• Juan as Jun •
Athalia
"Juaaaan!" gue berteriak memanggil namanya begitu sampai di kafe milik Juan. Ini kafe bukan sembarang kafe. Temen gue yang satu itu pecinta kucing, jadi bisa dibilang dia membangun sebuah kafe kucing.
"Berisik. Kenapa?" kepalanya menyembul keluar dari meja resepsionis (ceritanya cospley kucing juga, jadi duduknya di lantai). Ga kucingnya, ga pemiliknya sama-sama imut. Sayang, temen gue ini agak aneh. Mungkin itu alasannya dia ga punya cewek.
"Mau main sama Yayan," gue berlari kecil ke arah Juan. Yayan itu kucing pertamanya Juan. Sekarang umur Yayan udah sekitar 10 tahun. Padahal kelaminnya perempuan, tapi Juan namain Yayan. Aneh.
"Yayan bobok. Pergi sana," usir Juan. Dia bahkan ga menatap gue sama sekali. Setelah mengatakan itu, Juan berjalan menuju sekawanan kucing di bagian kanan kafe. "Lo kenapa deh? Tumben banget ngusir gue."
Helaan nafas keluar dari mulut Juan. Gue kira dia mau ngomong, tapi selama 2 menit kedepan, dia tetep di posisi yang sama, berjongkok membelakangi gue. Samar-samar, gue bisa liat bahunya bergetar. "Eh lo kenapa Ju?" gue membalikan badannya dengan paksa.
Matanya mengeluarkan setetes demi tetes air mata. "Atha..." Juan tiba-tiba menarik gue, membuat gue kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh di depannya dengan posisi duduk. Ia memeluk gue erat, menangis di bahu gue.
Gue yang ga tau apa-apa cuma bisa mengelus punggungnya. "Yayan sakit," disela-sela tangisannya, Juan menjelaskan. "Katanya hidup Yayan tinggal 4 hari lagi. Dia sakit, gue lupa sakit apaan. Jadi jangan tanya."
Gue terkekeh mendengarnya. Lagi sedih aja anehnya ga ketinggalan. "Yaudah ih, pake nangis segala. Sini gue beliin kucing. Mau berapa? Satu atau tiga?" gue mengusap pipinya yang basah. "Tisu dong," terlihat hidungnya mulai mengeluarkan ingus.
Gue mencari tisu di meja resepsionis dan melemparnya ke Juan. "Ju, lo sekali-kali jangan kucing terus deh. Cari cewek gitu. Inget umur," kucing-kucing di kafe mengelilingi gue, minta untuk dibelai. Dengan semang hati gue mengelus bulu-bulu halus kucing di sekitar gue dan menggendong salah satunya.
"Nanti, kalo Yayan udah ga ada. Lagian ngapain di cari, ntar dateng sendiri," tangannya menepuk-nepuk celana bagian belakang, membersihkan bulu kucing yang menempel.
"Terserah deh."
"Lo juga cari. Nanti anaknya kita jodohin."
"Ngaco lo," sebuah pulpen melayang dan tepat mengenai kepala Juan. "Anak gue bebas mau nentuin pasangannya. Ini bukan zaman Siti Nurbaya," gue menurunkan kucing dalam gendongan gue dan duduk di salah satu kursi yang disediakan.Namanya kafe, berarti menyediakan minuman bukan? Sama seperti kafe lainnya, Juan juga menjual berbagai minuman. Bedanya, kalau kafe-kafe biasa meracik minuman sendiri, sedangkan kafe Juan menjual berbagai minuman instant. Untuk yang satu ini, gue beneran ga habis pikir. Buka bisnis kayak ga niat banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Oneshoot
Novela JuvenilKumpulan cerita oneshoot Seventeen💎 ✨Happy End✨ ✨Sad End✨ ✨Gantung End✨ ‼️Part acak‼️ 📖Happy Reading💙💓