Library Man (The8)

43 5 0
                                    

• Kenzie as The8 •

Freya

"Dor!"
"Astaga!" gue reflek mengelus dada. "Eja, lo ngajak gelud?" tangan gue siap untuk memukul Reza. "Elah becanda doang. Lagian bukannya kerja malah ngeliatin cowok mulu," Reza menaruh setumpuk buku yang ada dalam gendongannya ke dalam troli.

"Itu siapa deh? Gue lihat-lihat nih, dia ga pernah absen dateng ke perpustakaan. Duduknya selalu disitu dan pulang pas perpus udah mau tutup," gue menopang kepala dengan satu tangan.

"Lo kira gue bapaknya?" Reza menatap gue dengan kesal. "Cek aja sih di komputer kalo lo penasaran," lanjutnya. Gue menepuk dahi, melupakan hal tersebut.

Segera gue duduk di depan komputer dan mencari riwayat orang-orang yang meminjam hari ini. Bentar, tapi kan gue ga tau jam berapa dia ke sini. Gue menghela nafas, asli gue ga pernah se-penasaran ini sama orang. Kalau orangnya tau gue nyari data tentang dia, bisa-bisa gue dilaporin ke petinggi perpus.

 Kalau orangnya tau gue nyari data tentang dia, bisa-bisa gue dilaporin ke petinggi perpus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Gue menatap salah satu kursi perpus yang kosong. Kemarin, laki-laki itu tidak datang seperti biasa. Gue mengetuk-ngetuk meja, berpikir apakah hari ini ia akan datang.

Tepat setelahnya, lonceng pintu berbunyi menandakan ada orang yang masuk. Gue berlari ke sisi kanan meja dan sedikit memajukan kepala.

"Permisi," laki-laki itu berjalan menuju gue. Secara otomatis gue merapikan rambut. "I-iya, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau balikin buku yang 2 hari lalu saya pinjem," dia menaruh buku yang gue perkirakan setebal 500 halaman. "Oh iya, terimakasih." Gue mengambil buku tersebut dan menaruhnya di troli. Saat gue berbalik, laki-laki itu sudah hilang.

Gue kembali berlari kecil ke sisi depan meja. Dan dia terlihat sedang mengambil satu buku dari rak. "Yaelah, kerja Frey. Bukan ngeliatin cowok," lagi-lagi Reza menegur, kali ini ia melayangkan buku setebal 100 halaman ke kepala gue.

Gue mendelik ke arah Reza. "Gue tau namanya. Kemaren sebelum gue pulang kita kenalan dulu," Reza menaik-turunkan alisnya. "Serius? Siapa siapa? Spill dong bestie. Lo kan ganteng, baik, trus–"

Reza menutup mulut gue dengan tiba-tiba. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga gue. "Namanya... rahasia," ia tertawa terbahak-bahak. Mimik muka gue berubah menjadi datar. Dengan sekali cubitan, lengan Reza memerah hingga lecet.

"AAAAAAA BABI! Sakit bego!"
"Bodo, lo kira gue peduli gitu?"
"Mainnya cubitan, males gue." Reza berbalik, hendak pergi.
"Namanya Kenzie, hehe"

Seventeen OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang