Bab 1 : Putus

15K 743 26
                                    

"Mentari!! Udah dong jangan sedih terus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mentari!! Udah dong jangan sedih terus..itu mata udah kaya kesengat tawon, bengkak gitu! Udah ya nangisnya, cuma boleh sampe hari ini aja!" Ucap Lisa sambil memeluk dan mengusap-usap punggung Mentari. Perempuan itu tidak tega melihat sahabatnya sedih berlarut-larut hanya karena putus cinta.

"Gw salah ya Lis? Gw bodoh banget ya mutusin Egy? Harusnya gw dengerin dulu penjelasan dia." Mentari menatap kosong ke arah lantai kamarnya. Kedua matanya terasa perih akibat terus menerus menangis. Ia benar-benar tak mengira, semalam ia mengatakan kata putus kepada Egy, kekasihnya yang sangat ia cintai selama enam tahun belakangan ini. Keduanya mulai berpacaran sejak duduk di bangku kuliah.

Semalam, Mentari ingin memberi kejutan ulang tahun pada Egy. Seminggu sebelum ulang tahun Egy, Mentari sudah mempersiapkan berbagai hal, mulai dari menyiapkan hadiah-hadiah yang jumlahnya dua puluh lima buah, sesuai dengan umur baru Egy. Ia juga mendesign dan mencetak kartu ucapan sesuai imajinasinya, dan tak lupa membuatkan kue ulang tahun dengan usahanya sendiri.

Selama beberapa hari belakangan, Mentari hanya tidur dua sampai tiga jam agar semua recananya berjalan lancar. Saat hari yang dinanti tiba, sepulang kantor Mentari langsung bergegas ke kos-kosan tempat Egy menetap. Mentari sampai di depan pintu kamar kos Egy tepat pada pukul tujuh malam, ia melihat pintu kamar tersebut tidak tertutup sempurna, terdapat celah membuka selebar lima centimeter.

Mentari kemudian melirik ke arah rak sepatu yang berada di depan kamar, ia menemukan sebuah flat shoes wanita berwarna merah tersusun rapi disana. Dada Mentari sedetik kemudian merasa nyeri, ada rasa curiga yang menjalar dipikirannya. Tanpa ragu ia mendorong pintu tersebut hingga daun pintu terbuka lebar.

Seorang wanita sedang duduk manis di sebuah sofa berwarna abu-abu gelap, terlihat asik memainkan ponselnya. Sofa yang Mentari pilih tiga tahun lalu saat Egy memutuskan untuk pindah ke kamar kos yang lebih besar.

Mentari bahkan masih ingat ketika Egy mengajaknya memilih barang-barang yang ada di kamar kosnya sekarang ini, namun bagaimana bisa sekarang ada seorang wanita yang entah dari mana datangnya, duduk manis dengan nyaman di sofa penuh kenangan mereka tersebut. Wanita berrambut merah dengan potongan bob itu tampak terkejut ketika mendengar daun pintu menghantam dinding.

Ia berdiri gugup menatap Mentari yang masih bingung dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Mentari kemudian mengedarkan pandangannya, ia melihat sebuah kue ulang tahun bertengger manis di atas meja makan dengan lilin yang sumbunya telah terbakar.

Sayup-sayup, ia mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi. Mentari berusaha mengapai oksigen di sekitarnya, dadanya terasa sesak. Seharusnya Egy yang ia buat terkejut di hari ulang tahunnya, bukan sebaliknya.

"Maaf.. sebaiknya saya pulang." Pamit wanita tersebut gugup, ia meraih tas jinjing miliknya yang berada di atas meja makan.

"Tunggu. Kenapa anda malah kabur?" Hadang Mentari. Tubuhnya menghalangi wanita yang hendak pergi dengan wajah pucat pasi itu. Wanita hanya diam, tidak memberikan jawaban apapun. "Kenapa diem? Kalau kamu segugup ini, artinya kamu tahu siapa saya?" Cerca Mentari. Dadanya kian sesak, wajahnya terasa panas akibat api kemarahan yang tersulut hebat. Apa Egy selingkuh lagi di belakangnya? Batin Mentari.

My Honey Tornado (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang