3. Beauty Panorama

7 1 0
                                    

Bantu Support cerita aku ini yuk dengan cara

LIKE, COMMENT DAN SHARE
Terimakasih

Tanpa kalian yang menyempatkan diri untuk membaca cerita ini, cerita ini tidak bisa dikenal banyak orang/memperluas jangkauan membaca cerita ini 🌺

HAPPY READERS

---------------------

"Ada dua cara untuk menjalani hidup Anda. Satu di antaranya adalah dengan berpikir seolah-olah tidak ada keajaiban. Satunya lagi berpikir seolah-olah segala sesuatu adalah keajaiban."

---------------------

Tidak ada ekspresi atau pun sebuah kalimat yang keluar. Aku menundukkan kepala, “kamu harus mempertahankan peringkat ini, kalau tidak bisa kamu pertahankan. Kamu tidak bisa seperti kakak mu,“ ungkap Papa. Aku diam.

Papa bangun dari tempat duduk lalu menghampiri ku. “Gadis yang selalu kamu temui di danau dia bukan gadis yang baik.“ Aku mendongak dan menatap Papa dengan marah.

Ale gadis yang baik dan dia spesial untuk ku! Batinku.

“Gadis itu tidak ada apa-apanya dengan Anisyah. Gadis itu bisa sa--“

“Ale gadis yang baik! Papa tidak kenal dengannya, dibandingkan dengan Anisyah. Ale lebih pantas untuk aku, Pa!“ sela ku.

Plak!

Papa menamparku dengan mata yang penuh dengan emosi. Aku memegang pipi yang Papa tampar tadi dengan perasaan sakit hati.

“Asal Papa tahu, lima bulan yang lalu aku hampir bunuh diri. Aku gagal memenangkan lomba dan juga aku gagal mendapatkan kesempatan yang selama ini aku harapkan! Apa Papa sadar ada beberapa hal yang berbeda dengan ku? Papa tidak menyadari nya, 'kan?” teriakku.

Aku membalikkan badan lalu menuju pintu keluar namun langkah ku terhenti. “Dari kecil aku memohon kepada Tuhan untuk memberikan keajaiban kepada ku, dan Ale adalah keajaiban yang aku tunggu. Dan aku tidak akan membiarkan Papa merebutnya dariku.“ Aku pergi meninggalkan Papa di dalam ruang kerjanya.

♪ ✿ ♪

15.20 WIB, Danau Batur

Handphone ku terus berbunyi, tapi menghiraukannya. “Aku bisa sukses tapi dengan cara ku sendiri bukan cara Papa,“ lirihku. “Aku setuju itu. Buktinya kamu sudah banyak membuat lagu dan semuanya aku suka.“ Pemilik suara tersebut adalah Ale. Aku tersenyum melihat kehadirannya.

“Berantem lagi?” Aku menganggukkan kepala. “Oh iya, aku mau nepatin janji aku ke kamu,“ imbuh Ale. Ale memasangkan headphone ke kepalaku.

Kita bisa saling mengenali dimana saja

Sorotan yang menyilaukan, kau dan aku di hati itu

Momen brilian yang akan mekar selamanya

Seperti, seperti panorama ....

“Panorama?” Ale tersenyum.

- TO BE CONTINUED -

Yang mau kenalan sama Author, kalian bisa follow akun sosmed yang tertera dibawah ini, ya

Yang mau kenalan sama Author, kalian bisa follow akun sosmed yang tertera dibawah ini, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEE YOU NEXT PART!

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah mampir 🐾

Scientist × Panorama | CERPEN ANTOLOGI [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang