•Fitting

118 6 26
                                    

Hari ini adalah hari sabtu. Waktu pun menunjukan pukul 09.00 pagi, tampaknya lelaki itu sangat pulas.

Dia sangat lucu kini. Tangannya bersidekap di dada bidangnya, tidur dengan posisi duduk di kursi. Agha sangat keras kepala bahkan tidak bisa diatur. Padahal bunda-nya semalam menyuruhnya untuk pulang, namun Agha bersikeras untuk tetap berada disampingnya.

Kara mengerjapkan matanya membuka mata nya perlahan, senyuman pun terukir dari bibir manis milik Kara. Ia meraih ponselnya dan memfotonya, momen seperti ini harus diabadikan.

Ceklek.
Pintu pun menampilkan laki-laki dengan jas putih tulang dan menghampiri Kara.

"Maaf bu, hari ini saya akan periksa bagaimana keadaan ibu sekarang? menurut dari kondisi yang saya lihat, ibu bisa pulang hari ini," katanya sambil tersenyum.

"Alhamdulilah dok saya jauh lebih baik sekarang," ujar nya membalas senyuman itu tulus.

Perlahan dokter itu melepaskan infusan yang menempel di lengan wanita itu. Sesudah itu laki-laki berjas putih itu pergi dari ruangan inap Kara.

"Agha.. bangun sayang," ucapnya begitu lembut didengar.

"Hah?apa Bunda?" nyawanya belum sepenuhnya terkumpul laki-laki itu seperti orang linglung.

Agha menghela napasnya meregangkan otot-otot nya. "Bunda sudah boleh pulang?"

Kara mengangguk, Agha tersenyum sumringah. Sebenarnya perasaannya kini sedikit lega karena Bundanya sudah pulih, bersyukur Bundanya baik-baik saja kini. Kala itu Bundanya mengancam dengan perkataan 'Terakhir kali' cih, alih-alih sajakan sebenarnya agar Agha mau dijodohkan.

Jika kalian bertanya mengapa Agha tidak menolak atau membantah orang tuanya yang menyuruhnya menikah, jawabannya Agha takut kehilangan mobil sport kesayanganya juga dan credit card.

Agha menuntun lengan bundanya yang perlahan turun dari brankar. Sebenarnya Kara bahkan bisa turun sendiri namun ya sepertinya Agha terlalu sayang kepada bundanya.

Agha membukakan pintu mobil dan mereka pun akhirnya pulang kerumah.

Sedari tadi di mobil Agha hanya diam, tidak bergeming sama sekali mungkin di usia nya sekarang Kara terlalu menuntutnya untuk menikah.

"Ohiya Agha Bunda hampir lupa, hari ini kamu fitting dan jangan lupa untuk jemput Reyyana ya,"

"Ngantuk, suruh Rey aja yang kesana sendiri ya Bund?"

Kara melebarkan matanya, "Ok boleh ajasih, tapi credit card?"

Agha memutar bola matanya lagi lagi dan lagi selalu ancaman, benar-benar menyebalkan.

"Yaudah ok Agha jemput."

Kara senang Agha menurut seperti itu tidak seperti sebelumnya. Mereka pun berhenti dirumah mereka yang sedikit mewah.

Membukakan pintu mobil itu lagi meraih tas-tas dan mempersilakan Kara masuk.

"Eh aden udah pulang? Nyonya saya sudah memasak kesukaan nyonya, mari makan,"

Agha dan Kara pun menghampiri meja makan dan duduk di kursi, mata Agha berbinar ini adalah makanan favoritnya daging rendang.

Mereka pun menyantap makanan itu dengan lahap.

***

"Mati lu anjing, maju dong maju trus!maju arghhh!" Agha tak berhenti mengumpat game nya kali ini benar-benar menyebalkan.

"Dasar game jelek!" Rutuknya.

Ceklek, pintu itu terbuka menampilkan wanita berpakaian dress berawarna biru muda.

How To Be A Good HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang