Mendengar ucapan tadi, Ravindra hanya tersenyum. Tatapan kali ini lebih tajam, terkesan siap menyantap mangsa di depan matanya.
"Stop ganggu gue! Gue cuma pengen punya kehidupa damai, gue gak mau hidup sama pria bajingan kayak lo Ravindraaaa!"
Suara Embun meninggi ketika menyebutkan nama Ravindra. Namun, pria yang ia hindari justru semakin mengintimidasinya.
"Kamu pikir kakak bakalan ngelepasin gitu aja? Gak akan! Bahkan papa kamu gak bisa ngelindungi putri semata wayangnya ini dan memilih untuk bersenang-senang dengan sekretarisnya. Embun, cuma kakak yang bisa jadi pelindung kamu, kakak yang peduli sama kamu.""Nggak! Semua bohong! Gue gak mau, gak mauuuu. Jangan maksa gue!"
Ia menangis, tak mau mendengar apapun yang keluar dari mulut Ravindra, semua ucapan itu tak dapat di percaya lagi. Embun menutup kedua telingannya, ia tak kuat. Dirinya bukanlah gadis kuat yang mampu menahan semuanya, dia lemah. Bahkan dirinya serapuh hatinya.
Tiba-tiba sebuah suara klakson mobil mengalihkan perhatiannya, seseorang menyuruh Embun untuk masuk. Awalnya ia tak mau, karena mengira ini bagian dari rencan Ravindra, tetapi setelah di lihat dengan jelas, itu adalah Selly. Melihat Ravindra yang fokusnua teralihkan, Embun segera berlari memasuki mobil itu. Ravindra frustasi saat para preman suruhannya tak berhasil mengejar Embun.
"Aaargh, sial! Oke, lo bisa lolos kali ini, tetapi nggak dengan lain kali. Bahkan temen-temen lo gak akan bisa ngebantu lo buat kabur, Embun. Sampek kapanpun lo tetep punya guee!"
Di dalam mobil, Fitri memeluk Embun. Tubuhnya gemetar, mereka mungkin tak tahu apa yang di alami temannya itu, tetapi melihat Ravindra yang keluar kamar dengan menyuruh mereka bubar, cukup untuk menunjukan siapa sebenarnya pria itu. Sosok yang terlihat sempurna, selalu menjadi panutan di sekolah, kepribadiannya berbanding terbalik dengan yang sekarang. Bahkan Selly merinding ketika melihat Ravindra menatap tajam ke arahnya.
"Embun, maaf ya. Selama ini kita gak tau kalo lo menderita, gara-gara ulah si brandalan itu," ujar Selly yang mencoba untuk mencairkan suasana.
"Sebenarnya gue udah curiga sama Ravindra, dia sering banget ada di sekitar lo dan waktu lo cerita soal hape, gue makin yakin ada yang gak beres sama dia. Eh, ternyata sifat aslinya kebongkar!" lanjutnya.
"Tadi kak Ravi ngamuk-ngamuk gak jelas dan nyuruh semua orang buat pulang. Orang terakhir yang keluar dari sana adalah gue, karena nyariin tas lo yang sempet lo tinggalin. Dan lo tau, apa yang gue liat?" tanya Fitri membuat Embun menggeleng.
"Gue liat kak Ravi mukul Rara, bahkan dia kayak punya dendam sama adiknya. Rara udah minta ampun, tapi dia terus mukul bahkan nginjek-nginjek adiknya sendiri. Gila gak, tuh!"
"Emang stress. Adiknya lagi lumpuh malah di buat makin menderita, gue sih ogah punya abang kelakuan kek setan gitu."
Kini keduanya sudah sampai di rumah Fitri, gadis itu membantu Embun berjalan dan membawanya ke kamar. Di sana, mereka saling berpelukan, tak menyangka bahwa temannya akan mengalami hal seperti ini. Embun juga perlahan mulai menceritakan awal mula kejadian mereka bisa seperti ini.
"Gue juga gak mau hidup sama dia, tapi dia kayak setan. Nongol di mana-mana, selalu tau gue lagi ngapain. Gue takut, gue harus gimana?"
Terlihat dari matanya, gadis itu lelah. Dia butuh istirahat. Padahal ini masih semester awal, tetapi hidupnya sudah berantakan saja.
"Gue dapat info dari ketua kelas, jadwal pelajaran udah di bagi dan pembelajaran akan berjalan mulai besok," seru Fitri sembari membawa cemilan dan minuman ke kamarnya dan meletakannya di atas nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession (🔞)
Teen FictionSegala pikiran negatif terbayang di benak gadis tersebut. Seketika dia menghentikan aktivitas menangisnya, Embun yang tadinya memiliki banyak keberanian, kini hilang entah kemana. Melihat perubahan sikap pada Ravindra, Embun menjadi semakin takut. I...