Bangun Sayang

3.4K 167 18
                                    

Ari terkejud melihat suster berlari tergesa-gesa begitu juga Bianca dan Anggun

"Itu kenapa suster pada lari gitu?" tanya Bianca heran.

"Ada bagusnya kita langsung ke UGD tanpa mikirin mereka. Bu Ari dari tadi raga nya disini tapi jiwa nya di ruangan Rafa." ucap Anggun.

"Bagusnya lagi kau memanggilku dengan sebutan nama saja tanpa embel-embel bu ketika di luar kantor." ucap Ari santai sembari berjalan menuju UGD.

Mereka mengikuti Ari ke ruang UGD dan tak di sangka, suster tadi menabrak Ari. Untungnya Ari tak sampai terjatuh dan suster tadi langsung lari masuk ke ruang UGD. Tak lama kemudian, Dokter keluar.

"Dok bagaimana keadaan pacar saya Rafa? Dia baik-baik aja?" tanya Ari yang membuat dokter menghela nafas pelan.

"Maaf non kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tuhan berkehendak lain. Tuan Rafael sudah pergi selama-lamanya." ucap Dokter ketakutan karena melihat sorot mata Ari yang tak terbaca.

"Dia? Pergi? Maksud Dokter kabur?" tanya Bianca sedikit Lola alias Loading Lama sedangkan Ari langsung menarik kerah baju Dokter tersebut.

"Anda mau berbohong sama saya hm? Rafa masih hidup!! Jangan berbohong anda!!" ucap Ari seraya berteriak sedikit lalu berlari masuk ke ruang UGD.

Anggun dan Bianca langsung mengikuti Ari untuk masuk ke ruangan dan melihat Rafael sudah terbujur kaku dengan wajah yang masih di penuhi luka lebam. Bianca mendekati Ari yang berhenti di tengah ruangan dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipi nya. Ari langsung mendekati ranjang Rafael.

"Maaf non pacar non sudah tidak ada. Yang sabar ya non." ucap suster tersebut pelan.

"NGGAK! PACAR SAYA ITU MASIH HIDUP DIA BELUM MENINGGAL!! KALIAN BODOH!! ITU NGGAK MUNGKIN!! RAFA MASIH HIDUP!!" teriak Ari frustasi menggema di ruang UGD sembari memeluk Rafa yang sudah tidak bernyawa.

"Kak sabar kak rela in Rafa jangan gini kak." ucap Bianca pelan.

"ACA!! DIA MASIH HIDUP!!" teriak Ari lagi.

"Ari sabar Rii..." ucap Anggun pelan sedangkan Ari melepas pelukan nya pada Rafael.

"Sayang bangun yuk... Mommy disini sayang mommy bakal jaga kamu lebih ketat lagi hiks mommy sayang sama Rafa mommy cinta sama Rafa hiks ayo bangun sayang kamu bisa denger suara mommy bukan? Sayang plis hiks... Maafin mommy sayang ini salah mommy hiks tolong jangan hukum mommy dengan cara seperti ini hiks.." ucap Ari sambil menangkup pipi Rafael lalu kembali memeluk Rafael.

"M - mom... Mommy..." lirih Rafael.

Suara pendeteksi jantung terdengar kembali normal dan Ari terkejut mendengar lirihan Rafael hingga langsung melepaskan pelukannya. Suster sudah mulai berlari menyiapkan alat kembali.

"Sayang hiks bertahan ya buat mommy sayang hiks mommy disini." bisik Ari di telinga Rafael.

"Kalian bisa keluar terlebih dahulu biar saya cek kembali kondisi tuan Rafael." ucap Dokter yang baru saja memasuki UGD.

"Baik dok. Tolong lakukan yang terbaik dok." ucap Bianca lalu mereka bertiga keluar untuk menunggu pemeriksaan Rafael.

"Bapak kami yang baik , dan selalu ada untuk ku , hari ini aku berdoa untuk kesembuhan Rafael , Tuhan Yesus yang baik tolong sembuhkan Rafael , dengan darah Kudus Mu , angkat lah sakit penyakit ditubuhnya bapa , Tuhan Yesus yang baik aku percaya bahwa hari ini , detik ini pun Rafael sembuh . . . . Haleluya Aminn" ucap Ari dan Bianca dalam hati sembari memejamkan mata.

"Ya Allah sembuhkanlah Rafael ya Allah hamba memohon kepadamu agar engkau mencabut segala penyakit nya dan sakit yang ia rasakan saat ini ya Allah. Amin ya Robbal Alamin." ucap Anggun dalam hati. Tak lama dokter pun keluar.

"Non Ari. Puji syukur tuan Rafael sudah stabil dan ini benar-benar mukjizat dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun, non Ari, non Bianca, dan non Anggun harus selalu mengawasi taun Rafael karena ada sedikit trauma yang memungkinkan dia akan sulit bersosialisasi kembali. Mungkin sebentar lagi tuan Rafael akan sadar. Saya permisi." ucap Dokter yang langsung di angguki oleh 3 wanita tersebut.

Dokter juga para suster pun pergi sedangkan Ari duduk di sebelah Rafael dengan mengecup tangan Rafael yang tidak di infus. Ia berterima kasih kepada tuhan karena sudah mendengar doa nya. Tak lama ia mendengar suara Rafael.

"H - haus mom..." ucap Rafael lirih sedangkan Ari langsung mengambil gelas di laci ranjang Rafael.

"Iya sayang ini minum dulu ya pelan-pelan." ucap Ari sembari membantu Rafael minum hingga Rafael menjauhkan diri nya dari gelas tersebut.

"Sudah mom." ucap Rafael pelan.

"Ada yang sakit hm? Atau kamu mau sesuatu? Biar mom ambilkan." Rafael hanya menggeleng lalu memeluk Ari.

"Mom hiks Rafa takut hiks jangan tinggalin Rafa mom . . . . Rafa nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini hiks." ucap Rafael sedikit terisak.

"Nggak sayang mommy disini sama Rafa ada Bianca sama Anggun juga disini nemenin Rafa sayang. Sstt jangan nangis oke?" ucap Ari sembari mengusap punggung Rafael pelan.

"Iya Rafa kamu tenang aja ya kita disini lindungi kamu. Maaf ya kami waktu itu terlambat sedikit hehe." ucap Bianca di akhiri cengiran.

"Iya Rafa kan kuat jadi harus yakin kalau kamu baik-baik aja di samping kita terutama Ari." ucap Anggun sambil tersenyum.

"Makasih ya kak udah nolongin Rafa. Makasih juga mom udah nolongin Rafa. Mom tau nggak tadi Rafa itu denger kalau mom itu sayang dan cinta sama Rafa emang itu bener? Atau khayalan Rafa aja?" tanya Rafael bingung. Ari, Bianca, dan Anggun hanya menggaruk tengkuk mereka yang tak gatal.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-TBC-

Mampus makan tuh spoiler wkwk becanda zeyenk... Makasih buat kalian yaaa yang udah vote dan coment. Gw bakal sering up klo kaya gini.

My Bos My Buthcy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang