Penyelamatan

3.8K 196 7
                                    

Ari dan yang lain langsung bergegas menuju lokasi Rafael di sekap. Ketika mereka sampai, mereka bingung karena di luar tidak ada penjagaan secara ketat.

"Kebodohan nya turun menurun dari orang tuanya ck payah." ucap Ari sambil berdecih pelan.

"Bukan nya bagus ya? Kita bisa masuk dengan mudah." tanya Bianca sekaligus berpendapat.

"Aca bener. Kita langsung masuk aja." ucap Anggun.

Mereka langsung bersiap dan turun bersamaan. Mereka mewanti-wanti kalau tiba-tiba ada penjaga yang datang. Mereka masuk dan mulai berpencar. Ari sudah berjalan lebih dulu menuju seluruh penjuru ruangan hingga ia menemukan letak ruangan rahasia Rangga. Bianca, Anggun, dan yang lain sudah menemukan ruang penyekapan Rafael. Mereka sudah bertarung dengan 6 anak buah Rangga. Di sisi lain, Ari langsung mendobrak pintu ruangan tersebut dengan gampang membuat Rangga dan Reno terkejud bukan main. Ari tersenyum miring melihat pancaran dari Rangga dan Reno.

"Long time no see bro. Kita mulai permainan nya hm?" tanya Ari santai.

"Lo cewek mana mungkin bisa lawan kita berdua sekaligus? Cewek itu cocok nya di rumah manja dan bisa nya cuma ngerengek sama pasangan nya." ucap Reno mencemooh Ari.

"Betul tuh Ren. Dia mana bisa sih lawan kita ya kan?" ucap Rangga semakin memperkeruh suasana.

"Manusia itu di ciptakan 1 mulut 2 tangan. Nggak usah banyak bacot langsung lawan sini. Belum coba belum tau bukan?" ucap Ari santai membuat mereka merasa tertantang.

Rangga melayangkan pukulan lebih dulu namun Ari dengan santai menangkis nya dan tak menyiakan kesempatan itu, Ari memukul bagian rusuk Rangga dan menendang kaki kanan Rangga hingga terjatuh. Reno melayangkan tendangan dan langsung di tangkap oleh Ari, dengan santai ia membanting Reno begitu saja. Rangga dan Reno tidak terima begitu saja karena mereka merasa terhina dengan perkelahian tadi. Mereka menyerang Ari secara bersamaan hingga Ari tak bisa menghindar mengakibatkan Ari terpental jatuh dan darah mengalir di kepalanya. Rangga dan Reno langsung membangun kan Ari dengan cara memegang kedua tangan Ari. Ketika Ari sudah berdiri, Ari langsung membalik keadaan dengan salto dan akhirnya Ari menarik kedua nya hingga saling membentur. Ari meludah dan menatap Rangga dan Reno tajam.

"Permainan kalian sudah selesai, kini giliran aku yang memulai permainan ku." Ucap Ari santai sambil berjalan menuju Rangga.

Ari memutar kepala Rangga 180° mengakibatkan Rangga tewas. Reno yang melihat hal itu langsung berusaha bangun. Ari melirik Reno dan mulai berjalan mendekati Reno. Dengan tidak berperikemanusiaan, Ari menginjak kaki Reno.

"AARRGGHH!!! Sakit tolong ampun i aku." teriak Reno menggelegar hingga ruang penyekapan Rafael.

"Kenapa hm? Sakit ya? Ah kamu pasti berbohong hahaha ini tidak sakit bukan? Apa kamu mau sesuatu yang tidak sakit?" tanya Ari santai sedangkan Reno sudah menggeleng kencang.

Ari pun langsung memutar kepala Reno 180° sama seperti Rangga dan lamgsung tewas seketika. Ari mengambil telfon di saku nya dan mendial nomor seseorang.

"Urus kedua mayat ini. Ambil kedua bola mata, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru milik mereka dan jual seperti biasa di pasar gelap. Daging dan yang lain, beri saja ke Vallen." ucap Ari lalu memutuskan telfon tersebut. (Vallen adalah hewan peliharaan Ari ya bisa di bilang Singa.)

"Gue udah bilang kan di telfon, jangan main-main sama gue. Apa yang gue ucapin itu jadi kenyataan karena gue wujudin apapun caranya." ucap Ari sembari menatap 2 jasad di depannya.

Ari langsung keluar dari ruangan tersebut dan menuju ruang penyekapan Rafael. Ia melihat kondisi Rafael langsung menangis diam. Ia mendekati Rafael pelan dan memeluk tubuh Rafael.

"Kamu kenapa ceroboh sayang hm? Maafkan mommy hiks. Maaf karena mommy telat menyelamatkanmu sayang." ucap Ari lirih di iringi isak tangisnya.

"Kak kita harus bawa Rafa ke Rumah sakit sekarang. Nadi Rafa melemah kak." ucap Bianca panik sedangkan Anggun sudah mendial nomor Ambulance.

Tak lama suara Ambulance terdengar. Ari langsung menggendong Rafael menuju Ambulance. Bianca dan Anggun sudah masuk ke mobil mereka guna mencarikan Ambulance jalan di jalan pantura. Mereka langsung berangkat menuju Rumah Sakit dengan pengawalan Bianca dan Anggun hingga tak lama kemudian, pengawalan bertambah melalui pihak kepolisian karena mereka mengenal tanda di mobil yang di tumpangi Bianca dan Anggun. Ari itu pebisnis muda yang sukses yang mempunyai banyak usaha di bidang perusahaan, bidang management mata-mata dan bodyguard, dan sebagainya jadi tak salah jika para kepolisian mengenal plat dan tanda di mobil Ari.

At Lampio Hospital

Mereka sampai di Rumah Sakit dan langsung membawa Rafael menuju ruang UGD. Ari sedari tadi setia mengikuti Rafael.

"Sayang bertahan ya kamu kuat sayang demi Mommy hiks Rafa kuat ya.." Ucap Ari sembari mengecup tangan dan kening Rafael. Mereka sudah sampai di ruang UGD dan Ari langsung di tahan para suster.

"Maaf non tapi non Ari tidak boleh masuk." ucap Suster sambil menutup pintu UGD. Ari menangis sejadi-jadi nya di depan UGD. Bianca langsung memeluk Ari erat.

"Ini salah kakak ca hiks harusnya waktu itu kakak suruh OB/OG aja yang bikin bukan Rafa hiks Rafa kaya gini karena kakak hiks." ucap Ari penuh penyesalan.

"Bu Ari harus kuat dan sabar ya bu. Sebaiknya kita obati dulu luka ibu. Kepala ibu dari tadi mengeluarkan darah terus menerus." ucap Anggun tidak tega melihat kerapuhan Ari.

"Kita ke dokter ya kak. Kita obati dulu luka kakak ya Rafa pasti sedih liat kakak kaya gini." ucap Bianca yang langsung di angguki oleh Ari.

Mereka langsung menuju ruang dokter guna mengobati luka Ari. Ari hanya diam tidak meringis atau kesakitan. Iya Raga nya tetap di situ tapi fikiran nya masih melayang ke Rafael. Setelah selesai, dia diam saja di ruangan nya guna menunggu kabar dari suster yang di UGD.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-TBC-

Okee ini part berikutnya ya maaf kalau nggak sesuai ekspetasi tapi gw usaha in buat up ya..

My Bos My Buthcy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang