Awal Masalah

1.8K 118 4
                                    

Pagi ini semua rutinitas manusia berjalan sewajarnya begitupun dengan dua sejoli ini yang sudah berkutat di kantor. Mereka sibuk masing-masing hingga lupa waktu. Tak lama pintu terbuka dengan kencang membuat Ari marah.

"SIAPA YANG BERA– eh kok gak bilang kalau datang? Astaga kan bisa aku jemput." Ucap Ari melembut membuat Rafael cemberut. Sedangkan laki-laki di hadapan Ari tersenyum.

"Ngapain ngomong? Kan aku sudah tau perusahaan mu dimana dan alamatmu dimana jadi tinggal datang aja." Ucap Pria tersebut membuat Rafael semakin cemberut.

"Astaga Vano... Nggak berubah ya kamu. Kan aku bisa masakin kesukaan kamu nggak mendadak gini." Ucap Ari sembari memeluk Vano.

"Males ah lagian aku disini cuma 5 hari karena aku dapat Invitation dari salah satu sekolah disini. Mereka udah nyiapin aku hotel jadi gak usah khawatir." Ucap Vano sembari membalas pelukan Ari.

Rafael sudah terbakar api cemburu. Dia langsung pergi menuju ruangan Anggun dan tak lupa membanting pintu membuat Ari dan Vano sadar ada orang lain di ruangan ini.

"Aduh calon suami ku pasti marah karena aku abaikan dia. Cemburu pasti dia mah." Ucap Ari khawatir.

Bianca yang melihat Rafael dengan mata berkaca-kaca keluar dari ruangan Ari menatap heran, permasalahan apa yang akan terjadi kali ini. Sedangkan Rafael membuka pintu ruangan Anggun dengan tidak santai.

Braak

"Astaga... ya tuhan ternyata Tuan Rafael, ada apa Tuan?" Tanya Anggun dengan senyum ramah

Rafael duduk di sofa yang berada di ruangan Anggun wajahnya merah padam juga bibir yang maju menggemaskan

"Uhh Mommy Ari menyebalkaann!!! Rafa hiks Rafa kesaaalll sama Mommy!! Hueeeee" Ucap Rafael dengan menggebu-gebu juga pipi nya yang menggembung lucu tak lupa air matanya yang mengalir deras di pipi nya.

Disisi lain, Bianca masuk ke ruangan Ari dan terkejut melihat Ari berpelukan. Ari pun segera melepas pelukan nya dan menatap Bianca dengan tatapan tak terbaca.

"Oh jadi ini alasan nya kenapa Rafa nangis ha?! Asli ya kak Aca nggak ngerti sama pikiran kakak. Kakak udah ada Rafa terus kenapa kakak masih merespon Mantan pacar kakak ha?!" Tanya Bianca sembari menekan kata Mantan pacar membuat Ari bingung.

"Maksud kamu? Kakak sama Vano sudah berteman baik Ca lagi juga kakak sudah punya Rafa mana mungkin kakak berpaling?" Ucap Ari membuat Bianca menatap remeh ke arah Ari dan Vano.

"Vano lo tau gue adalah Hacker yang tidak bisa di kalahkan meskipun gue berperilaku polos di hadapan lo. Gue udah tau rencana lo datang kesini jadi nggak usah berharap kakak gue balik sama lo." Ucap Bianca membuat Vano terkejut sedangkan Ari mendekati Bianca.

"Katakan." Perintah mutlak Ari untuk Bianca.

"Dia ingin kakak kembali ke pelukan Vano dan dia–" Menunjuk Vano "Akan menguasai perusahaan kakak juga bakal membunuh kakak di hadapan keluarga kita." Ucap Bianca dingin.

Flashback On

Bianca saat ini berjalan santai memasuki kantor Ari namun, ada 1 orang yang membuatnya bingung. Vano mantan pacar Ari datang ke kantor Ari itu sudah membuat Bianca penasaran dan sedikit takut. Ia pun mengikuti Vano hingga sampai ke sebuah toilet karyawan. Ia pun mendengarkan pembicaraan Vano yang sedang menelfon.

"Iya sayang kamu tenang saja. Ingat rencana kita bukan? Aku akan merayu Ari lalu perusahaan nya akan jatuh di tanganku. Kamu tau kan seberapa besar cinta Ari ke aku dulu hm?"

"Iya sayang ini aku udah di perusahaan nya jadi kamu tenang saja oke? 5 hari aku akan merayu nya dan membunuh nya di hadapan keluarganya."

"Tentu sayang cintaku hanya untuk mu. Jangan terlalu banyak fikiran ya kasian bayi kita sayang."

Tak lama Bianca segera bersembunyi karena mendengar langkah kaki mendekat dan bisa di lihat kalau Vano menuju ke ruangan Ari. 15 menit kemudian, ia melihat Rafael keluar dengan air mata.

Flashback Off

"Rafa bakal ikut Aca ke Amerika. Aca gak bakal biarin kakak ketemu sama Rafa." Ucap Bianca mutlak di hadapan Ari sedangkan Ari terkejut.

"Aca! kamu nggak bisa bawa Rafa kesana! Dia calon suami kakak!" Bentak Ari terhadap Bianca sedangkan Bianca hanya tersenyum remeh.

"Aku bisa! Aku sudah dapat izin dari Mom dan Dad justru kakak yang nggak bisa larang aku bawa Rafa." Ucap Bianca membuat Ari emosi.

"Aku kakak mu Bianca! Kamu—"

"Justru karena kamu kakak ku, aku menyadarkan mu dengan cara seperti ini! Ingat satu hal, aku lebih darimu kakak." Ucap Bianca memotong ucapan Ari.

Ia mengeluarkan pistol dari balik jas nya. Sejurus kemudian, ia menembak Vano dengan brutal hingga Vano meregang nyawa lalu pergi ke ruangan Anggun dan menelfon bodyguard untuk membersihkan ruangan Ari juga mengirim mayat Vano ke rumah istrinya. Sedangkan Ari hanya diam tak berkutik mengingat ucapan Bianca. Ia terduduk lemas dan menangis dalam diam. Bukan ini yang dia harapkan. Bukan ini yang dia mau. Dia hanya ingin menjalin silahturahmi saja. Di sisi lain, Bianca sudah di hadapan Rafael yang menangis.

"Rafa mau ikut kak Aca nggak ketemu Mom sama Dad? Kita hukum kak Ari biar dia kapok ya?" Ucap Bianca sembari mengusap kepala Rafael. Rafael hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lo yakin Ca? Gimana kalau Ari nekat? Ari misterius Ca. Ancaman lo bakal bikin dia nekat." Ucap Anggun sedikit menyadarkan Bianca.

"Gue tetep bawa Rafa biar ini jadi hukuman buat kak Ari. Lo awasi aja kak Ari. Kalau ada apa-apa hubungi gue." Ucap Bianca sembari menarik tangan Rafael.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-TBC-

Sorry guys klo aku ngasih spoiler nggak sesuai sama cerita ini. Sorry juga kalau pendek ya. Untuk kedepan nya aku bakal usaha in up di cerita ini sama cerita satunya. So jangan lupa buat coment and vote cerita ini biar aku makin semangat next nya. Jangan lupa juga ikuti akun aku ya.

My Bos My Buthcy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang