{Chapter10}

42 3 3
                                    

Satu kilometer dari tokyo tower terdapat kasino di puncak hotel nya. Richard dan marco berada di dalam sejak satu jam yang lalu. Richard mendengar dari marco bila orang itu akan datang .

Pada saat yang sama dark jewelery datang mendarat di puncak hotel dengan parasut terbangnya memakai setelan suit hitam seluruhnya dan memakai topeng tentu saja.

Setelah pendaratan yang mulus. Dark jewelry berganti pakaian di kamar hotel miliknya.

Dark jewelry keluar dari kamarnya berjalan-jalan di lorong hotel.

Tepat saat akan melewati belokan lorong, dirinya berbenturan dari arah depannya. Dark jewelry yang ingin berjalan santai di tempatnya sendiri mengendurkan pengawasannya. Dan berakhir benturan dengan sesuatu tanpa sengaja yang membuatnya lengah. Seakan terjatuh kebelakang, namun sebuah lengan menangkapnya dengan cepat.

''Hati-hati..''
''Oh.. terimaka...sih.''  tampan...

Saling memandang seakan lupa seseorang masih memegangnya.

''Eh.. tolong lepaskan.''
''Maaf. Kau tak apa?''
''Ku rasa begitu. Kau menolong ku tepat waktu.''
''Begitulah.

Cahaya lampu hotel yang terang membuat Richard melihat orang di depannya yang tak sengaja berbenturan, ternyata cukup tampan. Dengan sengaja meneliti orang di depannya. Hingga tatapan matanya tertuju pada sarung tangan yang di pakai orang tersebut. Di balik sarung tangan putih itu terlihat sesuatu yang menonjol di antara jarinya, sebuah cincin tentunya. Walau samar richard dapat dengan jelas melihat warna biru yang di pancarkan dari cincin tersebut, biru seperti berlian biru.

''Kau pengunjung disini?''
''Benar. Kau sendiri sepertinya juga.''
''Bukan. Kebetulan saja aku tahu pemiliknya dan aku biasa datang.''
''Benarkah? Jika aku ingin tahu sesuatu bisakah ku tanyakan padamu tuan...''
''Panggil saja seigi. Dan kau ?''
''Richard nama ku. Jadi bisakah aku bertanya padamu seigi.''
''Tentu. Apa yang kau ingin tahu?''
''Ku dengar tamu istimewa datang kesini. Kau pasti tahu hal ini.''
''... oh.. ah. Begitu. Ya.ya. tamu istimewa. Itu benar, dia datang kesini.'' Hah... istimewa. Bagus.

''Kapan dia akan datang?''
''Mungkin dia sudah datang. Aku hanya tahu saat itu saja. Melihat waktu saat ini.'' Seigi melihat jam tanganya.
''Baiklah. Terimahkasih. Aku akan mentraktirmu minum bila kau berasedia.''
''Tentu.''

Seigi dan Richard berjalan menuju lounge yang memang tak jauh dari tempat mereka berada.

Memesan minuman bersama dan sedikit berbincang antara keduanya. Yang entah sejak kapan membuat richard merasa nyaman tiba-tiba berbicara dengan seseorang yang baru di kenal dan itu hal langkah baginya. Sebab hanya daisuke dan kato sementara ini yang membuatnya nyaman di antara mereka berdua. Tapi kali ini orang lain membuatnya nyaman pertama kalinya selain mereka berdua. 

'' seigi... apa kau bisa membantu ku sesuatu? Aku ingin bertemu dengannya.''
''Huh? Bertemu dengannya?''
''Ya. Sesuatu yang penting milik ku di ambil olehnya.'' Sejak awal bertemu tanpa sengaja di lorong, tatapan richard tak lepas melihat sarung tangan putih itu tepat di mana cincin itu berada.

''Hei, Katakan apa itu bisakah aku tahu?''
''..... sebenarnya aku tak peduli akan hal lainnya yang dia ambil. Tapi. Hanya satu hal yang aku ingin itu kembali pada ku,.... sebuah cincin.''
''Cincin?''
''Peninggalan turun temurun dari keluarga ku.''
''Lalu, hanya itu saja yang kau inginkan?''
''Ya itu saja. Bisakah kau membantu ku bertemu dengannya? Waktunya hampir habis saat ini. ''
''Bukan apa-apa. Akan ku coba.'' ''Hanya saja aku akan menikah dengannya kalau waktunya habis.''
''Apa maksudmu?''
''Cincin itu akan mengakuinya sebagai tuan dan menjadi pasanganku. Dan itu tak dapat di cegah bila waktunya habis.''
''Oh.. (Sialan... apa-apaan ini. Pantas saja cincin itu tak bisa ku lepas selama ini. Sialan.) Baiklah. Akan coba ku tanyakan pada teman ku. Mungkin dia bisa membantumu nanti.''

''Aku tunggu. ''
''Tapi jangan berharap banyak pada ku. Ku dengar dia sangat sulit untuk dilihat ku tahu itu.''
''Tentu. Aku tahu hal ini. Hanya hal itu yang ku inginkan.''
''Umm... baiklah. Aku pergi dulu.''
''Sampai nanti.''

Seigi dengan tenang berjalan keluar dari lounge.

Sialan. Bagaimana bisa? He tian sialan. Dia meyumpahi ku saat itu. Kekasih apa? Ini menikah. Tidak. Tidak. Mustahil dan konyol.

Seigi mengambil ponselnya. Membuat panggilan cepat.

''Datang ke hotel segera. Di lounge ada seseorang dengan nama richard. Temui dia dan katakan saja aku tidak bisa dan kau pikirkan cara untuk menghalanginya menemukan ku. Kau akan tahu nanti.'' Segera menutup panggilan.
''Hei... apa-apaan.''

He tian di ujung telpon marah karna ulah bosnya mengacaukan kencannya tiba-tiba dengan permintaannya.

Mau tidak mau he tian bersiap. MMeemak pakaiannya kembali yang sebelumnya sudah berserakan akibat bertarung di ranjang dengan mo guanshan.

''Little mo. Tunggu aku ya.''
''Hati-hatilah.''
''Aku tahu.''

Bersiap lengkap. He tian mengendarai mobilnya menuju hotel tak berselang lama hanya sepuluh menit tiba segera.

Seigi di kamar hotelnya. Tengkurap di atas tempat tidurnya tanpa berganti pakaian. Pikirannya terpenuhi dengan hal-hal yang baru dia tahu tidak lama ini. Membuatnya sangat jengkel dan tak nyaman.  Sekalipun dirinya mengenal gay dan melihat kelakuan anak buahnya. Tapi seigi merasa dia straight. Bagaimana bisa berakhir terbalik dan itu tidak mungkin baginya. Jangan sampai orang itu menemukan dirinya dan cincin ini. Seigi terus membuat beberapa pemikiran melalang buana kemana-mana sebab hal ini yang menurnya benar tak masuk akal.  sesekali mencoba lagi melepas cincin di jarinya, tapi apalah percuma di coba puluhan kali pun tak bisa di lepas. Seigi pernah menyuruh he tian untuk melepaskan cincin itu mengunakan alat. Namun, hal itu juga percuma. Dan berakhir harus tersemat terus di jarinya.

.

.

.

Xiè xiè nî
110222

Hai dear readers 😄🌻apa kabar semuanya 🌻

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Groom ~{Richard Xseigi}~Where stories live. Discover now