Kini Jefri sudah duduk, berhadapan dengan Embun. Gadis itu tersenyum, melihat Jefri yang menikmati kue.
"Besok lo mulai sekolah dan kalp butuh apa-apa, bilang gue aja!" ujar Jefri santai.
"Makasih, Jef."
"Gak usah makasih. Gue sebagai ketua kelas harus ngejaga anggota gue sendiri. Gue gak mau kalian semua ada masalah sama dia. Adeknya aja di buat babak belur, apalagi kalian yang nggak sedarah sama dia."
Ucapan Jefri mendapatkan anggukan dari setuju dari ketiga gadis itu. Selly juga sudah mulai tenang dan terus memberi semangat pada Embun.
Dua minggu telah berlalu, Embun selama ini tidak pernah melihat wajah Ravindra. Dia bersyukur, karena sosok itu tidak muncul di hadapannya. Embun juga sedikit melupakan perbuatan papanya, walaupun tidak sepenuhnya. Gadis itu berniat untuk meminta penjelasan pada papanya ketika Permana pulang nanti. Di kantin, Embun menyantap makanannya seperti biasa, hingga akhirnya sosok yang ia hindari pun menampakan diri.
Dia berjalan dengan tangan yang tak lepas dari genggamang tangan Mega. Bahkan sedikit menatap ke arah Embun yak tak menyadari kehadirannya. Selly yang melihat Ravindra pun segera mengalihkan pandangan gadis itu.
"Ekhme, liat deh di luar sana. Cowo-cowo pada main basket, aduh ketua basketnya boleh, lah!" ujar Selly yang terlihat antusias.
"Cowo mulu pikirannya," balas Fitri sembari menoyor kepala Selly.
"Ya, nggak papa. Liat tuh, perutnya keliatan anjim. Ada enam kotak, cuy!"
Embun dan Fitri tertawa melihat betapa antusiasnya Selly yang berhasil melihat perut sixpack si ketua basket. Di sisi lain, Ravindra masih menahan diri kala melihat Embun tertawa bahagia. Ia masih merindukan sosok itu, sosok yang selalu dia rindukan. Namun, demi menjalankan rencana, ia harus menahan diri. Sebisa mungkin terlihat sempurna.
"Sayang, nanti kita pergi ke biosko, ya? Kebetulan ada film horor yang bakalan tayang hari ini," ujar Mega manja yang terus-menerus tak mau lepas dari Ravindra.
"Iya. Apasih yang nggak buat kamu."
Sejujurnya Ravindra tak sudi di sentuh seperti ini, ia juga berkali-kali menyumpahi Mega. Malam harinya, Embun dan kedua temannya sudah siap untuk pergi menonton film horor terbaru. Selly, lah yang merekomendasikan film tersebut. Setelah memberikat tiket, mereka masuk, tetapi Selly melihat Ravindra dan Mega ada di sana. Keduanga tengah mencari tempat duduk.
"Ah, gimana kalo kita duduk di ujung sana?" ajak Selly yang memilih tempat duduk di pojok agar jarak mereka dengan Ravindra jauh.
Keduanya mengangguk dan berjalan mengikuti Selly. Melihat adanya kedua teman Embun, Ravindra mengedarkan pandangannya dan melihat gadis yang sudah sangat ia rindukan. Film pun di putar, baru setengah, Fitri sudah bersembunyindi balik jaket Selly.
"Gue ke toilet dulu."
"Mau di temenin, gak?" tanya Fitri cepat.
"Nggak usah. Aku bisa sendiri, kok."
"Yaudah. Harus cepet baliknya, gak boleh belok sana sin," balas Selly cepat.
"Siap bu boss."
Setelah melihat Embun yang berjalan keluar dari ruangan itu tanpa membawa tas, Ravindra izin ke mega untuk pergi ke toilet. Setelah mendapatkan izin, dia berlari memgikuti gadis itu dari belakang. Melihat Embun yang baik-baik saja, Ravindra ingin sekali memeluknya dan mencium gadis itu.
Setelah menyelesaikan urusannya, Embun menyuci tangan dengan bersih, ketika mengangkat wajah dan melihat ke arah cermin, dia terkejut bukan main.
"Hai!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession (🔞)
Teen FictionSegala pikiran negatif terbayang di benak gadis tersebut. Seketika dia menghentikan aktivitas menangisnya, Embun yang tadinya memiliki banyak keberanian, kini hilang entah kemana. Melihat perubahan sikap pada Ravindra, Embun menjadi semakin takut. I...