong plastik tersebut dengan hati resah nan gelisah. Benda berbentuk persegi panjang sebanyak lima buah berjejer di meja wastafel. Dibacanya cara pakai alat tersebut dengan teliti. Sudah dua minggu Mentari terlambat datang bulan, biasanya ia tak pernah terlambat sedikit pun. Terkadang tanggal haidnya justru maju 2-3 hari dari tanggal terakhir.

My Honey Tornado (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang