Piano Teacher (Woozi)

51 5 2
                                    

• Andrew as Woozi •

Lilian

Brak!

Pintu kelas bertuliskan "Les Piano" tak sengaja gue dobrak. "Aduh capek. Parah sih ini, jauh banget dari parkiran ke kelas." Ucap gue masih di depan pintu sembari menetralkan nafas.

"Ehm, Lilian bagus ya. Sekalian saja tidak usah masuk."
Buru-buru gue mendongak dan mendapati Kak Andrew, guru les piano sedang berkacak pinggang. "Mampus..." lirih gue. "Maaf kak, tadi itu loh... apa taksinya lama datengnya, hehe." Gue melangkah ke depan sebanyak 3 kali dan menutup pintu kelas perlahan.

"Duduk," hanya itu respon yang Kak Andrew berikan. Untung gue ga dihukum. Kak Andrew memulai kelas les piano dengan menjelaskan teorinya terlebih dahulu. Dan entah kenapa setiap sesi teori gue sama sekali ga bisa tahan kantuk.

Aslinya gue les piano gara-gara disuruh papa doang. Kagetnya lagi, beliau nge-lesin gue di tempat mahal kayak gini. Jadi ga tega kalau gue kasih surat undur diri.

"Oke cukup untuk teori hari ini. Karena sebetulnya yang lebih penting adalah bagaimana cara kalian mempraktekkannya. Sekarang saya minta kalian masing-masing duduk di depan piano. Seperti instruksi kemaren, hari ini saya akan mengetes satu persatu dari kalian," Kak Andrew berjalan menuju murid pertama.

Gue hanya bisa terkagum-kagum dengan permainan temen-temen disini. Baru beberapa bulan udah jago banget, walau jagoan Pak Andrew sih. Gue ga yakin kalau bisa sebagus mereka.

"Lilian, silahkan mulai."
Tanpa sadar, Kak Andrew sudah berada di depan gue sembari menuliskan sesuatu pada kertasnya. Sebelum memulai, gue menarik nafas dalam-dalam. Setelahnya gue melakukan peregangan pada jari untuk menghindari cedera.

"Lilian! Kamu ngapain?" Kak Andrew yang sepertinya sudah kehilangan kesabaran menghadapi tingkah gue akhirnya berteriak marah. Ga serem sumpah, jatohnya malah jadi lucu. Pipinya kayak mau tumpah gitu.

Gue yang tadinya mau ketawa malah gajadi karena mukanya Kak Andrew udah sepet banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue yang tadinya mau ketawa malah gajadi karena mukanya Kak Andrew udah sepet banget. "Peregangan kak, daripada nanti cedera." Sekali lagi gue menarik nafas panjang dan memulai permainan piano gue.

Selama gue bermain, benar-benar hanya ada suara tuts serta nada yang mengalun dari piano yang gue mainkan. Gue merasa seperti... maaf-maaf nih bukannya geer, tapi gue merasa sekarang diri gue jadi pusat perhatian.

Gue mengangkat kesepuluh jari gue, menjauhi tuts piano setelah selesai bermain. Tak lama kemudian suara tepuk tangan serta pujian datang dari seluruh penjuru ruangan.

"Gila, setau gue Lilian ga jago main pianonya."
"Bener banget. Soalnya dari kemaren rank terakhir terus."
"Lilian ga make guna-guna kan?"

Ngaco, gue mendumel dalam hati mendengar kalimat terakhir yang dilayangkan Vivi. "Oke, good. Bagus, kamu mulai ada perkembangan." Kak Andrew memuji gue lalu berbalik menuju tempatnya.

Seventeen OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang